Wednesday, May 4, 2016

International Coach Federation : Presence#3

 
Ada yang pernah lihat film Karate Kid produksi tahun 2010? Film reproduksi yang menurut saya lebih bagus dari aslinya, Karate Kid produksi tahun 1984. Unsur komedi dan dramatic element nya kas banget ala Jacky Chan.

Kedua unsur tadi salah satu nya dapat ditemui saat adegan Dree Parker yang dimainkan Jaden Smith belajar kungfu kepada Mr. Han (Jacky Chan). Dree yang ak
an mengikuti pertandingan karate, mendapatkan pelatihan terakhir untuk meminum air minum Naga. Dree harus berjalan ke atas bukit yang sangat tinggi. Selain kolam Naga, di atas bukit juga ada kuil Sholin tempat para Biksu belajar Kung Fu.

Sesampai di puncak bukit, Dree melihat ada seorang Biksu yang sedang berhadapan dengan Ular. Biksu tadi pun seakan menjadi cermin bagi si Ular. Dree pun bertanya pada guru nya, Mr. Han, "kenapa Biksu tadi mengikuti gerakan ular?" Mr. Han pun menjawab, "Bukan Biksu yang mengikuti gerakan ular, namun ular lah yang mengikuti Biksu. Pikiran yang tenang menjadi cermin bagi orang lain".

Pada awalnya Dree tidak memahami apa yang dimaksud gurunya, sampai suatu ketika, Dree berada pada final kejuaraan Karate. Dengan kondisi kaku terluka, sebenarnya sudah tidak memungkinkan Dree memenangkan kejuaraan. Teringat dengan peristiwa ular yang menirukan gerakan biksu, Dree akhirnya mulai membersihkan pikirannya dari ketakutan terhadap lawan nya, membersihkan pikiran dari keharusan menang, dan membersihkan pikiran dari rasa sakit di kaki nya. Dan yang terjadi, lawan nya pun mulai mengikuti gerakan Dree Parker, mereka seperti Dance Togheter. Akhirnya Dree pun bisa memenangkan turnamen tersebut.

Bagaimana Dree membersihkan segala pikirannya dan fokus pada lawannya adalah bentuk presence atau hadir dan ada interkoneksi antara pikiran - tubuh dan jiwa. Saat ini terkoneksi maka kejadian yang dialami Dree Parker juga bisa dialami oleh semua orang, siklusnya kurang lebih miroring - patcing - leading.

Presence ini menjadi salah satu coaching competency base International Coach Federation. Layaknya film Karate Kid, saat coach mampu membuat kondisi presence dengan coachee nya maka mereka akan menari bersama. Percakapan akan mengalir dengan enak dan nyaman. Kondisi semacam ini memungkinkan coachee terbuka potensi nya.

Riset yang dilakukan oleh Bobbi De Potter di awal tahun 1990 an menunjukan hal terdebut. Saat seseorang berada dalam kondisi yang nyaman dan aman untuk bertumbuh, akan membuat sel-sel di dalam otak (neuron) bekerja lebih optimal dan membuat potensi yang dimiliki keluar.

Challenge untuk bisa presence memang cukup menantang. Pengalaman kita yang segudang bisa jadi menghambat kita untuk presence. Saat orang bercerita, pengalaman yang kita miliki sudah bisa menebak jalan nya cerita, sehingga pembersihan pikiran (presence) pun tidak terjadi. Belum lagi asumsi ataupun sterotype yang semakin menjadi challenge untuk melakukan presence.

Dengan terus berlatih melakukan presence, Anda akan menemukan the beuty and benefit from presence. Besok saya akan bercerita tentang apa manfaat yang saya rasakan dari melakukan presence terhadap keluarga.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment