Monday, February 15, 2016

Start With Trust


 
 
Di catatan sebelumnya, saya pernah bercerita tentang kisah Paul Ottoleni yang menyelamatkan Intel dari kejatuhan. Kunci kesuksesan Paul Ottoleni adalah mempercayai (trusted) dan dipercayai (being trusting) legenda Intel.

Harvard Business Review  pada tahun 2002 juga mengeluarkan hasil riset yang menunjukan pentingnya trust. Penelitian tersebut dilakukan pada 6.500 employee di hotel-hotel Amerika, pertanyaan utama mereka adalah seberapa mereka memiliki trust kepada leader-nya. Employee yang strongly trust pada leader nya berefek pada profit increase sebesar $250.000/year/hotel.

Trust memang begitu penting dalam semua aspek. Tidah hanya di business, namun juga di keluarga, ataupun hubungan antar orang dengan orang. Dan saya yakin, semua orang mempercayai pentingnya trust.

Pertanyaan berikutnya bagaimana caranya membangun trust?

Ada rumus sederhana untuk membangun trust, yaitu :

T = I x C x R
 
 Trust = Intimacy x Capability x Reliability

Trust adalah hasil kali dari intimacy, reliability dan capability. Mari kita bahas satu persatu, Intimacy adalah kehadiran. Tidak hanya hadir secara fisik, namun juga hadir secara hati dan pikirannya. Tidak hanya hadir secara quantity namun juga quality. Kehadiran menjadi faktor pertama dalam membangun trust. Sudah banyak kasusnya para pelaku LDR (Long Distance Relationship) yang akhirnya hubungannya memburuk. Penyebabnya, dengan ketidakhadiran salah satu pihak menyebabkan berkurangnya perhatian (quality) dan trust pun berlahan-lahan hilang dan ujung-ujungnya hubungan pun rusak.

Ada juga fenomena “Father Hunger” yang dipopulerkan oleh Margo Maine, Ph.D. Fenomena Lapar Ayah adalah fenomena dekadensi moral para remaja karena absennya ayah dalam proses tumbuh kembang. Walaupun mereka tinggal satu atap, namun setiap pagi-pagi sekali ketika anak belum bangun dari tidurnya, Sang Ayah harus berangkat ke sekolah. Malam hari nya, ketika anak sudah tidur, Sang Ayah baru pulang.  Lagi-lagi karena hilangya intimacy membuat anak kehilangan role model dan mencari sosok yang dipercayai untuk menjadi role model.

Rumus kedua adalah capability atau competency. Orang juga akan dipercaya jika memiliki keahlian di bidang tertentu. Jika Anda sakit, siapa yang akan Anda percayai? Tentu saja, orang yang memiliki keahlian  untuk mengobati, yaitu dokter. Saat Anda ingin membangun rumah, siapa yang akan Anda percayai? Tentu saja, orang yang memiliki keahlian  untuk membangun rumah, yaitu orang teknik sipil.

Jika ketiga rumus tersebut digabungkan menjadi satu maka contohnya adalah sebagai berikut. Jika Anda memiliki seorang leader, mana leader yang akan Anda percayai, leader yang selalu ada untuk Anda saat dihadapkan dengan masalah atau leader yang kadang ada kadang tiada? Tentunya leader yang selalu ada untuk Anda saat berhadapan dengan masalah.

Rumus ketiga adalah Reliability atau konsistensi. Bentuk reliability tersebut adalah konsistensi dalam bertindak, dalam berucap, dalam kehadiran. Sebuah quote menarik disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ada tiga ciri orang munafik, berkata bohong, diberi kepercayaan berkianat, berjanji diingkari. Ketiga ciri tadi adalah bentuk ketidak-reliability nya seseorang. Dan bisa dipastikan, orang akan kehilangan kepercayaan saat ada yang tidak konsisten dengan omongannya, tidak konsisten dengan amanah yang diembannya, dan tidak konsisten dengan janji yang dibuat.

Mana yang lebih Anda percayai, leader yang selalu ada dan memiliki keahlian membantu Anda atau leader yang selalu ada namun tidak memiliki keahlian membantu Anda? Tentu saja, Anda akan lebih percaya kepada leader yang selalu ada dan memiliki keahlian membantu Anda.

Dan mana yang lebih Anda leader yang selalu ada, memiliki keahlian membantu Anda dan memiliki komitmen untuk melakukan yang diucapkan-berkomitmen melakukan yang dijanjikan atau Anda lebih percaya dengan leader yang  leader yang selalu ada, memiliki keahlian membantu Anda dan tidak memiliki komitmen? Tentunya Anda akan lebih percaya pada leader yang pertama.

Berkah selalu

N Kuswandi

No comments:

Post a Comment