Beberapa
waktu yang lalu saya mendapatkan feedback
yang bagus dari seorang rekan kerja. Pasca saya share tentang berbagai teknik
melakukan negosiasi, si rekan kerja saya ini merespon “challenge gue kalau bernegosiasi itusepertinya dari basic”. Saya mencoba memperjelas
kebutuhan rekan saya ini“Maksudnya dari basic?” Dan rekan saya menjawab “jangankan
ngomongin teknik, berani nego dulu sudah bagus bagi gue”.
Diskusi
pun berlanjut ;
Saya
: “apa yang menyebabkan loe gak berani
nego?”
Rekan
kerja : “Gue gerasa takut aja, jangan-jangan kalau gue nego tar diomelin lagi”
Saya
; “Ok, I see”
Kawan
negosiator, memang untuk menjadi negosiator ulung, Anda harus break your limit dalam bernegosiasi. Berikut adalah braking limit yang sering saya temui dari seorang negosiator;
a.
Jangan-jangan
nanti saya diomelin karena nego nya terlalu rendah
Kira-kira saat
ini berapa persen keuntungan yang diambil oleh pedagang? Jika Anda jalan-jalan
ke tempat rekreasi maka keuntungan yang diambil pedagang antara 200% sd 300%,
gila kan? Bagaimana dengan keuntungan pedagang di toko-toko atau pasar? Keuntungan
yang mereka ambil antara 10% - 50%
Sekarang berapa
keuntungan yang disunahkan oleh Rosulullah SAW, 2% - 5% saja. Rubah cara
berfikir nya saat kita negosiasi. Bahwa negosiasi yang kita lakukan bertujuan
membantu pedagang menjual barangnya dengan mengambil keuntungan sesuai dengan
yang diajarkan Rosulullah.
b.
Kasihan
pedagang kecil, mereka bukan pengemis, kenapa mesti di nego segala
Bisa jadi Anda
akan menemui pedagang yang berkata “ya sudah deh, saya jual rugi untuk pelaris”.
Apa Anda percaya pedagang tersebut benar-benar menjual rugi barangnya?
Pedagang pastinya
sudah melakukan perhitungan berapa harga jual barang agar ongkos operasional
nya impas bahkan lebih. Pedagang juga sudah memperhitungkan modal yang harus
dikembalikan agar usahanya tetap berjalan. Sehingga kata-kata “saya jual rugi”
bener-benar penjualnya “rugi”? adalah pancingan bagi Anda.
Sesuangguhnya
dengan mengatakan hal tersebut, penjual mengharapkan satu diantara dua respon
Anda. Pertama penjual mengharapkan respon dari Anda, “Abang penjual kasihan ya,
ya sudah, saya gak jadi nawar lebih murah lagi”. Respon kedua yang diharapkan
dari Anda adalah, “Abang penjualnya baik ya, saya seharusnya langganan dengan
abang ini”.
Selalu ingat, saat
penjual sudah melepaskan barang dagangannya, dia sudah mengambil untung.
c.
Saya
mau nego, tapi tidak tahu aapakah harga yang saya negosiasikan masuk akal atau
tidak
Inilah perlu nya
Anda mengumpulkan informasi terlebih dahulu. Dan jika Anda perhatikan bagaimana
ibu-ibu bernegosiasi, sebenarnya mereka menerapkan cara mengumpulkan informasi,
walaupun cara yang mereka lakukan tidak efektif. Perhatikan ibu-ibu, saat mau
membeli sesuatu, ibu-ibu tadi “muter-muter”
keliling pasar untuk mengumpulkan informasi harga yang paling murah. Sebagai
langkah awal, Anda bisa meniru yang dilakukan ibu-ibu dalam mengumpulkan
informasi.
Cara lainnya
adalah dengan memanfaatkan teknologi. Sekarang sudah banyak aplikasi yang dapat
membantu Anda dalam membandingkan harga. Patokan harga inilah yang bisa Anda
gunakan untuk bernegosiasi.
Cara yang lebih
efektif adalah dengan teknik “Empat Pelayan Bertanya”. Pembahasannya sudah saya
bahas dicatatan sebelumnya
Fisrt
breaking your limit, then learn the technic
Berkah
selalu
N
Kuswandi