Friday, April 29, 2016

International Coach Federation ; Presence #2

Memunculkan Interkoneksi Antara PikiranTubuh dan Hati

Apa yang Anda pikirkan dan rasakan jika sepulang kerja, istri Anda bercerita masalah cabe yang dibeli istri dari tukang sayur ternyata busuk, atau anak-anak yang seharian tidak bisa diam atau masalah selang mesin cuci yang bocor dan masalah-masalah lain?

Ada suami yang akan mendengarkan segala cerita istri dan ada juga suami yang model-model saya. Saat mendengarkan hal remeh temeh seperti ini, otak langsung berputar dan melakukan self talk di dalam otakaduh yang kayak gini aja diceritakan, suami mu ini di kantor memikirkan hal yang lebih gede, lebih strategis, dan lebih added value dari pada ini. Masalah-masalah kayak gini saya kasih ke OB juga selesai”. Tentu saja sebagai anggota PSTI – Persatuan Suami Takut Istri, self talk ini hanya di dalam pikiran saja. Tidak mungkinlah, self talk ini diomongin sama istri. Bisa terjadi perang dunia ke tiga.

Sayangnya walaupun self talk ini hanya ada di dalam pikiran, seorang istri sepertinya mampu membaca pikiran suaminya. Terbukti, walaupun saya tetap mendengarkancurhatanistri, tapi tetap saja istri marah-marah tidak merasa didengarkan. Biar terkesan lebih mendengarkan, kadang kala jawaban pun dipersiapkan untuk menjawab curhatan istri. Salah satu nya adalahapa masalahmu ma? Solusinya mudah itu ma, gini-gini-gini”, di saat lain kalau saat pulang ke rumah dengan kondisi capek, jawaban yang muncul pun “ma, saya yakin kami bisa menyelesaikan itu, ada gak masalah yang lebih besar”. Dan kadang kala kalau capek dan stress sudah menumpuk menjadi satu jawaban saya pun menjadisuamimu ini ngerjain pekerjaan dengan resiko ratusan juta rupiah, mosok yang kecil kayak gini juga harus aku selesaikan ma”. Sayangnya jawaban itu pun bukan jawaban yang diharapkan istri sehingga bumbu-bumbu pertengkaran di dalam rumah tangga pun terjadi.

Ada apa ini sebenarnya, padahal saya sudah mendengarkan, padahal saya mendengarkan dan memberikan solusi, walaupun kadang kala jawabannya nyolot juga jika kondisi mental sedang banyak tekanan dan stress?

Setelah saya mempelajari Coaching secara lebih dalam, akhirnya saya menemukan jawaban pertanyaan saya. “Ada interkoneksi antara PikiranTubuh dan Jiwaatau disebut sebagaipresence”, sehingga saat saya melakukan self talk di dalam pikiran, tubuh dan jiwa mengikuti apa yang dipikirkan oleh pikiran. International Coach Federation memasukan presence ini sebagai satu dari sebelas competencies as a coach.

Seberapapun kita menahan reaksi tubuh kita agar berlawanan dengan pikiran yang terjadi adalah inkonsistenan bahasa tubuh, dan inkonsistenan energi. Kalau bahasa gaulnya tertawa dalam derita, sebenarnya pikirannya menderita namun bibirnya dipaksakan untuk tersenyum, tetap saja terlihat senyum yang aneh.

Polygraph test atau yang sering dikenal sebagai liar test adalah alat yang digunakan untuk menunjukan kesesuaian antara self talk yang terjadi dipikiran orang dengan bahasa tubuh nya. Perbedaan tersebut dapat terdeteksi oleh alat tersebut, begitu juga dengan istri, dia bisa mendeteksiapakah kitapresencemendengarkan atau tidak”.

Bisa jadi istri tidak bisa membaca bahasa tubuh, namun energi orang yang presence dan non presence sangat terlihat bedanya. Dan percayalah tubuh manusia sensitif untuk merasakan energi tersebut.

Ketidakkoneksian antara pikirantubuh dan jiwa ini sebenarnya juga berbahaya, apalagi jika ketidaksesuaian tersebut ditahan dan dipenjam. Walaupun belum ada penelitian ilmiahnya, namun secara common sense, orang mempercayai bahwa pikiran yang marah terhadap seseorang, namun hanya ditahan dan dipendam, lama-lama menjadi penyakit jantung. Lihat ada ketidakkoneksian antara pikiran dan bahasa tubuhya, dan akibatnya penyakit jantung.

Mengetahui tentang presence, akhirnya saya bertobat. Saya mulai presence dengan keberadaan istri dan presence terhadap apa yang diucapkan dan disampaikan. Dan Alkhamdulillah komunikasi kita semakin bagus dari waktu kewaktu

Berkah Selalu
N Kuswandi