Tuesday, September 2, 2014

Lifetime Employment VS Lifetime Employability


 

 
Seminggu ini baru bermasalah dengan isu penyediaan lapangan kerja. Diskusi yang terjadi dengan teman-teman yang baru saja lulus kuliah. Perasaaan seperti lulus di saat yang salah, lulus kok gak dapat kerja-kerja. Keluhan yang berbanding terbalik dengan keluhan para HRD Recruiter.
Teman saya ini nampak tidak percaya saat saya bilang, dulu selama kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama pernah pegang bagian Recruitment, dan tantanga...n terbesar saya adalah mencari kandidat yang melamar. Bukan bermaksud membandingkan dengan pengalaman saya, kesimpulan saya lebih susah nyari orang yang mau direkrut dari pada mencari pekerjaan.
 
Apa yang terjadi sebenarnya? Ada istilah Lifetime Employment dan Lifetime Employability. Beberapa orang susah menemukan pekerjaan yang cocok dan ada orang yang selalu dicari pekerjaan. Orang yang susah mencari pekerjaan biasanya akan selalu hidup dalam kehidupan menjadi pekerja. Selama hidupnya diabadikan untuk menjadi pekerja atau istilah nya Lifetime Employment, sepanjang hidup menjadi pekerja.
 
Sebaliknya orang-orang yang selalu dicari pekerjaan, hidupnya terasa ringan. Saat sudah memiliki pekerjaan ada saja orang yang menawari pekerjaan yang lebih baik. Saat tiba-tiba keluar dari perusahaan, sudah ada orang yang menunggu untuk menghire. Orang-orang ini seakan selama hidup nya selalu tersedia pekerjaan lebih baik yang selalu menunggu. Orang-orang ini disebut sebagai Lifetime Employability.
 
Apa yang membuat mereka menjadi orang-orang yang selama hidupnya tinggal memilih pekerjaan? Jawabannya adalah personal empowerment, mengempower diri sendiri untuk proaktif atas diri nya. Saat orang lain hanya mempelajari materi kuliah, orang ini mengempower diri nya untuk belajar aplikasi ilmu kuliah di tempat kerja dengan magang, mentoring dengan orang yang mengaplikasikan di tempat kerja. Saat teman-teman nya sibuk dengan euphoria darah muda kuliah, orang ini sudah berfikir masa depan dan menyiapkan diri menyongsong masa depan.
 
Bukankah Lifetime Employability terjadi saat ada kesempatan dan kesiapaan? Contoh sederhananya, ada lowongan HRD maka ini adalah kesempatan. Di lowongan itu disyaratkan punya pengalaman minimal 3 tahun, bagi teman-teman yang belum lulus bisa jadi belum punya kesiapan. Bandingkan dengan mahasiswa yang mengempower diri nya, bisa jadi dengan selama kuliah dia mendaftar magang atau ikut biro psikologi yang menjadikannya punya pengalaman 3 tahun. Kesiapan mahasiswa yang mengempower diri nya ditambah dengan kesempatan yang muncul maka lahirlah Lifetime Employability.
 
Akhirnya pilihannya tergantung kepada Anda, mencari pekerjaan seumur hidup “Lifetime Employment” atau dicari pekerjaan seumur hidup “Lifetime Employability”. Nasib Anda bukan tanggungjawab orang lain.
 
Berkah Selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment