Thursday, February 13, 2014

Daniel PinK : The Puzzle of Motivation





Setiap menggali Training Need Analysis, bisa dipastikan isu yang muncul adalah, "bantu anggota team kami untuk memiliki mind set yang lebih baik". Karena inilah, saya khirnya membranding diri sebagai modifying behavior. Harapannya, apa yang dibrandingkan benar-benar menjadi kenyataan.

Menuju goal branding tersebut, sudah selayaknya selalu belajar menemukan metode terbaru dan terefektif untuk memodifikasi perilaku. Salah satu konsep terbaru dikenalkan oleh Daniel Pink saat Daniel berpidato di acara TED 2009. Konsep ini muncul karena, Daniel Pink menganggap konsep motivasi Behavior yang berprinsip pada insentif materi, reward dan punishment tidaklah cukup. Daniel Pink melihat model reward-punishment, atau stick and carrot hanya cocok diterapkan bagi pekerjaan mekanis yang flow proses bisnis nya monoton. Dan jenis bisnis atau organisasi seperti ini hanya berlangsung di era industri saja. Sedangkan pada masa ini, era bisnis sudah bergeser dari era industri ke era kontektual yang ditandai dengan lahir dan besarnya industri-industri kreaktif.

Melihat perubahan era tersebut, Daniel Pink kemudian melakukan penelitian yang berfokus pada motivasi intrinsik yang pernah dikembangkan oleh Edward Deci di tahun 1969 dan Harry F. Harlow tahun 1949. Dari penelitian yang dilakukan, Daniel Pink membuktikan, motivasi eksternal seperti uang hanya menjadi motivasi jangka pendek selama insentifnya dibayarkan. Daniel Pink juga mengatakan bahwa orang hanya akan melakukan sesuatu sejauh mereka dibayar. Atau kalau dalam istilah hierarki value, insentif external seperti uang hanya memotivasi orang sejauh aktifitas basic saja.

Daniel Pink kemudian memberikan rekomendasi, untuk perusahaan yang hidup di era busnis kontektual dengan core company creativity bisa menggunakan tiga faktor instrinsik untuk memotivasi karyawannya. Ketiga motivasi instriksik itu oleh Daniel Pink dinamakan sebagai motivasi Mastery atau penguasaan keahlian; motivasi Autonomy atau kemandirian; dan motivasi Purpose atau tujuan yang bermakna. Menariknya, Daniel Pink juga menyampaikan, bahwa motivasi internal tadi harus dilengkapi dengan memberikan gaji dan tunjangan yang layak kepada karyawan.

Daniel Pink menjelaskan, motivasi Mastery adalah motivasi untuk menguasai keahlian, yang artinya seseorang bisa memiliki motivasi yang tinggi jika mereka diberikan peluang untuk mengembangkan dirinya untuk menjadi expert atau spesialis dibidang tertentu. Dalam aplikasinya, perusahaan atau organisasi yang menggunakan konsep mastery harus memberikan pekerjaan yang cukup menantang tapi tidak terlalu mustahil.

Autonomy menurut Daniel Pink didefinisikan sebagai kebebasan yang diberikan perusahaan kepada para karyawannya dalam bentuk kebijakan yang flekibel. Karyawan dibebaskan untuk berinovasi serta menjadi kreatif. Daniel Pink percaya, karyawan yang memiliki perasaan tertekan karena segala peraturan yang mengekang akan mendemotivasi seseorang.

Motivasi ketiga berupa purpose adalah bahwa setiap orang memiliki tujuan non financial atas pekerjaan nya. Tujuan itu bisa berupa, membantu orang lain, tujuan spiritual, tujuan aktualisasi diri dan sebagainya. Para leader sering kali mengistilahkan dengan added value dari setiap pekerjaan. Bukan hanya bekerja agar target nya tercapai, tapi apa nilai lain yang bisa didapat saat melakukan pekerjaan dan mencapai target. Purpose memberikan arti penting dalam suatu aktivitas menjadi layak diperjuangkan. Purpose adalah bahan bakar utama dalam mengobarkan api motivasi.

Salah satu perusahaan yang entah sadar atau tidak yang sudah menggunakan ketiga model intrinsik tersebut adalah Google. Aplikasi konsep Daniel Pink, dimulai Google merekrut karyawan. Google hanya merekrut, bahkan membajak orang-orang yang terbukti memiliki keahlihan di bidang IT. Secara tidak langsung, sebenarnya Google mengaplikasikan konsep motivasi mastery. Orang-orang yang terbukti hebat memiliki keahlian di bidang IT adalah bukti bahwa orang-orang tersebut memiliki motivasi intrinsic untuk menjadi spesialis (mastery) di bidang IT. Setelah mereka diterima di Google, perusahaan membaskan mereka untuk bekerja dari mana saja dan mengerjakan apa saja. Role Google ini adalah aplikasi dari motivasi autonomy. Dan Google juga memiliki role bahwa setiap karyawannya memiliki project yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya. Role ini adalah aplikasi Google untuk menumbuhkan motivasi bekerja melalui intrinsic motivation purpose.

Berkah Selalu
Novianta Kuswandi

Sunday, February 9, 2014

Kitab Babon Rahasia Sukses


Semakin dipelajari semakin beragam rahasia sukses yang bermunculan. Mulai dari rahasia sukses nya Ki Hajar Dewantoro dengan 3 N nya (Niteni-Niroake-Nambahi) yang kemudian dikembangkan lagi oleh Pelatih Sukses No 1 Indonesia, Tung Desem Waringin menjadi Nyontek (niroake), Faktor Tambah (Nambahi), dan Faktor Kali. Tokoh-tokoh lain memiliki rumus yang berbeda lagi, Simon Sinek dengan teori Golden Circle nya mengajarkan kesuksesan didapat saat seseorang mengerjakan sesuatu berawal dari lingkaran paling dalam (lingkaran why) atau lingkaran passion, kemudian dilanjutkan dengan lingkaran tengah (lingkaran how) atau lingkaran competency, dan ditutup dengan lingkaran paling luar (lingkaran what) atau lingkaran action plan. Ada juga Daniel Goleman yang merumuskan kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (self awareness, managing emotions, motivating oneself, empathy dan handling relationship) ditambah kecerdasan intelektual. Steven Covey dengan buku larisnya berjudul Seven Habit for Highly Effective People kemudian menerjemahkan kecerdasan emosional ke dalam tujuh perilaku, handling relationship diterjemahkan menjadi dua perilaku "win-win" dan "synergy", empathy, proactive, begin from the end, put first think first, dan sharpen the saw. Mario Teguh berkomentar pendidikan itu penting untuk menjadi sukses, sedangkan tokoh "glidis" lain berbicara berhentilah sekolah cari ilmu dilapangan dan take action.

Semakin banyak rumus sukses yang bermunculan pastilah membuat orang semakin sulit untuk melihat hubungan dan menentukan rumus sukses mana yang harus dipakai. Dalam proses memperluas zona nyaman pencarian rumus sukses, ada "thek" (hikmah) yang mungkin menjadi pertanyaan saya, apa kitab babon dari rumus sukses. "Thek" itu saya temukan dari surat Al Ashr;
"Demi masa,
Sesungguhnya semua orang dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman, beramal sholeh
dan berwasihat (menaseht-nasehati) dengan kebenaran & menasehati dengan kesabaran"

Al Ashr yang menurut para ahli tafsir sebagai surat yang bisa merangkum Al Qur'an. Surat yang keluar di Mekkah tadi menurut saya adalah babon rumus sukses. Semua rumus sukses dari para ahli gagal mengalahkan ayat pertama "Demi Masa". Mau berjuta-juta rumus sukses sebenarnya kuncinya adalah waktu. Kita menganggap waktu itu konstan, sehari 24 jam, seminggu 7 hari, sebulan 30 hari. Anggapan kita terpatahkan oleh teori relativitas einsten, dengan rumus E=MC2. Waktu itu relative, yang tetap adalah kecepatan cahaya, 300.000 m/s, dan kita bisa mempersepsikan waktu karena ada cahaya. Siapa yang bisa bergerak mendekati cahaya maka semakin panjang waktu yang dimiliki.  Artinya rumus sukses pertama adalah mengalahkan kecepatan cahaya. Semua orang mampu mengerjakan apapun, yang membedakan adalah seberapa seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tadi. Ada yang berhasil menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 1 hari dan ada yang berhasil menyelesaikan dalam waktu 1 minggu. Semakin cepat orang berlari mendekati cahaya maka semakin cepat seseorang menyelesaikan pekerjaan. 

 Orang-orang yang bisa mengalahkan atau mendekati cahaya disebut sebagai orang-orang yang beruntung. Cara untuk mengalahkan kecepatan cahaya tersebut juga sudah diterangkan, yaitu :
1. Beriman                 dengan kata lain berilmu
2. Beramal sholeh      dengan kata lain take action
3. Berwasiat               dengan kata lain mensukseskan orang lain
Coba perhatikan jika Tung Desem Waringin merumuskan sukses dengan menyontek, nambahi, dan mengalikan maka sebenarnya ketiga hal tersebut adalah rumus pertama untuk mengalahkan waktu, "berilmu". Conteklah ilmu nya, tambahi ilmunya, dan kembangkan berkali-kali ilmunya. Mario Teguh juga berbicara ilmu sebagai pondasi sukses. Rumus kedua dibicarakan oleh Bob Sadino dengan take action nya. Rumus sukses Daniel Goleman dan Steven Covey juga sebenarnya jika dirangkum kembali ketiga rumus babon tadi. Seven Habit for Highly Effective People berbicara tentang habit effective sebagai pribadi dan habit effective dalam berhubungan dengan orang lain. habit effective sebagai pribadi adalah penjabaran dari beramal sholeh, dan habit effective dalam berhubungan dengan orang lain adalah penjabaran dari mensukseskan orang lain. Apapun rumus suksesnya kembali ke tiga rumus 

Kembali kepada rumus utama untuk menjadi sukses harus bisa mendekati cahaya. Cara untuk mendekati cahaya adalah dengan berilmu. Orang yang bisa mendekati cahaya identik dengan mampu mengerjakan pekerjaan dalam waktu singkat. Hal ini tentu saja hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki competency atau orang-orang yang memiliki ilmu. Buktinya saja Michael Suchmaker mampu mengelilingi 60 lap arena balapan hanya dalam waktu 45 menit, ini membuktikan Michael Suchmaker memiliki ilmu. Tentunya jika kita yang tidak memiliki ilmu mengendari F1 bisa jadi tidak bisa mendekati cahaya dan menyelesaikan 60 lap dalam waktu 2 hari.

Memiliki ilmu nya saja ternyata tidak menjamin seseorang mendekati cahaya. Dibutuhkan rumus kedua untuk menyempurnakan, take action begitulah rumus kedua. Memiliki ilmu tapi kalau tidak pernah dicoba tidak akan pernah menjadi amal, tidak pernah menjadi tindakan. Take action memungkinkan kita mendekatkan diri kepada kecepatan cahaya. 

Dan ternyata berilmu dan mengambil tindakan juga belum menjamin seseorang mendekati kecepatan cahaya. Diperlukan satu unsur lagi untuk mendekati cahaya, yaitu mensukseskan orang lain. Ilmu yang dimiliki orang terbatas, sehingga berdampak pada action yang akan dilakukan. Dengan bersama-sama mensukseskan orang, ilmu yang dimiliki orang lain menjadi ilmu kita dan ilmu kita menjadi ilmu orang lain. Sinergi saling membuat sukses ini membentuk simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. 

Saat ilmu, take action dan mensukseskan orang lain bisa bersinergi dengan bagus, kecepatan cahaya yang begitu cepat itu bisa kita dekati atau bahkan bisa kita susul. Bukan kah manusia dengan sifat insyaniallah nya lah yang bisa mengalahkan malaikat. Jika malaikat yang terbukti memiliki kemampuan kecepatan cahaya saja bisa kita kalahkan tentu saja kita bisa melebihi kecepatan cahaya?

Berkah selalu
N. Kuswandi

Sunday, February 2, 2014

Golden Circle : One Day Career Journey


Minggu kemarin berkesempatan sharing dengan teman-teman mahasiswa Psikologi di UNDIP tentang menyiapkan karir. Sharing kali ini dimulai dengan sebuah pertanyaan, "apa yang harus disiapkan untuk mendapat karir yang bagus?" Seandainya ditarik benang merah, pertanyaan yang mendasari sharing kali pas banget dengan buku saya yang berjudul "Good Talent Management Practice".

Saya mengawali sharing dengan teori Golden Cycle dari Simon Sinek. Seseorang bergerak karena memiliki alasan "why", dan alasan terkuat yang menggerakan seseorang adalah passion. Dengan passion orang akan bergerak menuju lingkaran kedua, "how". Passion menggerakkan orang untuk belajar "how" atau cara memperoleh passion nya, artinya orang akan mempelajari skill yang dibutuhkan. Tidak cukup dengan memiliki passion dan skill, untuk mencapai yang diimpikan, orang membutuhkan action plan, sebagai lingkaran terakhir "what", agar tujuan nya terarah dengan baik.

Passion + Skill + Action Plan itu lah yang perlu disiapkan mahasiswa untuk mengejar karir nya. Tiga hal tadi jika ditarik garis merah dengan buku saya "Good Talent Management Practice" memiliki benang merah yang sangat jelas. Di buku "Good Talent Management Practice" saya mengulas "Talent" atau karyawan yang memiliki performance dan potensi yang baik untuk memimpin perusahaan di dalam organisasi hanya berjumlah 2,5% dari total populasi karyawan. Para talent ini memiliki tiga ciri utama, memiliki passion, character dan competency.

Dengan kondisi yang sama, semua mahasiswa memiliki peluang untuk bekerja di perusahaan best fortune. Namun ternyata hanya 2,5% dari lulusan universitas yang mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan best fortune. Jika Simon Sinek menyaratkan passion + skill + action plan maka sebenarnya syarat itu menjadi pondasi untuk menjadi talent di sebuah perusahaan. Tentunya karir seseorang tidak berhenti hanya dengan berhasil bergabung di perusahaan best fortune. Karir sebenarnya baru dimulai setelah seseorang masuk di sebuah perusahaan.

Setelah Passion menjadi syarat yang sama untuk masuk ke perusahaan, maka passion juga menjadi syarat untuk menjadi talent dan mendapat promosi jabatan yang lebih bagus. Lingkaran kedua golden cycle berupa skill juga merupakan pondasi untuk menjadi seorang talent. Skill bisa berarti soft skill dan hard skill, jika ditarik benang merah dengan ciri seorang talent, maka soft skill adalah character dan hard skill adalah competency.


Pondasi saja tidak akan cukup menjadi sebuah bangunan. Mahasiswa yang berhasil masuk ke dalam perusahaan best fortune tentu saja memiliki pondasi yang variasi nya tidak begitu berbeda, bahkan hampir sama. Maka pondasi perlu dibangun untuk mempercepat karir. Dengan pondasi, passion + skill + action plan yang sama maka untuk mempercepat bangunan karir, orang perlu mengepos tiga asset nya, asset fisik untuk kerja keras, asset fikir untuk kerja cerdas, dan asset hati untuk kerja iklas. Ketiga asset tadi dimaksimalkan dengan menyontek atau merole model para talent yang ada di perusahaan, menambahi apa yang sudah dicontek, dan mengalikan yang sudah ditambahi menjadi percepatan. Contoh nya saja Jokowi, dia tidak memiliki program kerja khusus, dia hanya mencontek progran kerja wali kota Solo dan Gubernur Jakarta sebelumnya. Tidak hanya sekedar menyontek, namun Jokowi berhasil menambahi contekan nya dengan style nya sendiri dan mengalikan style dan contekan nya kepada kader PDIP yang lain, sebut saja Gubernur Jateng dan Walikota Surabaya yang merasakan hasil kali nya.


Berkah selalu

N. Kuswandi