Negosiasi
jika diibarakan dalam sebuah olahraga, maka olahraga itu adalah catur. Kenapa
catur? Saat Anda memajukan satu pion, Anda menebak langkah berikutnya yang akan
diambil oleh lawan Anda. Menariknya, dari berbagai tebakan yang Anda duga, kawan
main catur Anda bisa memilih langkah lain, yang bisa jadi malah membuat Anda
kena skak. Begitulah negosiasi, Anda bisa menebak jawaban mitra negosiasi Anda,
namun belum tentu mitra negosiasi Anda mengambil “jalan” yang Anda pikirkan.
Inilah
kenapa kita perlu belajar berbagai teknik negosiasi. Dengan mempelajari banyak
teknik, Anda bisa menyesuaikan teknik yang sesuai situasi yang dijumpai. Di
catatan-catatan sebelumnya, saya sudah membagi beberapa teknik dalam
bernegosiasi. Dicatatan ini, saya juga akan berbagai salah satu teknik
negosiasi yang sudah sering kali kita melihat dan bisa jadi mempraktekan. Sharing
kali ini akan bertujuan agar Anda menyadari bahwa Anda sudah terbiasa melihat
ini, sehingga berikutnya dengan mudah menempatkan pada situasi yang tepat.
Tujuan lainnya adalah me- leverage skill Anda menggunakan teknik ini.
Teknik
negosiasi tersebut bahasa kerennya “splitting
the difference”, membagi menjadi dua. Saat Anda berbelanja barang dengan
harga yang ditawarkan penjual adalah Rp 100.000,-. Anda kemudian melakukan bracketing bahwa maksimal harga yang Anda
keluarkan untuk barang tersebut adalah Rp 70.000,-. Maka Anda pun melakukan
penawaran kepada penjual dengan harga Rp 50.000,-. Negosiasi pertama membuat
penjual menurunkan harga menjadi Rp 90.000,-. Kemudian Anda berkata, “ya udah
gini aja, Anda jual 90 ribu, saya nawar 50 ribu. Selisihnya 40 ribu, ambil
tengah-tengah aja biar enak. Saya naikin 20 ribu, Anda turunin 20 ribu. Jadinya
70 ribu”.
Nah,
teknik ini pasti sudah sering Anda lakukan atau mungkin sering Anda lihat dan
amati. Sesuai dengan tujuan saya untuk share
teknik ini, yaitu me-leverage skill
menggunakan teknik ini, maka ada beberapa hal yang bisa Anda tambahan untuk
membuat teknik ini semakin bermanfaat bagi Anda. Point pertama yang perlu diperhatikan adalah pastikan bahwa mitra
negosiasi Anda lah yang pertama kali menawarkan splitting the difference. Saat mitra negosiasi Anda yang melakukan,
maka mitra negosiasi Anda sedang berada dalam posisi kompromi, sehingga Anda
memiliki lebih banyak kesempatan untuk memenangkan negosiasi.
Bagaimana
caranya agar mitra negosiasi yang mengajukan splitting the difference? Ada beberapa faktor yang bisa Anda
manfaatkan. Contohnya adalah desakan “waktu”, Anda bisa berkata kepada mitra
negosiasi Anda, “sayang waktu yang sudah kita habiskan jika hanya
gara-gara selisih yang tidak seberapa, gak deal. Sudah sore, jenengan juga
mau tutupan juga. Gimana nih biar kita deal?”
Point
pertama ini akan berhubungan dengan point
kedua, yaitu splitting the difference
bisa jadi dilakukan berulang-ulang kali. Bisa jadi setelah penjual menawarkan splitting the difference dan Anda merasa
masih diluar harga maksimal yang akan Anda keluarkan, Anda bisa menggunakan
teknik negosiasi higher authority, “Saya
coba sampaikan ke istri saya ya”. Kemudian Anda berpura-pura menelpon istri
Anda dan datang lagi kepenjualnya. “Saya sudah a lot banget bujukin istri saya,
tapi dia bilang masih kemahalan. Kalau saya sih suka banget, tapi kalau saya
beli, bisa-bisa gak dapat jatah dari istri”.
Selain
desakan waktu, Anda juga bisa menggunakan desakan bersiap untuk mundur, agar
penjual menawarkan splitting the
difference yang kedua. “Udah tipis banget ni gan bedanya. Gimana ya enaknya?”
Kalau penjual tidak merespon gunakan desakan pura-pura mundur mencari penjual
lain, “ya udah gan, kalau ndak boleh. Sayang lo sudah tipis banget selisih
harganya. Saya coba nyari penjual lain”. Saat Anda melakukan ini, maka bisa
jadi splitting the difference yang
kedua dilakukan.
Selamat
mencoba,
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment