Wednesday, August 24, 2016

International Coach Federation : Managing Progress & Accountability


Dari indicator perilaku managing progress and accountability, seorang coach memiliki panduan perilaku-perilaku apa saja yang perlu dilakukan dalam managing progress and accountability. Kesemua indicator perilaku tersebut bisa dilakukan dengan dua tool berikut.

Pertama adalah Scoreboard

Saat coachee enggage dengan designing action yang dibuat maka dia akan mengeksekusi designing action yang dia buat. Dan kunci agar coachee enggange adalah dengan scoreboard yang selalu dia lihat, selalu di update dan memotivasi coachee. Ingat bahwa “orang bermain secara berbeda saat mereka melihat score”. Sudah menjadi sifat manusia saat seseorang menghitung score mereka, dia akan memberikan hasil terbaiknya.

Scoreboard adalah representasi dari designing action yang coachee buat. Bisa jadi desiging action yang dimiliki coachee dibuat di dalam buku dan berbentuk begitu formal dengan kolom-kolom yang membosankan, maka scoreboard adalah simpulan dari designing action yang sudah dibuat.

Scoreboard yang baik setidaknya memiliki tiga ciri, yang pertama adalah scoreboard tersebut haruslah mudah dilihat oleh coachee, baik berupa ukurannya, kesederhanaanya dan letaknya. Dengan kemudahan melihat scorecard, secara tidak langsung akan tumbuh motivasi instriksik dari coachee dan akan membuat coachee bermain secara berbeda saat ada score yang dilawan.

Syarat kedua agar scoreboard mampu menimbulkan enggagement adalah selalu diupdate. Pertemuan rutin yang disepakati coachee dan coach untuk melaporkan pencapaian akan menjadi sarana yang sangat baik untuk mengupdate scoreboard yang dimiliki. Bisa jadi pertemuan tersebut adalah seminggu sekali, atau bisa jadi sebulan sekali, tergantung kesepakatan antara coach dan coachee. Hal yang penting dari pertemuan rutin adalah menciptakan irama akuntabilitas.

Dan syarat ketiga dari scoreboard yang baik adalah memotivasi coachee. Scoreboard yang dibuat sendiri oleh coachee lebih menimbulkan motivasi dibandingkan saat dibuatkan coach nya. Semakin kuat coachee merasa bahwa scoreboard tersebut milikinya, semakin besar keinginannya untuk mengambil alih kepemilikan atas scoreboard tersebut.  

Scoreboard yang memotivasi juga bisa ditandai dengan kemampuan untuk langsung memberitahu coachee, apakah coachee sedang kalah atau sedang menang? Saat scoreboard tidak mampu menunjukan posisi kekalahan atau kemenangan coachee maka itu bukanlah scoreboard, namun hanya data belaka. Dan ingat motivasi tidak akan tumbuh saat coachee tidak mengetahui apakah dirinya sedang kalah atau sedang menang, orang selalu bermain secara berbeda saat melihat angka.

Seorang coachee memiliki goal untuk bisa diterima di salah satu perusahaan multinasional dari Amerika. Saat ini dia sedang semester enam dan sedang menyelesaikan kuliah. Setelah proses coaching, dia membuat designing action sebagai berikut :


Dengan designing action yang dibuat oleh coachee di atas, maka contoh scoreboard yang mengaplikasikan ketiga syarat di atas adalah sebagai berikut :



Perhatikan gambar diatas, scoreboard tersebut memenuhi ketiga ciri scoreboard yang baik. Syarat pertama mudah dilihat, dipenuhi dari kesederhanaannya yang hanya berbentuk speedometer, bentuk yang familiar ditemui baik di sepeda motor maupun di dalam mobil. Coachee juga dapat memprint di kertas yang besar dan menempel dashboard tersebut di tempat yang mudah dilihat oleh coachee sendiri. Sehingga coachee dapat memonitor sendiri perkembangannya.

Selain memenuhi syarat pertama, scoreboard tersebut juga memenuhi syarat kedua, yaitu selalu di update. Coachee dan coach bisa saja menyepakati bahwa setiap bulan, mereka akan bertemu dan berdiskusi eksekusi dari desigining action. Saat pertemuan tersebut, coachee bisa membawa scoreboard nya dan mengupdate pencapaian ekskusi designing action nya.

Scoreboard diatas juga memenuhi syarat scoreboard ketiga beripa memotivasi dengan langsung langsung mengetahui kekalahan atau kemenangan. Semua orang aware, merah adalah tanda stop, larangan dan bahasa lainnya adalah kekalahan, sedangan kuning adalah titik berhati-hati, dan hijau adalah kemenangan. Setelah update dilakukan secara berkala, maka coachee dapat langsung mengetahui dimana posisinya saat ini, apakah kalah atau menang? Saat coachee melihat setiap hari posisi nya saat ini, di saat itulah coachee akan memainkan permainan yang berbeda.

Thursday, August 4, 2016

Apa itu Coaching?


Banyak ahli mendefinisikan tentang coaching. Dan salah satu dari banyak definisi tentang coaching, salah satu definisi tentang coaching diberikan oleh John Whitmore yang merupakan seorang Business Coach nomer satu yang diakui oleh Independent Newspaper dan penerima penghargaan President’s Award dari International Coach Federation. Menurut John Whitmore, coaching adalah membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan pertumbuhan coachee (orang yang diberi coaching).  

Definisi dari John Whitmore ini kemudian diadaptasi menjadi definisi coaching yang dikeluarkan oleh  International Coach Federation (ICF) yang merupakan salah satu organisasi professional coaching yang memiliki kredibilitas tinggi dan jaringan di seluruh dunia. Didirikan oleh seorang professional coach bernama Thomas J. Leonard pada tahun 1995 dengan semangat membangun komunitas professional coaching di Amerika Utara. Saat ini, ICF memiliki 126 chapter diseluruh dunia dengan 25.000 member dan terus bertambah setidaknya 500 orang per tahun, menjadikan ICF sebagai organisasi professional coaching terbesar dan terkredible di seluruh dunia. Adapsi definini coaching  dari John Whitmore yang dikeluarkan ICF sendiri menjadi coaching adalah proses kemitraan dengan coachee untuk memprovokasi proses berfikir coachee secara kreatif dan menginspirasi untuk memaksimalkan potensi dan performance coachee.

Dari definisi tersebut, ada tiga kata kunci yang yang bisa digarisbawahi. Pertama adalah kemitraan, kedua adalah memprovokasi cara berfikir dan ketiga adalah memaksimalkan potensi dan performance. Kata kunci pertama “kemitraan” yang menjadikan coaching menjadi pembeda dengan tool-tool pengembangan yang lain. Seperti sudah kita ketahui, beberapa tool pengembangan yang familiar didengar diantaranya adalah training, conseling, mentoring dan consulting. Keempat tool pengembangan diri ini dikembangkan dengan bintang utamanya adalah pihak pertama (trainernya, konselornya, mentornya ataupun konsultannya), berbeda dengan coaching, karena proses kemitraan maka bintang utamanya adalah pihak kedua (coachee nya).

Perhatikan saja, jika Anda mengikuti pelatihan, siapa yang menjadi bintangnya? Atau saat Anda mengikuti konseling, mana yang berperan paling dominan? Ataupun saat Anda mendapatkan service consulting dan mentoring, siapa yang lebih pintar? Sebaliknya, saat Anda mendapatkan coaching, maka fokus nya bukan di coach nya namun di coachee nya, coachee nya lah yang pintar menemukan jalannya sendiri, coachee nya sendiri yang menemukan solusi dan memutuskan solusi mana yang akan diambil dan diimplementasikan.

Perbedaan lainnya terletak pada kata kunci definisi coaching yang kedua, memprovokasi pikiran. Training, mentoring, conseling dan consulting adalah tool pengembangan diri yang sifatnya searah. Saat Anda mendapatkan training, Anda diminta untuk mengimplementasikan apa yang sudah dibawa oleh trainer. Begitu juga saat Anda melakukan mentoring, consulting ataupun consulting, prosesnya searah dan cenderung direct atau telling dari pihak pertama kepada client nya. Sebaliknya, saat Anda melakukan proses coaching, coach akan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang kreaktif untuk menggali (seeking) dan memaksimalkan potensi yang Anda miliki.

Berkah Selalu
N Kuswandi