Sunday, July 5, 2015

Pay For Person




Dan pay terakhir adalah pay for person. Jenis remunerasi dengan berfokus pay for person menitikberatkan pada membayar orang karena karakteristik unik seseorang. Artinya, meski memegang jabatan dan posisi yang sama – katakanlah sama-sama sebagai asisten manajer – namun dua orang ini memiliki gaji yang berbeda. Level kompetensi yang dimiliki lah yang menjadi pembeda gaji ke dua orang tersebut. Seorang karyawan yang dinilai lebih kompeten idealnya memiliki level gaji yang lebih tinggi dibanding mereka yang kompetensi nya lebih rendah.

Sama seperti pay for position ataupun pay for performance, tujuan utama nya adalah memberikan motivasi kepada karyawan. Bayangkan saja seandainya ada dua orang karyawan yang sama-sama menempati posisi yang sama. Karyawan pertama sangat ahli dan memiliki skill maupun knowledge yang lebih bagus dari pada karyawan ke dua, namun kedua karyawan tersebut dibayar sama. Akibatnya karyawan pertama tadi walaupun tahu dan bisa bisa jadi terdemotivasi dan tidak melakukan yang dia bisa dan tahu.

Pada prakteknya, penerapan pay for person ini sulit dilakukan, karena pola semacam diatas mensyaratkan perusahaan untuk memiliki profil kompetensi yang jelas untuk setiap posisi. Dan yang tak kalah penting, perusahaan juga memiliki mekanisme yang sistematis dan obyektif untuk melakukan penilaian kompetensi secara reguler. Dua hal ini cukup kompleks untuk diterapkan, terutama dalam hal harus melakukan penilaian kompetensi karyawan secara lengkap dan reguler. Sehingga tidak banyak perusahaan yang bisa menerapkan konsep pay for person (competency-based pay) secara optimal.

Best practice yang sering kali dilakukan oleh perusahaan untuk mensiasati kedua kendala tersebut adalah dengan mengkompensasi pay for person atau competency based pay dengan masa kerja. Semakin lama masa kerjanya maka akan semakin orang dibayar mahal. Hal ini dikarenakan perusahaan sering kali megasumsikan, semakin lama seseorang bekerja maka semakin ahli atau semakin kompeten orang tersebut di dalam pekerjaannya. Tentu saja asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar, karena bisa jadi karyawan yang baru bekerja satu tahun memiliki skill dan knowledge sebanding dengan orang yang memiliki pengalaman sepuluh tahun bahkan lebih.

Best practice lain yang juga sering dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengkompensasi pay for person atau competency based pay dengan jenjang pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan dibayar lebih mahal oleh perusahaan. Asumsi yang muncul adalah semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka akan semakin tinggi pula skill dan knowledge yang dimiliki. Tentu saja asumsi ini tidak sepenuhnya benar, karena ada orang-orang yang bisa jadi hanya lulus dari SMA, namun memiliki skill dan knowledge melebihi lulusan S1 ataupun S2.

Berkah Selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment