Sunday, February 9, 2014

Kitab Babon Rahasia Sukses


Semakin dipelajari semakin beragam rahasia sukses yang bermunculan. Mulai dari rahasia sukses nya Ki Hajar Dewantoro dengan 3 N nya (Niteni-Niroake-Nambahi) yang kemudian dikembangkan lagi oleh Pelatih Sukses No 1 Indonesia, Tung Desem Waringin menjadi Nyontek (niroake), Faktor Tambah (Nambahi), dan Faktor Kali. Tokoh-tokoh lain memiliki rumus yang berbeda lagi, Simon Sinek dengan teori Golden Circle nya mengajarkan kesuksesan didapat saat seseorang mengerjakan sesuatu berawal dari lingkaran paling dalam (lingkaran why) atau lingkaran passion, kemudian dilanjutkan dengan lingkaran tengah (lingkaran how) atau lingkaran competency, dan ditutup dengan lingkaran paling luar (lingkaran what) atau lingkaran action plan. Ada juga Daniel Goleman yang merumuskan kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (self awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy dan handling relationship) ditambah kecerdasan intelektual. Steven Covey dengan buku larisnya berjudul Seven Habit for Highly Effective People kemudian menerjemahkan kecerdasan emosional ke dalam tujuh perilaku, handling relationship diterjemahkan menjadi dua perilaku "win-win" dan "synergy", empathy, proactive, begin from the end, put first think first, dan sharpen the saw. Mario Teguh berkomentar pendidikan itu penting untuk menjadi sukses, sedangkan tokoh "glidis" lain berbicara berhentilah sekolah cari ilmu dilapangan dan take action.

Semakin banyak rumus sukses yang bermunculan pastilah membuat orang semakin sulit untuk melihat hubungan dan menentukan rumus sukses mana yang harus dipakai. Dalam proses memperluas zona nyaman pencarian rumus sukses, ada "thek" (hikmah) yang mungkin menjadi pertanyaan saya, apa kitab babon dari rumus sukses. "Thek" itu saya temukan dari surat Al Ashr;
"Demi masa,
Sesungguhnya semua orang dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh
dan berwasihat (menaseht-nasehati) dengan kebenaran & menasehati dengan kesabaran"

Al Ashr yang menurut para ahli tafsir sebagai surat yang bisa merangkum Al Qur'an. Surat yang keluar di Mekkah tadi menurut saya adalah babon rumus sukses. Semua rumus sukses dari para ahli gagal mengalahkan ayat pertama "Demi Masa". Mau berjuta-juta rumus sukses sebenarnya kuncinya adalah waktu. Kita menganggap waktu itu konstan, sehari 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 30 hari. Anggapan kita terpatahkan oleh teori relativitas einsten, dengan rumus E=MC2. Waktu itu relative, yang tetap adalah kecepatan cahaya, 300.000 m/s, dan kita bisa mempersepsikan waktu karena ada cahaya. Siapa yang bisa bergerak mendekati cahaya maka semakin panjang waktu yang dimiliki.  Artinya rumus sukses pertama adalah mengalahkan kecepatan cahaya. Semua orang mampu mengerjakan apapun, yang membedakan adalah seberapa seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tadi. Ada yang berhasil menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 1 hari dan ada yang berhasil menyelesaikan dalam waktu 1 minggu. Semakin cepat orang berlari mendekati cahaya maka semakin cepat seseorang menyelesaikan pekerjaan. 

 Orang-orang yang bisa mengalahkan atau mendekati cahaya disebut sebagai orang-orang yang beruntung. Cara untuk mengalahkan kecepatan cahaya tersebut juga sudah diterangkan, yaitu :
1. Beriman                 dengan kata lain berilmu
2. Beramal sholeh      dengan kata lain take action
3. Berwasiat               dengan kata lain mensukseskan orang lain
Coba perhatikan jika Tung Desem Waringin merumuskan sukses dengan menyontek, nambahi, dan mengalikan maka sebenarnya ketiga hal tersebut adalah rumus pertama untuk mengalahkan waktu, "berilmu". Conteklah ilmu nya, tambahi ilmunya, dan kembangkan berkali-kali ilmunya. Mario Teguh juga berbicara ilmu sebagai pondasi sukses. Rumus kedua dibicarakan oleh Bob Sadino dengan take action nya. Rumus sukses Daniel Goleman dan Steven Covey juga sebenarnya jika dirangkum kembali ketiga rumus babon tadi. Seven Habit for Highly Effective People berbicara tentang habit effective sebagai pribadi dan habit effective dalam berhubungan dengan orang lain. habit effective sebagai pribadi adalah penjabaran dari beramal sholeh, dan habit effective dalam berhubungan dengan orang lain adalah penjabaran dari mensukseskan orang lain. Apapun rumus suksesnya kembali ke tiga rumus 

Kembali kepada rumus utama untuk menjadi sukses harus bisa mendekati cahaya. Cara untuk mendekati cahaya adalah dengan berilmu. Orang yang bisa mendekati cahaya identik dengan mampu mengerjakan pekerjaan dalam waktu singkat. Hal ini tentu saja hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki competency atau orang-orang yang memiliki ilmu. Buktinya saja Michael Suchmaker mampu mengelilingi 60 lap arena balapan hanya dalam waktu 45 menit, ini membuktikan Michael Suchmaker memiliki ilmu. Tentunya jika kita yang tidak memiliki ilmu mengendari F1 bisa jadi tidak bisa mendekati cahaya dan menyelesaikan 60 lap dalam waktu 2 hari.

Memiliki ilmu nya saja ternyata tidak menjamin seseorang mendekati cahaya. Dibutuhkan rumus kedua untuk menyempurnakan, take action begitulah rumus kedua. Memiliki ilmu tapi kalau tidak pernah dicoba tidak akan pernah menjadi amal, tidak pernah menjadi tindakan. Take action memungkinkan kita mendekatkan diri kepada kecepatan cahaya. 

Dan ternyata berilmu dan mengambil tindakan juga belum menjamin seseorang mendekati kecepatan cahaya. Diperlukan satu unsur lagi untuk mendekati cahaya, yaitu mensukseskan orang lain. Ilmu yang dimiliki orang terbatas, sehingga berdampak pada action yang akan dilakukan. Dengan bersama-sama mensukseskan orang, ilmu yang dimiliki orang lain menjadi ilmu kita dan ilmu kita menjadi ilmu orang lain. Sinergi saling membuat sukses ini membentuk simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. 

Saat ilmu, take action dan mensukseskan orang lain bisa bersinergi dengan bagus, kecepatan cahaya yang begitu cepat itu bisa kita dekati atau bahkan bisa kita susul. Bukan kah manusia dengan sifat insyaniallah nya lah yang bisa mengalahkan malaikat. Jika malaikat yang terbukti memiliki kemampuan kecepatan cahaya saja bisa kita kalahkan tentu saja kita bisa melebihi kecepatan cahaya?

Berkah selalu
N. Kuswandi

2 comments:

  1. Sebuah ilmu yang sangat bermanfaat tentu nya saya sangat berterimakasih atas ilmu yang telah di bagikan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih pak Tung
      Jenengan adalah salah satu guru yang menginspirasi saya untuk terus berumbuh

      Delete