Thursday, January 16, 2014

Filosofi Perubahan Parpol dan Caleg

Mendekati masa pemilu, jika Anda mengamati, secara besar para calon legislatif maupun partai politik menjadikan tema “PERUBAHAN” sebagai janji kampanye mereka. Sebenarnya yang menjadi pertanyaan, perubahan yang akan dilakukan itu berdasar pada filosofi apa? Jika berbicara perubahan secara filosofi sebenarnya ada empat filosofi yang bisa digunakan untuk membangun perubahan, yaitu life cycle, evolusi, dialektik, dan teologi.
 

Filosofi perubahan yang pertama, life cycle dikenalkan oleh filsuf Comte dan Spancer (1820 – 1903). Filosofi life cycle menganggap perubahan terjadi atas kehendak alam dan prosesnya tidak bisa dilawan. Perubahan ibarat sebuah proses makhluk hidup yang dimulai dari kelahiran, masa kecil, tumbuh remaja, dewasa, tua dan mati. Para penganut filosofi life cycle meyakini siklus hidup ini tidak hanya terjadi pada makhluk hidup namun juga pada organisasi baik dalam skala besar (seperti negara) ataupun kecil. Dengan kepercayaan yang dimiliki, para penganut life cycle akhirnya mencoba mencari pola hidup sebuah organisasi, dan menemukan kematian organisasi mulai terjadi pada generasi ketiga (kurang lebih 30 tahun). Apa jadinya jika para caleg dan parpol yang maju pemilu besok adalah para penganut life cycle? Mereka akan mempercayai bahwa kebaikan ataupun keburukan yang terjadi di negara ini adalah proses alam yang tidak bisa dilawan. Saat terjadi banyak kebaikan, mereka akan beranggapan memang siklus hidupnya sedang berada dipuncak. Dan saat terjadi banyak keburukan mereka akan beranggapan memang sudah saatnya negara meninggal, dan memang sudah saatnya melahirkan negara baru. Walaupun namanya tetap sama namun ideologinya yang berganti. Kira-kira siapa caleg atau parpol yang cenderung terpengaruh filosofi perubahan ini?

Filosofi perubahan lain yang bisa menjadi pegangan para caleg dan parpol adalah filosofi perubahan evolusi. Filosofi ini dikenalkan oleh Darwin (1809 – 1882) dan Mendel (1822 – 1884). Dasar dari filosofi ini, perubahan terjadi karena ada proses seleksi, dan kompetisi. Para penganut filosofi ini meyakini, perubahan terjadi karena ada kompetisi. Apa jadinya Para caleg yang meyakini filosofi ini? Mereka cenderung akan menggulirkan perubahan dengan konsep kompetisi. Jika menelorkan undang-undang pun undang-undang yang memotivasi semua orang berkompetisi. Jika negara didominasi pemangku jabatan yang menganut filosofi ini, yang menang kompetesi semakin kaya dan yang kalah kompetisi akan semakin sengsara. Filosofi ini yang menginspirasi lahirnya sistem ekonomi Kapitalis. Adakah caleg atau parpol yang akan maju pemilu besok terdominasi filosofi ini?

Filosofi perubahan ketiga lahir berbarengan dengan filosofi evolusi, Hegel (1770-1831), Marx (1818-1883) dan Freud (1852-1939) mengembangkan filosofi yang cukup berbeda dengan filosofi perubahan evolusi. Filosofi yang mereka kembangkan kemudian dinamakan filosofi dialektik. Para pencetus filosofi ini meyakini setiap orang memang sudah berbeda sejak lahir, kemunculan sintesa terjadi karena ada nya konflik atau konfrontasi. Plularisme antar individu menciptakan potensi untuk bekerjasama yang sekaligus berpotensi menjadi konflik. Para caleg dan parpol yang terpengaruh filosofi ini cenderung senang berada dalam kondisi chaos. Mereka meyakini dengan ada nya chaos akan memunculkan tatanan baru, kelompok baru yang lebih baik. Biarkan para pihak bertarung, sehingga saya bisa mengambil keuntungan dari konflik yang terjadi, begitu lah yang ada dipikirian para penganut filosofi dialektik. Kira-kira siapa caleg atau parpol yang terpengaruh filosofi ini.

Filosofi evolusi dan dialektik memiliki penganut fanatiknya masing-masing, sehingga menurut Mead (1863-1931) dan Weber (1864-1920) perlu dibuat filosofi penyeimbang. Mereka pun kemudian melahirkan filosofi perubahan yang kemudian dikenal dengan filosofi teleologi. Dasar filosofinya adalah, perubahan memang harus dilakukan jika ada tujuan baik, sehingga prosesnya harus direncanakan dengan baik. Tidak seperti penganut filosofi dialektik yang mempercayai agar perubahan terjadi orang haru berkonflik, atau para penganut filosofi evolusi yang mempercayai agar terjadi perubahan orang harus berkompetisi, maka para penganut teleologi mempercayai agar terjadi perubahan harus ada tujuan perubahan yang jelas. Penganut filosofi ini mempercayai continues improvement, ataupun kaizen. Jika filosofi evolusi dan dialektik cenderung berpandangan win-lose, maka filosofi teleologi cenderung berpandangan win-win. Adakah caleg atau parpol yang terpengaruh filosofi ini? Yuk Bijak memilih

 

Berkah selalu

N. Kuswandi


No comments:

Post a Comment