Wednesday, June 29, 2016

International Coach Federation -3th Competency : C Membuatmu Dipercaya Di Awal – I Membuatmu di RO



Di catatan sebelumnya, saya berbagi tentang rumus mendapatkan trust. Dimana, trust ini menjadi salah satu core competency yang harus dimiliki oleh seorang coach. Mari ingat kembali rumus trust berupa T= C x R x I. Dimana C adalah capable atau competency, R nya adalah reliable atau konsistensi, dan I nya adalah intimacy.

Trust akan memungkinkan coachee mengeluarkan semua unek-unek, dan berada dalam kondisi gelombang otak alfa, sehingga ide-ide segar dapat dimunculkan.

Trust juga akan memungkinkan kita sebagai seorang professional coach, mendapatkan coachee. Kondisi pertama yang akan Anda alami adalah Anda mendapatkan coachee baru yang ingin mencoba mendapatkan coaching dari Anda. Kondisi kedua berupa Anda mendapatkan coachee yang sebelumnya sudah mendapatkan coaching dari Anda, sehingga ini adalah repet order coaching untuk Anda.

Pada kondisi pertama, terlihat bahwa coachee yang sedang menginginkan service Anda sebagai seorang coach memperlihatkan bahwa coachee mempercayai Anda. Jika coachee tadi sebelumnya tidak memiliki faktor kedekatan dengan Anda (faktor intimacy), maka bisa dipastikan coachee tersebut memilih Anda karena melihat profesionalime Anda. Bisa jadi coachee melihat sertifikasi yang Anda miliki, membership di asosiasi professional coaching. Jika kita kembalikan ke rumus trust, artinya coachee mempercayai Anda karena faktor competency yang Anda miliki.

Bagaimana dengan coachee yang Anda dapatkan dari repet order? Ternyata faktor competency menjadi nomer dua setelah faktor intimacy. Analogi gampangnya adalah sebagai berikut, Anda mendatangi seorang dokter yang belum Anda kenal. Alasannya boleh dipastikan karena Anda percaya dengan keahlian yang dimiliki dokter tersebut. Setelah Anda diperiksa dokter tersebut, Anda melihat memang dokter tersebut expert dibidang penyakit Anda. Namun, saat melakukan pemeriksaan, dokter tersebut sama sekali tidak ada chemistry dengan Anda. Sehingga selama diperiksa Anda merasa tidak nyaman. Walaupun Anda percaya dengan keahlian dokter yang memerika Anda.

Jika Anda berada dalam kondisi di atas, apakah trust Anda terhadap dokter tersebut akan naik dibandingkan dengan kunjungan pertama? Atau jika Anda memiliki option dokter lain dengan keahlian yang sama, apakah Anda akan kembali pada dokter yang pertama? Kebanyakan dari kita akan menjawab pertanyaan pertama dengan tentu saja trust nya akan berkurang dan tentu saja kalau ada dokter lain, saya memilih dokter lain.

Begitu juga dengan peran kita sebagai seorang coach, memang competency akan membuat kita kebanjiran coachee yang mencoba service kita, namun intimacy lah yang akan membuat coachee melakukan repet order service kita. Tak heran ada sebuah kata bijak yang berkata “competency akan membawa Anda memasuki pintu perusahaan, dan intimacy yang akan membawa Anda menuju posisi berikutnya”

Tetap bertumbuh competency dan jangan lupakan intimacy

N Kuswandi
People & Organization Performance Coach

Monday, June 20, 2016

International Coach Federation : Coaching Meningkatkan Productivity


Coaching, sebuah pendekatan people development yang mulai dikenal di Indonesia.  Im_Possible, Acara yang dipandu Merry Riana di Metro TV menjadi salah satu jalan dikenalnya coaching di Indonesia. Perhatikan saja, tag name presenter yang membawakan acara tersebut. Team creative Merry Riana tidak menggunakan tag name trainer, motivator, consulting, dan sebagainya, namun team creative Merry Riana menggunakan  tag name “coach”, bagi setiap pengisi acara di  Im_Possible.

Penonton acara tersebut yang belum pernah mendengar istilah coach pun bertanya-tanya, apa itu coach? Dan orang-orang mulai mencari tahu tentang coach dan coaching. Ujung-ujung nya, pengembangan diri yang mereka lakukan pun mulai beralih dari training ke coaching.

Salah satu alasan perpindahan mereka bisa jadi karena sebuah riset yang menunjukan seberapa besar impact coaching dibandingkan dengan metode pengembangan diri lain. Penelitian yang dilakukan oleh Olivero. D, Bane K.D dan Kopelmen, R.E pada tahun 1997 menunjukan hal tersebut. Mereka membandingkan antara training dan coaching. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa development yang dilakukan dengan hanya menggunakan training saja akan berdampak 22,4% terhadap productivity. Sedangkan development yang dibarengi dengan coaching akan meningkatkan productivity sebesar 88%.

Pertanyaannya adalah kenapa training yang dibarengi dengan coaching mampu meningkatkan productivity lebih besar dibanding training saja?

Jawaban nya berhubungan dengan waktu dan memory. People development baik itu training ataupun coaching tentunya bertujuan untuk meningkatkan competency yang ujung-ujungnya adalah meningkatkan productivity. Seseorang dikatakan memiliki competency jika memiliki keahliah (skill), pengetahuan (knowledge) dan dalam keseharian menunjukan keahlian dan pengetahuan tersebut -behavior. Keahlian seseorang dalam melakukan sesuatu dipengaruhi oleh muscle memory (otot-otot nya me-memory keahlian yang dimiliki). Sedangkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh brain memory (otak me-memory pengetahuan yang dimiliki).

Dengan melakukan training maka seseorang dilatih untuk memiliki keahlian dan pengetahuan tertentu. Sayangnya training hanya dilakukan dengan durasi yang tidak lama, berkisar antara satu sampai lima hari. Sehingga muscle memory dan brain memory tidak memiliki waktu yang lama untuk dilatih. Akibatnya tentu saja competency yang diharapkan tidak bisa full terpenuhi. Bandingkan dengan training yang kemudian dibarengi coaching pasca training. Secara durasi tentu saja lebih panjang, sehingga kemungkinan untuk menginsert keahlian dan pengetahuan baru lebih memungkinkan orang menjadi lebih kompeten. Atau dalam bahasa lain, proses coaching mewajibkan seorang coach & coachee melakukan managing process & accountability dari action log coaching yang dibuat coachee. Dengan accountability action log tersebut, semakin memungkinkan orang mendapatkan competency yang dibutuhkan. Sehingga tak heran jika training yang dibarengi dengan coaching akan memberikan impact yang lebih besar.

Pada tahun 1989, seorang psychologist  bernama Hermann Ebbinghaus melakukan penelitian tentang berapa lama orang bisa me-memory pengetahuan dan keahlian baru. Hasil penelitian Ebbinghaus tersebut dikenal sebagai Ebbinghaus Forgetting Curve. Ebbinghaus menunjukan di dalam curva tersebut bahwa 60% pengetahuan dan keahlian yang dipelajari akan hilang setelah satu jam. Menariknya lagi, setelah 31 hari setelah orang mempelajari pengetahuan dan keahlian baru, memory yang masih disimpan hanya sebanyak 21%.






Jika forgetting curve tadi diterapkan dalam proses training, maka seperti kita ketahui  pada umumnya setelah orang  mengembangkan diri dengan training tidak ada follow up. Sehingga keahlian dan pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas training pelan-pelan akan hilang. Hingga pada hari ketiga puluh satu, memory yang disimpan tinggal 21% saja.

Bagaimana dengan coaching? Seperti sudah dibahas diatas bahwa coaching akan memperpanjang waktu menginsert pengetahuan dan ketrampilan baru, dengan managing progress dan accountability action log yang dibuat coachee. Dengan melakukan ini maka coach akan membantu coachee semakin memory pengetahuan dan keahlian yang dipelajari. Coach akan mengingatkan coachee memory pengetahuan dan keahlian yang dipelajari. Dan seperti kita tahu dengan melakukan repetisi pengetahuan dan keahlian yang dimiliki akan semakin membuat memory tertanam dan tahan lama.


Sumber

Olivero. D, Bane K.D dan Kopelmen, R.E (1997), Combining Coaching & Training Improves Productivity, Public Personal Management, Vol 26, Issue 4, Winter, p. 461


Berkah selalu

N Kuswandi

Saturday, June 4, 2016

International Coach Federation - 3th Competency : Establish Trust & Intimacy





Jika diartikan trust dan believe memiliki arti yang similar, yaitu kepercayaan. Begitu juga dengan kata faith yang juga berarti kepercayaan. Menariknya, dari beberapa kata yang berartikepercayaan”, International Coach Federation tidak menggunakan kata believe ataupun faith, namun menggunakan kata trust dalam competency ketiga sebagai seorang professional coach, yaitu Establish Trust and Intimacy.



Kenapa trust, bukannya believe ataupun faith?



Setelah saya susuri asal kata dari trust – believe – faith akhirnya saya menemukan jawabannya. Kata trust hanya digunakan untuk kepercayaan yang berasal dari adanya bukti. Sedangkan, orang yang mempercayai sesuatu tanpa membutuhkan bukti, kata believe dan faith lah yang digunakan.



Dalam kontek coaching, dimana coachee akan melakukan proses kemitraan hingga tidak jarang informasi bersifat rahasia bisa saja diucapkan oleh coachee, maka coachee membutuhkan orang yang terbukti dapat dipercaya. Dan trust lah yang akhirnya dapat menggambarkan kebutuhan coachee untuk berbagi cerita pada orang yang terbukti dapat dipercaya, bukan hanya kepada orang yang diyakini dapat dipercaya (believe atau faith).



Track record kita lah yang kemudian menjadi bukti, apakah Anda dapat dipercaya atau tidak coachee Anda.



Kenapa dibutuhkan coach yang dipercayai coachee?



Banyak alasan kenapa kita perlu menjadi coach yang dipercayai coachee. Salah satu alasan yang sangat menggugah bagi saya adalah alasan behaviour change. As we know, coaching adalah salah satu tool pengembangan diri dan satu dari empat indikator pengembangan diri menurut Kirkpatrick adalah behaviour change (tiga lainnya adalah happy reaction, knowledge yang lebih baik, dan usaha yang lebih efektif dan efisien). Dan every body know, untuk mengubah perilaku orang sangat lah sulit. Apalagi kalau perilaku tersebut dipengaruhi oleh alam bawah tak sadar.



Selalu menjadi diskusi menarik bagi para ahli psikologis untuk mencari cara mengubah perilaku seseorang. Diskusi tersebut akhirnya menghasilkan beberapa aliran psikologi untuk memodifikasi perilaku seseorang. Secara garis besar, aliran tersebut fokus pada lapisan-lapisan dinamika psikologis seseorang. Aliran pertama fokus pada lapisan dinamika psikologis paling bawah, yaitu un consciousness mind atau alam bawah tak sadar (termasuk didalamnya value – believe, mind set), aliran psikologis yang fokus pada lapisan ini diantaranya adalah psychoanalysis. Ada juga aliran psikologi yang fokus pada lapisan kedua dari bawah, yaitu motif. Aliran psikologi yang fokus pada lapisan ini dikenal dengan nama psikologi humanistis, dimana salah satu tokohnya adalah Abraham Maslow yang terkenal dengan Piramida Kebutuhan Maslow nya.



Aliran berikutnya fokus pada lapisan ketiga dari bawah, yaitu lapisan dinamika psikologis berupa attitude atau sikap. Dan aliran ini dikenal dunia psikologi sebagai aliran psikologi kognitif. Aliran lainnya berfokus pada lapisan dinamika psikologis paling atas, berupa behavior. Aliran psikologi ini dikenal sebagai aliran behavioristik.



Semua aliran psikologi berbicara tentang bagaimana caranya membantu orang untuk memodifikasi perilakunya. Aliran psychoanalysis contohnya berkeyakinan bahwa perilaku seseorang dapat dirubah jika alam bawah tak sadarnya dirubah. Aliran humanistis berkata lain, bahwa perilaku seseorang dapat dirubah jika motif nya dirubah. Sedangkan aliran kognitif berkeyakinan, tanpa merubah alam bawah tak sadar, ataupun motif, perilaku  seseorang masih bisa dirubah selama seseorang mendapatkan informasi yang akan merubah sikap (penilaiannya). Dan aliran behaviour juga memiliki hasil riset nya sendiri, yaitu tidak perlu seseorang dirubah alam bawah tak sadar nya, motif nya, ataupun attitude nya, untuk mengubah behaviour langsung saja berikan reward dan punishment.



Saya yakin, sebagai orang non psikologi, Anda semakin bingung memahami treatment-treatment dan keyakinan yang dimiliki tiap aliran psikologi. Trust me, bahwa seluruh aliran psikologi tersebut baik psychoanalysis, humanistis, kognitif dan behaviour telah berhasil menunjukan pendekatan mereka mampu memodifikasi perilaku orang.



Kemudian apa hubungannya dengan trust?

Hubungannya, ternyata semua keberhasilan pendekatan modifikasi perilaku dalam psikologi tersebut dipengaruhi oleh faktor kunci, yaitu trust.



Mari kita buktikan. Salah satu teknik modifikasi perilaku psychoanalysis adalah hypnotherapy, dan tahukah Anda bahwa hipnoterapi hanya bekerja jika terapisnya adalah orang yang Anda percayai? Pendekatan kognitif salah satunya bernama Rational Emotive Therapy, dan tahukah Anda keberhasilan tharapy ini dipengaruhi oleh percaya atau tidak nya Anda pada therapyst. Pendekatan modifikasi perilaku dari behavioristik bernama modeling, dan tahukah Anda bahwa object modeling hanyalah orang yang Anda percayai.



Hal ini membuktikan bahwa trust sangat penting untuk menentukan apakah Anda menjadi orang yang berpengaruh dalam membantu orang bertumbuh yang ditandai dengan perubahan perilaku yang dilakukan sebelum dan setelah coaching. So be trusted and being trusting



Berkah Selalu
N Kuswandi