Beberapa
bulan yang lalu, punya project untuk renovasi kios. Rencananya akan digunakan
untuk kios susu. Walaupun susu nya akan dijual dengan selisih harga 5-15 ribu
dari Indomart bukan berarti kios yang didesign menjadi murahan. Biar berasa
berkelas, designnya dibuat dengan model cat belang nya sapi dan pintu depan
menggunakan kaca partisi.
Berhubung
baru dua bulan di Narogong-Bogor, tentu saja saya belum tahu pasaran harga
membuat kaca partisi. Sebagai suami yang diberi julukan “Orang Cina yang
terjebak dalam tubuh Jawa” oleh Istri, berasa menjadi kewajiban untuk mencari
harga partisi paling murah. Apa daya mengejar waktu date line pembuatan kios
Susu yang semakin dekat, dan kesibukan menjadi pekerja, akhirnya hanya satu
kios Aluminium dan Kaca saja yang bisa saya datangi.
Kaget
juga saya mengetahui untuk membuat kaca partisi ukuran 2 M2 harganya
mencapai Rp 3,5 juta. Padahal belum ada enam bulan yang lalu, saya membuat
partisi di Rembang dengan ukuran 3,5 M x 1,5 M dengan harga Rp 3 Juta. “Jangan-jangan
saya dikerjai”, begitu pikir saya.
Bagusnya,
ini adalah saat yang tepat untuk mengaplikasikan salah satu technic negosiasi. Technic atau gambit yang muncul seketika adalah higher authority atau mengkaskalate
keputusan pada pihak yang lebih tinggi. Tiap lelaki sadar bahwa higher authority di atasnya adalah
istri. Sehingga, saat penjual memberikan
harga Rp 3,5 juta, saya langsung berkata “nanti saya diskusikan dengan istri
ya, harga nya terlalu mahal buat kami”. Saya pun minta no HP penjual dan
meninggalkan no HP saya.
Satu
jam berikutnya, saya SMS kepenjual partisi “harganya bisa turun kan, istri saya
bandingin dengan toko lain yang kemarin habis pasang partisi di Rembang.
Selisihnya terlalu jauh”. Padahal, sebenarnya tidak ada diskusi sama sekali
dengan istri saya untuk negosiasi penurunan harg. Penjualnya pun membalas “paling
saya bisa turunkan Rp 300.000 ribu”.
Selama
satu jam berikutnya saya tidak membalas SMS penjual. Tiba-tiba penjualnya SMS
lagi “untuk perkenalan boleh lah saya turunin Rp 200.000 lagi”. Saya pun
membalas “beri saya waktu untuk diskusi dengan istri ya, ni istri ngotot pengen
survey ke kios aluminium yang lain”. Sebenarnya juga saya dan istri diam saja
dirubah, dengan harga menjadi Rp 3 juta, saya dan istri sudah merasa puas.
Namun, karena ingin mempraktekan gambit higher
authority jawaban SMS itulah yang saya kasih ke penjual. Sesaat setelah
menerima SMS dari saya, penjualnya langsung membalas dengan “Ya sudahlah pak,
saya turunin Rp 200.000,- lagi”.
Keajaiban gambir higher
authority pun terjadi. Dari Rp 3,5 juta yang ditawarkan, hasil akhirnya
saya dapat harga Rp 2,8 juta. Lumayan bisa turun sampai Rp 700.000,-. Dua higher authority yang saya gunakan
dinegosiasi di atas adalah istri dan kios sebelah.
Sebagai
negosiator Anda memang harus selalu memiliki higher authority. Beberapa kali, saat bekerja di area Comrel dan
harus bernegosiasi dengan para “preman” yang menyamar menjadi third party,
gambit higher authority ini
menyelamatkan saya. Karena dengan
menggunakan gambit ini, saya bisa menekan orang tanpa menimbulkan konfrontasi. Saya
yakin para negosiator ulung disini juga pernah menggunakan gambit higher authority. “Ini sudah keputusan
management, tugas saya hanya mensosialisasikan saja. Kalau bapak tidak terima
atau marah, janganlah kepada saya”. Sehingga manfaatnya, hubungan baik antara
Anda dan mitra negosiasi masih bisa tetap terjaga.
Manfaat
lain dari melakukan higher authority
adalah dengan berpura-pura tidak memiliki wewenang mengambil keputusan karena
wewenang dipegang oleh autoritas yang lebih tinggi, mitra negosiasi Anda tidak
punya kesempatan untuk menekan Anda segera mengambil keputusan. Keuntungan
waktu ini sangat bermanfaat bagi negosiator, saat mitra negosiasi berfokus
untuk segera meng-goal-kan negosiasi, Anda memiliki waktu untuk memikirkan
strategi lain.
Manfaat
ketiga dari higher authority adalah Anda bisa menjual nama autoritas yang lebih
tinggi dari Anda, dimana mitra negosiasi merasa power yang dimiliki higher authority juga lebih tinggi,
sehingga kemungkinan didengar lebih besar. Logikanya saja, keputusan yang
diberikan manager berasa harus dijalankan dibandingakn dengan keputusan yang
dibuat oleh rekan sekerja.
Satu
hal yang prlu diperhatikan dari gambit higher authority adalah Anda perlu
memastikan bahwa higher authority
yang Anda sebutkan adalah entitas atau badan yang tidak jelas seperti komite
penentu harga, management, komite pemasaran, dll. Tujuannya untuk menghindari
prasangka dari mitra negosiasi seperti “kalau bukan Anda yang memutuskan,
kenapa saya harus presentasi pada Anda”. Tujuan lainnya adalah menghindari
konfrontrasi langsung dengan higher authority. Contohnya jika higher authority
Anda jelas, sepert manager A, bisa jadi saat ada orang yang tidak puas dengan
hasil negosiasi kemudian mencari manager A, karena jelas orang nya. Kalau
entitasnya tidak jelas, seperti management, maka orang yang tidak puas tadi
akan bingung, management siapa yang harus saya cari.
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment