Tuesday, July 30, 2013

On Track U'r Passion






Setelah menulis catatan "Bongkar" tentang penting nya passion dalam melakukan apa saja, seorang rekan saya yang merasa bekerja tidak sesuai passion nya bercerita. Seperti catatan saya berjudul "Bongkar", saat ini dia bekerja di area yang bukan menjadi passion nya. Lulus kuliah sebenarnya dia masih idealis mencari dan menciptakan pekerjaan yang sesuai dengan passion nya. Namun, lapar perut memaksanya mengambil langkah menerima pekerjaan yang dirasa bukan passion nya. Akhirnya dia merasa tidak menghasilkan performance kerja yang maksimal.

Apakah benar kita tidak bekerja sesuai dengan passion kita? Berkeyakinan dengan "Tidak ada yg sia-sia", tidak perduli apa passion Anda dan apa yang Anda lakukan sekarang. Setiap apa yang kita lakukan saat ini sebenarnya mengantarkan dan membentuk passion kita di masa depan.

Syarat nya ada dua, pertama "kerjakan apa pun hari ini dengan maksimal". Kita dikenal orang dengan apa yang kita kerjakan hari ini. Mungkin hari ini kita merasa tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan passion kita. Tapi ingat orang lain melihat kita. Suatu ketika siapa tahu orang-orang yang bekerja sama dengan kita menjadi orang yang berada dalam range passion kita. Bayangkan saat sekarang kita dikenal sebagai orang yang buruk, image ini akan menempel bahkan saat kita sudah berada beralih di jalur yang benar untuk mengejar passion kita. Tentunya sangat susah mengubah image walaupun performance di pekerjaan yang sesuai passion kita sudah semakin membaik.

Syarat kedua yaitu keep on track. Tak peduli apa yang Anda lakukan saat ini, tetapkan goal yang ingin Anda capai. Seperti jalur pesawat terbang yang sudah ter track di navigasi pilot, seperti itulah seharusnya kita mengejar passion. Walaupun pesawat sudah punya track navigasi, pesawat sangat jarang selalu tepat berada di jalur navigasi. Ada kala nya pesawat melenceng dari jalur navigasi, tugas menara kontrol lah yang kemudian selalu mengingatkan untuk kembali ke jalur yang benar. Karena memang susah berada di jalur yang benar. Kita juga perlu menara kontrol untuk mengingatkan saat kita mulai keluar dari jalur passion. Menara kontrol itu bernama tulisan dan orang lain. Selalu tulis goal Anda, dan ceritakan ke orang lain. Catatan mengingatkan kita untuk tidak lupa, dan orang lain akan tahu passion kita dan kadang kala menggelitik kita saat mulai keluar dari track passion.

Di akhir catatan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman pribadi saya mengejar passion. Semenjak SMP, saya sudah menetapkan jalur passion saya adalah WTS (Writer-Trainer-Speaker). Merintis passion tadi, di SMP dan SMA saya membuat Perkumpulan Pecinta Anak. Kegiatan utama kami adalah menjadi pendongeng untuk anak-anak. Di Perguruan Tinggi, saya kemudian mendirikan Lembaga Psikologi Terapan spesialis untuk training out bound. Masih mengejar passion, lulus kuliah, saya melamar di sebuah perusahaan dengan posisi sebagai Management Trainee. Awalnya saya mengira, tugas Management Trainee adalah mengurusi trainee (sebutan bagi para peserta pelatihan). Namun ternyata saya salah, menjadi Management Trainee tugas utama saya belajar bisnis proses perusahaan.

Lulus sebagai Management Trainee, saya di tempatkan di posisi Recruitment Officer. Satu setengah tahun berikutnya saya di rotasi diminta memegang posisi Personel Officer. Menggunakan dua rumus tadi, saya tetap bekerja dengan maksimal dan on track dengan passion. Saya selalu menceritakan passion saya di dunia pelatihan pada rekan-rekan sekerja maupun ke atasan saya. Hingga akhirnya, di tahun ketiga saya mutasi ke cabang lain dengan posisi General Affair Officer. Di cabang ini, dengan rumus pertama, bekerja dengan maksimal di area kita, mengantarkan saya menjadi best continues improvement all site di tahun 2011. Akhirnya di bulan Desember 2012, passion saya terwujud. Di bulan itu saya di mutasikan lagi ke head office sebagai People Development Analyst. Bagaimana jadi nya saat saya tidak perform di area sebelumnya? Bisa jadi passion saya tidak didengar orang. Dan bagaimana jadinya jika saya lupa dengan passion saya dan puas di area General Affair, yang telah diakui orang dengan Best Continues Improvement?

Berkah selalu
Anker-Andi Keren

Monday, July 29, 2013

Bongkar



Calau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanyalah tontonan
Bagi mereka yang diperbudak jabatan

BONGKAR~Swami 1989

Kemarin, melakukan coaching kepada dua orang rekan kerja (malamnya kena juga giliran dicoaching atasan). Satu orang di pagi hari dan satu orang di sore hari. Lumayan menggugurkan kewajiban sebagai Leader untuk mendevelop rekan sekerja. Obrolan kosong tentang pekerjaan dan jabatan dimulai. Dua orang berbeda dengan waktu yang berbeda dan tempat berbeda. Kilas-kilas impian masa depan, diceritakan. Satu orang bercerita kilas mimpinya di masa depan membangun jaringan entrepreneur (tipikal karyawan yang sudah bosan bekerja di perusahaan). Satu nya bercerita keinginan belajar banyak hal (tipikal karyawan baru).


Saya percaya, talent (bintang) perusahaan tidak serta merta muncul dari bumi. Seorang bintang lahir dari rahim passion pekerjaan yang dikerjakan. Dibesarkan dengan makanan character dan dididik menjadi competen oleh bapak coach dan ibu system development. Bisa jadi dua rekan kerja saya, saat melamar kerja awal terjebak dengan dosa perut. Orang baru bisa disebut "orang" oleh masyarakat kalau punya pekerjaan. Tidak ada pilihan, adanya lowongan posisi admin ya mau ndak mau daftar sebagai admin, walaupun passion kita mechanic. Ada nya lowongan mechanic ya melamarlah jadi mechanic, padahal passionnya menjadi admin. Hatinya dikalahkan realisasi perutnya yang lapar.

Sebelum mendapat pekerjaan perutnya menguasai hatinya, sudah saat nya seorang coach yang baik membantu mengalahkan perutnya. Bukan kata masyarakat lagi yang harus dipikirkan, tapi kata Erich Form "Being Human". Seorang coach harus mampu memilihkan kursi yang pas untuk duduk. Seorang coach juga harus mampu meng ergonomi kan letak kursinya. Recruiter sering kali menyebutnya dengan right man in the right place. Kesesuaian kursi diharapkan menenangkan kegundahan perut, memenangkan passion.

Seperti lirik lagu Bongkar di atas. Karyawan dengan passion pun, pada suatu ketika bisa membuang cinta nya pada pekerjaan. Terjebak bisikan syetan masa kerja sudah lama, sudah saatnya mendapat jabatan. Karenanya, passion harus diberi makan dengan character. Diracik oleh koki "coach" dengan resep "system development yang pas". Sering kali resep system development hanya berkisar di technical competency tanpa diimbangi development di area soft competency, akibatnya syetan jabatan menggerogoti hati Sang Bintang.

Banzai selalu
Anker-Andi Keren



Thursday, July 25, 2013

Passion - Character - Competency

Selalu menarik mengikuti presentasi improvement talent-talent perusahaan, termasuk hari ini. Walaupun metode evaluasi dengan presentasi ini masih menjadi perdebatan, karena masih dianggap mengerdilkan potensi dan performance talent. Saya sendiri, yang terbiasa menjadi langganan moderator presentasi continues improvement bagi talent, memandang presentasi menjadi tool yang baik namun belum yang terbaik.

Seorang talent, gampangnya harus mampu menunjukkan extraordinary competency dan extraordinary performance. Presentasi improvement mampu menunjukkan syarat tersebut. Unsur penilaian performance bisa dilihat dari pencapaian improvement yang talent lakukan. Sedangkan, unsur knowledge competency nya bisa diketahui dari tanya jawab penguasaan keilmuan saat evaluasi. Jika tidak bisa menjawab berarti secara competency knowledge memang tidak competen. Skill Competency nya juga bisa dilihat dari proses talent melakukan rencana perbaikan.

Dari hal tersebutlah, saya setuju presentasi menjadi tool yang baik untuk mengevaluasi talent. Namun, bukan tool terbaik, karena presentasi tadi tidak bisa mengukur soft competency dan validitas realibilitas performance. Pengalaman saya, seorang talent yang diambil dari back ground lapangan, soft competency nya saat presentasi menjadi tertutupi. Ada salah satu talent dari section produksi sub section Pit Service, saat dia di lapangan suaranya keras menggelegar sejalan dengan postur tubuhnya yang tinggi besar, leadership nya kuat, team work nya diakui, disegani anak buahnya. Namun, saat presentasi suaranya jadi kecil seperti tikus celurut kejepit pintu, leadershipnya terkesan lemah. Orang-orang lapangan biasanya gagal mempresentasikan soft competency nya. Hal ini dikarenakan, mempresentasikan data adalah hal baru bagi mereka. Segala sesuatu yang baru biasanya dihadapi dengan topeng baru. Contohnya jika punya pacar baru, topeng baik kita yang digunakan bukan diri kita sebenarnya.

Berbeda dengan karywan back ground lapangan, karyawan dengan back ground office menjadi kebalikannya. Masih common sense pengalaman saya, orang-orang back ground office cenderung berhasil menampilkan soft competency nya. Namun, saat talent dengan back ground office presentasi, saya cenderung harus extra keras menguji validitas dan reliabilitasnya. Keseharian mereka yang terbiasa terlibat dengan data, memungkinkah mereka membuat celah, sehingga data yang tersaji bisa jadi benar di sudut tertentu tapi salah di sudut yang lain. Contohnya data productivity, dengan target 50 per hari dan pencapaian rata-rata awal 30 maka setelah diperbaiki pencapaian rata-ratanya menjadi 55. Secara olah data di sudut ini, pencapaian improvement yang dilakukan berhasil. Namun, di sudut olah data lain, data pencapaian improvement nya salah. contohnya saja dilakukan pengolahan data secara standar deviasi. Bisa jadi dengan rata-rata lebih bagus, namun standar deviasi (keajegan) hasil hari-per hari tidak stabil. Hari ini productivitynya sangat bagus dan hari berikutnya productivity nya sangat jelek. Artinya hasil improvement yang dilakukan hanya kebetulan saja.

Sebenarnya ada peluang untuk meningkatkan nilai presentasi sebagai tool evaluasi talent dari baik menjadi sangat baik. Dari sisi soft competency, bisa diisi dengan evaluasi 360`. Dengan indicator soft competency yang jelas, kita bisa menanyakan aktual di lapangan soft competency talet kepada atasan, bawahan, dan rekan sejawat. Hasil evaluasi tadi akan menggambarkan kelayakan kelulusan talent. Sedangkan dari sisi validitas dan reliabilitas data performance kita bisa lakukan dengan menambahkan control balance measure dalam presentasinya. Atau bahasa gampangnya harus ada uji validitas dan reabilitas dari data improvement yang dipresentasikan.

Banzai selalu
Anker-Andi Keren

Tuesday, July 23, 2013

Pusaka Warisan Bapak

Hari ini, diskusi kecil saya dengan GM mengingatkan doa yang pernah diajarkan bapak sebelum putra yang beranjak dewasa ini berangkat merantau. Kalau Ahmad Fuadi penulis trilogi lima menara dibekali tiga mantra sakti dari pesantren madani, man jadda wajada (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil), man shabara zhafira (siapa yang bersabar akan beruntung) dan man saara ala darbi washala (siapa yang berjalan di jalan nya akan sampai tujuan), maka saya diberi satu mantra sakti sebelum merantau oleh bapak. Masih teringat betul pesan Beliau saat saya akan mencari kerja "Le, sewaktu kamu memilih kerjaan jangan lupa berdoa seperti Nabi mu berdoa, Robbi angzilni mungzalan mubarokan wa anta khoirul mungzilin-Ya robku tempatkanlah saya di tempat yg diberkahi, sungguh Engkaulah dzat yg sebaik-baiknya menempatkan".

Mantra sakti itu pada awal-awal masuk kerja selalu menjadi pengikat hati saya, bapak, dan Tuhan. Ajaib, mantra sakti itu manjur bagi saya, saat awal lulus kuliah, ada beberapa perusahaan yang menjadi pilihan, Nasmoko, Mitra Consulting, dan Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Saya percaya tidak ada yang kebetulan di dunia, termasuk berlabuh nya hati di BUMA lewat jalur Management Trainee. Ini pasti jalan Tuhan menuntun mantra sakti "Robbi angzilni mungzalan mubarokan wa anta khoirul mungzilin-Ya robku tempatkanlah saya di tempat yg diberkahi, sungguh Engkaulah dzat yg sebaik-baiknya menempatkan"

Kerja di BUMA itu tidak mudah, apalagi di tahun pertama bekerja, kami para management trainee harus bekerja tiga bulan full tanpa istirahat sabtu-minggu di restrictive area, setelah tiga bulan kami baru mendapatkan cuti periodic selama 14 hari. Namun kekuatan mantra masih membuat BUMA sebagai tempat yang penuh keberkahan. Walaupun digoda berbagai perusahaan, tidak menggoyangkan keberkahan yang saya terima di BUMA. Keberkahan terus berlanjut sampai lima tahun usia saya di BUMA, mulai diberikan bonus tahunan yang gede banget, kenaikan gaji tahunan diatas rata-rata orang kebanyakan, menjadi juara continuous improvement semua cabang, melead implementasi coaching culture sampai dengan sekarang dipilih sebagai anggota team project tingkat tinggi-internalisasi company value dengan leadership behavior untuk para manager sampai board of director.

Sungguh semua keberkahan itu sangat layak disyukuri. Dan sungguh menjadi dilema saat saya harus memutuskan keluar dari organisasi yang penuh berkah ini. Seakan hati kecil berbisik, "berkah apa lagi yang engkau cari, nikmat mana lagi yang engkau dustakan?" Namun hati lain berbisik, "apakah berkah mu bermanfaat bagi lingkungan terkecilmu, bagi keluarga mu?" Perang batin ini laksana dua raksasa yang saling menghimpit. Hingga akhir nya dengan meyakini mantra yang sama, saya memutuskan untuk meninggalkan BUMA dan kami sekeluarga memulai berdoa "Robbi angzilni mungzalan mubarokan wa anta khoirul mungzilin-Ya robku tempatkanlah saya di tempat yg diberkahi, sungguh Engkaulah dzat yg sebaik-baiknya menempatkan" supaya tempat baru yang kami pilih tidak hanya berkah bagi saya, namun juga bagi keluarga

Saat ini saya bahagia, dan mungkin akan lebih bahagia
Banzai Selalu
N. Kuswandi

Tuesday, July 9, 2013

Berkembang di Zona Nyaman


Keluar dari zona nyaman itu rasanya seperti minum obat pahit untuk sembuh. Layak nya sebuah perubahan yang selalu menimbulkan ketidaknyamanan, keluar dari zona nyaman juga bisa mengalami perasaan yang sama. Sesemangat apapun keluar dari zona nyaman, pada akhirnya harus berhadapan dengan perubahan. Mulai lagi beradaptasi dengan perubahan, merasakan berbagai gelombang emosi dari antusias, putus asa, marah, ataupun gembira.
Seberapa keras nya duri rintangan keluar dari zona nyaman, tetap banyak yang tersadar betapa besar manfaat keluar dari zona nyaman untuk mendapatkan kenyamanan baru. Orang yang nyaman mengendarai motor dan mulai keluar dari kenyamanan nya untuk belajar mengendarai mobil, mereka sadar dengan keluar dari zona nyaman nya bisa mendapat kenyamanan baru saat bepergian menggunakan mobil. Orang yang nyaman bermalas-malasan dan mulai keluar dari zona nyaman nya untuk bekerja keras, mereka sadar akan mendapat kenyamanan baru dari "new think" yang dihasilkan kerja keras nya.
Walaupun mengetahui manfaat keluar dari zona nyaman, masih ada juga yang memilih berada di zona nyaman nya, salah satu nya mungkin saya. Dunia Learning and Development adalah area nyaman saya, walaupun tidak pernah menolak mengambil bagian di area HR yang lain dan merasakan kenyamanan di area recruitment, personal admin and payroll, industrial relation, organization development sampai community social respond, tetap saja pilihan saya adalah Learning and Development. Karena saya mempunyai teori yang mungkin cocok untuk Anda, menurut saya ada dua jalur untuk berkembang, jalur zona nyaman (zona nyaman dan terus berkembang) dan jalur uncomfort zone (keluar dari zona nyaman).
Sudah banyak buku ataupun sharing uncomfort zone yang bisa ditemukan. Sedangkan zona nyaman terus berkembang adalah jalur yang mungkin baru saja Anda kenal. Analogi sederhana dari jalur ini adalah atlet Binaraga. Pada awal nya untuk membentuk tubuh nya, atlet Binaraga harus berjuang mati-matian dengan diet, olah raga dan berbagai macam program menyakitkan lain nya. Sang Atlet mulai terbiasa dan nyaman dengan program body building nya, hingga akhir nya mendapatkan tubuh yang diidam-idamkan. Setelah nyaman dengan program latihan nya dan berhasil mendapatkan bentuk tubuh idaman, sang Binaraga mulai merasa bentuk paha nya belum terlalu bagus. Dengan program latihan yang sudah membuat nya nyaman, dia tetap membentuk tubuh nya dengan penekanan membentuk paha. Tujuan nya akhir nya tercapai.
Berkembang di zona nyaman seperti seorang Binaraga mempertahankan bentuk tubuhnya. Cintai passion Anda dan jangan bergerak ke mana. Gerakan Anda hanya boleh dan terbatas pada area zona nyaman saja, area passion Anda. Bernyaman-nyaman lah di zona kenyamanan kita dengan tidak berpindah, namun mempernyaman tempat duduk dengan memperdalam passion kita. Jika passion Anda fotografi, jangan bergerak di luar zona fotografi. Anda hanya boleh bergerak untuk membuat Anda bertambah nyaman. Saat Anda bosan itulah moment yang paling tepat untuk bergerak menyiapkan tempat dan posisi lebih nyaman.

Berkah selalu
N. Kuswandi