Thursday, May 22, 2014

Pulling Value dan Potential Value




Seaneh dan menyebalkan apapun customer, ingatlah mereka yang menentukan seberapa banyak gaji kita. Artinya jangan pernah menyepelekan siapapun customer Anda, bisa jadi orang yang datang kepada Anda saat ini hanya office boy yang sedang minta bantuan Anda. Atau bisa jadi, Anda sering bertemu dengan customer yang senang bertanya tanpa membeli. Atau Anda memiliki pengalaman bertemu dengan customer yang Anda yakin tidak mampu membeli produk yang Anda jual. Tapi ingat mereka adalah customer yang menggaji Anda.
Seorang office boy yang sedang minta bantuan kepada Anda, bisa jadi adalah orang kepercayaan direktur Anda. Apa yang terjadi saat office boy menjadi customer Anda dengan meminta jasa Anda mengambilkan gelas yang mau di cuci, kemudian Anda menyerahkan gelas dengan wajah yang tidak enak dilihat, menyodorkan gelas dengan kasar, dan seakan meremehkan si office boy tadi. Dan sebagai customer, office boy tadi kemudia bercerita kepada office boy-office boy lain tentang perlakuaan Anda. Office boy lain pun berantipati saat Anda meminta service kepada office boy lain. Saat Anda meminta office boy dibuatkan kopi manis, karena semua office boy sudah berantipati, kopi yang dibuat pun terlalu manis ataupun terlalu pahit.
Dan cerita tentang cara Anda memperlakukan office boy tadi tidak hanya sampai di antara para office boy. Ternyata office boy yang Anda perlakukan dengan tidak baik tadi adalah orang kepercayaan direktur Anda. Pada awalnya, sang Direktur mempunyai rencana ingin mempromosikan Anda ke posisi yang lebih tinggi. Namun, setelah mendengar cerita si office boy, sang Direktur berfikir lain. “Kalau dengan orang yang dibawah nya saja, Anda memperlakukan dengan tidak baik. Apalagi dengan anggota team nya, bisa jadi Anda dan team akan selalu konflik” begitu sang Direktur menganalisa. Dan yang terjadi berikutnya, hilanglah kesempatan Anda dipromosi.
 
Atau suatu ketika, saya sedang mengisi seminar “Recruitment and Selection” di sebuah universitas di Semarang. Saya memiliki prinsip, no seminar fee untuk mengisi seminar kepada para mahasiswa. Walaupun no seminar fee, tentunya saya sebagai penyedia jasa tetap professional dengan memberikan service excellence kepada customer (panitia seminar dan peserta seminar). Setelah seminar selesai, saya yakin para peserta seminar terpuaskan dengan knowledge dan skill baru tentang recruitment dan selection, yang dibuktikan dengan testimony para peserta.
 
Seminggu setelah seminar, saya dihubungi oleh manager HRD sebuah perusahaan terkemuka di Semarang. Manager tadi menginginkan materi recruitment and selection seperti yang saya sampaikan di seminar untuk anggota team nya yang sering melakukan recruitment and selection. Saya penasaran, dari mana manager HRD tersebut tahu no HP saya dan kegiatan saya mengisi seminar recruitment and selection di salah satu universitas Semarang. “Mohon maaf pak, dari mana bapak tahu saya mengisi seminar recruitment and selection, dan tahu kontak saya ya?” begitu pertanyaan saya. Ternyata sang manager HRD tadi memiliki seorang anak yang mengikuti seminar yang saya isi. Sang Anak bercerita kepada orang tuanya, betapa menyenangkan dan dapat menchas otak dengan pengetahuan dan skill baru saat mengikuti seminar saya.
 
Apa jadinya jika saat saya mendelivery seminar yang no fee dilakukan dengan tidak professional, hanya asal-asalan mendelivery seminar? Kesempatan untuk mendelivery seminar di perusahaan dengan fee yang lumayan bisa hilang. Sehingga jangan sampai mengecewakan customer, karena mereka memiliki kekuatan pulling value. Seperti namanya “pulling” yang berarti “menarik”, customer memiliki kekuatan untuk menarik orang lain untuk menjadi customer Anda berikutnya atau pun mencegah orang lain untuk menjadi customer kita. Tentunya dengan memberikan service yang excellence, customer yang puas akan menarik atau mengajak customer lain untuk menggunakan produk Anda. Sebaliknya, dengan memberikan service yang buruk juga akan menarik atau mengajak customer lain untuk tidak menggunakan produk Anda.
 
Pulling value seringkali dikenal dengan istilah MLM-Marketing Lewat Mulut. Walaupun kesannya tidak elit, namun jangan menyepelekan model marketing ini. Di tahun 2013, majalah Continuous Improvement melakukan survey kepada customer yang menggunakan brand tertentu dan menemukan 48% customer menghindari brand karena cerita buruk orang lain.
 
Selain memiliki kekuatan pulling value, customer juga memiliki potential value. Setiap orang berpotensi untuk membeli produk yang kita jual. Semahal apapun produk yang kita jual, bahkan orang yang saat ini tidak memiliki apa-apa berpotensi membeli produk yang dijual. Potensi yang dimiliki bisa berarti potensi saat ini dan potensi yang akan datang. Maksudnya, bisa jadi saat ini customer Anda memiliki bisa jadi memiliki sumber daya untuk membeli produk yang kita jual. Dan di saat ini customer Anda berpotensi bisa membeli produk yang Anda jual. Atau bisa jadi saat ini customer Anda tidak memiliki sumber daya untuk membeli produk Anda. Namun, sebenarnya customer ini di masa depan berpotensi untuk memiliki sumber daya yang bisa digunakan untuk membeli produk Anda.
 
Dengan menyepelekan customer yang dianggap tidak memiliki potential value bisa berakibat hilang nya customer. Suatu hari, teman saya yang berprofesi sebagai seorang sales mobil, menemui saya dan bercerita. Saat mengadakan pameran mobil di sebuah mall di Jakarta, ada satu orang bapak yang datang ke pameran mobil dan menemui teman saya. Dia bertanya mulai dari harga mobil yang dijual, spek mobil, buy back mobil, harga spare part, dan masih banyak lagi. Berhubung bapak ini memakai kaos oblong, sandal jepit dan wajahnya kelihatan kampungan banget, teman saya menjawab semua pertanyaan si Bapak dengan asal-asalan saja. Teman saya berasumsi, pasti bapak ini tidak akan mampu membeli mobil yang sedang dipamerkan.
 
Merasa tidak dipedulikan dan diservice dengan baik, si Bapak meninggalkan teman saya dan melihat stand sebuah bank di sebelah tempat pameran mobil. “Pasti bapak ini mau ngambil hutang” begitu pikiran teman saya. Bener juga, bapak tadi mengajukan pembuatan kartu kredit. Customer service stand bank tadi menanyakan berapa penghasilan bapak tadi sebulan. Teman saya curi-curi dengar, bapak tadi mengaku punya penghasilan Rp 18 juta sebulan. Menyesalah teman saya, “jika pendapatan si Bapak Rp 18 juta sebulan, berarti sebenarnya si bapak memiliki potensi sumber daya untuk membeli produk mobil yang gue tawarkan. Apes deh, tadi gue ogah-ogahan melayani si Bapak. Hilang bonus gue”.
 
Sadar dengan kekuatan potential value dari customer yang walaupun saat ini belum memiliki potensi sumber daya untuk membeli produk yang saya jual lah, yang menyebabkan saya memberikan free seminar pada mahasiwa. Benar sekarang mereka belum memiliki sumber daya untuk membeli product yang saya jual, namun belum tentu llima tahun dari sekarang. Bisa jadi setelah mereka lulus kuliah, mereka mendirikan perusahaan sendiri dan menjadi besar. Dan karena terkesan dengan seminar yang saya bawakan saat mereka kuliah dulu, akhirnya mereka membeli produk saya. Mereka meminta saya untuk mengisi training di perusahaan yang mereka dirikan.
 
Salah satu customer yang saya dapat dari kekuatan potential value berasal dari cabang perusahaan food and baverage nasional yang berkedudukan di Semarang. HR perusahaan itu adalah mahasiswa yang sering mengikuti seminar dan training saya di tempat kuliah nya terdahulu. Dan saat dia membutuhkan trainer untuk acara gathering perusahaannya, orang pertama yang dihubungi adalah saya.
 
Kekuatan potential value ini juga bekerja di tempat kerja Anda. Bisa jadi karier salah satu rekan Anda yang terhambat dikarenakan kekuatan potential value ini. Coba tanya rekan Anda yang terhambat karirnya, pernah kah saat bekerja mengecewakan customer nya yang bisa jadi adalah atasan langsung atau tidak langsung nya. Karena customer nya kecewa, akhirnya customer (atasan langsung ataupun tidak langsung) yang memiliki potential sumber daya untuk mempromosikan rekan Anda tidak jadi memberi promosi.
 
Atau bisa jadi rekan kerja Anda yang terhambat karir nya, tidak memberikan service excellence pada sesama anggota team nya. Saat itu, tentunya sebagai rekan sekerja dengan level yang sama tidak memiliki potensi sumber daya untuk membeli produk rekan kerja Anda. Dikemudian hari ternyata, rekan kerja satu team nya dipromosi menjadi atasan langsung rekan kerja Anda. Artinya sekarang atasan langsung nya memiliki potensi sumber daya untuk membeli produk rekan kerja Anda. Namun berhubung atasan langsung nya memiliki pengalaman buruk service excellence dari rekan kerja Anda, atasan langsung tersebut tidak jadi membeli produk rekan kerja Anda (tidak mempromosikan rekan kerja Anda).
 
Dengan kekuatan potential value yang dimiliki customer menunjukan semua orang berpeluang menjadi customer yang akan membeli produk yang Anda tawarkan. Dengan mengabaikan customer berarti hilang pula peluang produk Anda dibeli customer. Dan dengan menyepelekan kekuatan pulling value yang dimiliki customer bisa berakibat hilang nya customer lain. Sebaliknya dengan kekuatan pulling value, Anda akan mendapatkan banyak customer-customer baru karena customer yang puas dengan service Anda, merekomendasikan produk Anda kepada orang lain.
 
 
Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment