Thursday, December 25, 2014

Jebakan Keterbatasan Waktu


Selain kecenderungan terjebak jebakan going solo yang dipengaruhi kecenderungan kepribadian Dominance, dan kecenderungan terjebak dalam jebakan hastiness bagi para Influence, kedua jebakan tersebut juga bisa saja dialami oleh tipikal kepribadian lain. Penyebabnya adalah kondisi medan pertempuran. Jebakan pengambilan keputusan going solo dan hastiness sering kali muncul saat ada tekanan waktu.

Memang kadang kala, sebagai pejuang pengambilan keputusan bertemu dengan moment-moment yang membuat mereka harus segera membuat keputusan. Pendeknya waktu yang diberikan untuk mengambil keputusan membuat para pejuang pengambilan keputusan akhirnya harus terjebak dengan jebakan going solo dan hastiness.

Karena terbatasnya waktu yang diberikan membuat para Compliance mengorbakan perfeksionis yang mereka miliki. Dan karena keterbatasan waktu, para Steadiness mengorbakan kecintaan mereka akan kedamaian. Dan akhirnya para Compiance dan Steadiness pun terjebak dalam jebakan going solo atau hastiness.

Contohnya saja, Anda adalah seorang pengusaha yang mendapatkan peluang usaha dari rekan Anda. Saat memberikan peluang usaha, teman Anda berkata, “besok saya tunggu keputusannya mau joint atau tidak nya ya. Karena ada juga teman yang juga tertarik. Karena kamu sahabat terbaik, ya saya tawarkan kamu dulu”

Anda diberiakn waktu hanya satu hari untuk memutuskan, Anda akan mengambil peluang usaha tersebut atau tidak. Otak Anda pun bekerja saling menimbang, jika tidak diambil akan kehilangan peluang mendapatkan untung yang besar. Jika diambil, Anda perlu menanamkan modal yang cukup besar, dan bisa jadi Anda akan kehilangan modal yang ditanam saat merugi.

Karena waktunya yang sangat terbatas, ada saja orang yang terjebak dalam jebakan pengambilan keputusan hastiness. Mereka terburu-buru untuk mengiyakan atau menolak peluang yang diberikan oleh temannya. Mereka lupa untuk mengumpulkan data dan informasi lebih detail. Layaknya berjudi dengan keputusan yang dibuat, mereka bisa jadi malah kehilangan modal yang ditanamkan.

Selain terjebak dalam jebakan hastiness, ada juga orang yang terjebak dalam jebakan going solo. Mereka tidak mencoba melibatkan stakeholder yang akan terkena dampak dari keputusan yang diambil. Alasannya karena sudah tidak ada waktu untuk melibatkan para stakeholder.

Padahal jika diberi waktu yang cukup, bisa saja mereka melibatkan konsultan entrepreneur untuk melihat memang berpotensi atau tidak peluang yang ditawarkan. Atau melibatkan istri dan keluarga, yang bisa jadi punya pemikiran sudut pandang yang bisa menguatkan pilihan yang akan diambil.

Sayangnya karena keterbatasan waktu, mau tidak mau keputusan harus segera dibuat, akhirnya intuisi yang bermain. “Biarkan saya memutuskan sendiri dengan kekuatan intuisi yang saya miliki” begitu kira-kira yang akan diucapkan dan terpikir oleh orang-orang yang terjebak dalam kesempitan waktu.

Karena keputusan kadang kala memang harus diambil tekanan waktu trus apa yang perlu dilakukan? Hanya ada satu jawabannya saja, berlatih - berlatih dan berlatih mengambil keputusan.


Perhatikan gambar diatas, otak manusia terbentuk dari sel-sel otak yang saling dihubungkan oleh jaringan myelin. Bentuknya seperti akar pohon yang saling berurai.

Layaknya otot yang dilatih dengan angkat berat, otot akan semakin menebal dan  menguat, begitu juga dengan myelin. Orang yang sering melatih kemampuan berfikir untuk mengambil keputusan ibaratnya sedang melatih myelin untuk semakin menebal dan menguat. Perhatikan myelin yang berwana kuning, begitulah bentuk myelin yang menebal dan menguat.

Semakin tebal lapisan warna kuning nya akan semakin baik. Ketebalan lapisan myelin tersebut adalah indikasi keahlian kita dalam melakuka sesuatu, termasuk juga keahlian dalam mengambil keputusan. Semakin tebal lapisannya semakin ahli orang tersebut.

No comments:

Post a Comment