Tuesday, February 10, 2015

Better Decision With Involve Stakeholder

 
Memang benar, tahap melibatkan stakeholder untuk mengambil keputusan yang effective menjadi tahapan yang challenging. Tentunya semakin banyak stakeholder yang terlibat akan semakin banyak sudut pandang. Bisa jadi tiap stakeholder yang terlibat akan memiliki sudut pandang nya masing-masing. Dan menyatukan sudut pandang yang berbeda memang menjadi challenge tersendiri.
Kadang untuk mempermudah para mengambil keputusan yang dianggap efektif, akhirnya para stakeholder yang dilibatkan memilih untuk ber"kompromi". Walaupun sebenarnya ada pilihan lain yang bisa dipilih oleh para stakeholder, yaitu "sinergi".
Sinergi tidak sama dengan kompromi. Dalam kompromi satu tambah satu sebaik-baiknya hanya menghasilkan satu setengah. Setiap orang kehilangan sesuatu. Sinergi tidak hanya mengatasi konflik, namun melampaui konflik.
Mungkin sebuah kompromi bisa membuat para pihak puas, tapi belum tentu membuat mereka gembira. Hubungan para pihak menjadi lemah. Dan seringkali, konflik yang diselesaikan dengan kompromi akan muncul kembali.
Sebaliknya dengan sinergi, semua stakeholder akan merasakan kepuasan dan kegembiraan. Karena keputusan yang dibuat dengan sinergi mengakomodir semua sudut pandang hingga biasanya akan melebihi need dan want nya para stakeholder.
Sehingga keputusan yang dihasilkan dari sinergi para stakeholder yang dilibatkan akan menghasilkan keputusan yang lebih tinggi dan lebih baik dari espectasi para stakeholder.
Tentu saja membangun sinergi dalam pengambilan keputusan cukup challenging. Namun, Anda hanya perlu selalu percaya, bahwa Tuhan menyertakan solusi dalam setiap masalah. Tak terkecuali solusi untuk membangun stakeholder yang penuh dengan sinergi. Kita akan membahas beberapa cara nya nanti.
Semua orang pastinya setuju bahwa sinergi akan menghasilkan manfaat berkali-kali lipat. Sebatang besi bisa dipatahkan dengan tekanan sebesar 60.000 pon kuadran inci (PSI). Sebatang kromiun akan patah pada tekanan sebesar 70.000 PSI. Sebatang nikel akan patah pada tekanan 80.000 PSI.
Jika ketiganya dicampurkan, besi, kromium, dan nikel bukan 210.000 PSI (60.000 + 70.000 + 80.000). Dengan sinergi campuran tertentu, besi, kromium dan nikel akan mampu bertahan sampai dengan 300.000 PSI. Selisih dari 300.000 PSI dengan 210.000 PSI tersebut dari unsur apa? Tentunya dari unsur sinergi. 43% lebih kuat daripada saat berpisah. Inilah sinergi.
Jika besi, kromium dan nikel tadi adalah ibarat stakeholder yang bersinergi untuk mengambil keputusan terbaik maka begitu juga yang akan terjadi dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan tersinergi yang dilahirkan akan mampu menghasilkan bukan saja pertambahan keahlian tiap stakeholder, namun perkalian bahkan kuadrat keahlian tiap stakeholder.
James Surowieci dalam bukunya The Wisdom of Crowds menulis tentang Francis Galton, orang yang menerapkan metode statistic untuk menunjukan bahwa kelompok yang terdiri dari orang-orang dengan kecerdasan berbeda-beda sering kali menunjukan kinerja yang lebih baik dari pada individu yang bekerja sendiri-sendiri.
Ketika 787 penduduk local yang mengunjungi sebuah peternakan dan diminta memperkirakan berat sapi jantan yang akan disembelih dan dikuliti ternyata hasilnya hampir 90% benar. Francis Galton menghitung rata-rata prediksi penduduk setempat, yaitu sekitar 542 kilogram dan ternyata berat sapi jantan itu 543 kilogram.
Francis Gulton menyimpulkan dalam  kondisi yang tepat, sekelompok orang yang bersinergi menghasilkan keputusan yang luar biasa cerdas, dan sering kali lebih cerdas daripada orang-orang paling cerdas di dalam kelompok tersebut.
Keputusan yang dimunculkan dengan melibatkan stakeholder yang bersinergi bisa dilihat dari keberhasilan XL saat merevolusi dirinya menjadi perusahaan telekomunikasi pertama yang merubah bisnis telekomunikasi di Indonesia. Di tahun 2007, CEO XL Hasnul Suhaimi mengeluarkan strategi perusahaan dengan formula 123. Strategi perusahaan tadi berarti bersatu (1) untuk menjadi no dua (2) dalam tiga (3) tahun.
Hasnul Suhaimi kemudian melibatkan semua stakeholder internal untuk mengoperasionalkan strategi perubahan tersebut. Diambilah orang-orang terbaik dari masing-masing department. Merekalah para stakeholder yang kemudian dilebur  menjadi sebuah team bernama Blue Thunder. Nama Blue dipilih sebagai wakil warna perusahaan XL yang dominan Biru. Dan thunder sebagai wakil dari resolusi yang cepat, layaknya suara dan cahaya thunder (kilat) yang sangat cepat.
 
Hasnul Suhaimi melibatkan stakeholdernya dengan membuat team gabungan stakeholder dengan nama Blue Thunder
 
Mereka diikat dengan perjanjian untuk merahasiakan strategi perusahaan, serta dibebaskan dari pekerjaan rutin selama waktu tertentu. Tugas mereka hanya satu membuat kebijakan yang merevolusi XL menjadi nomer dua se Indonesia. Di tahun 2007 memang XL masih menjadi provider telekomunikasi nomer tiga se Indonesia setelah Telkom (Simpati dan As) dan Indosat (Mentari).

Layaknya sebuah team yang baru terbentuk, masing-masing anggota team memiliki sudut pandangnya sendiri-sendiri. Mereka memasuki fase storming, chaos terjadi di dalam team, sinergi belum terbentuk, saling menyalahkan, merasa paling benar dan semua anggota team merasa stress dengan tekanan yang terjadi kepada team. Fase awal ini pun membuat nama Blue Thunder sering kali diplesetkan oleh para anggoa team dengan singkatan BeTe.
Selain melibatkan stakeholder internal, Hasnul dan team Blue Thunder juga melibatkan stakeholder external (customer). Bahkan, team Blue Thunder sampai rela berada di tengah masyarakat hanya untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.  
Waktu berjalan, tekanan semakin terasa kepada anggota team. Mereka semakin diburu oleh waktu untuk mengeluarkan kebijakan. Berjalannya waktu membuat para anggota team juga ikut bertumbuh, berpindah dari fase storming menjadi fase norming. Sinergi mulai terbentuk dan diskusi untuk memutuskan keputusan terbaik pun semakin mudah.
Mari ingat zaman dahulu saat tarif pulsa telepon dan SMS masih mahal. Provider telekomunikasi saat itu mematok tariff sebesar Rp 1.000/menit.  Beberapa provider telekomunikasi sudah mulai memikirkan cara agar tariff telephone tersebut bisa ditekan. Simpati contohnya mengeluarkan tariff telephone yang dikenal dengan tarif Gigi Belalang. Layaknya gigi belalang yang tidak rata, tariff gigi belalang juga tidak flat. Pada menit pertama sampai menit ketiga, harga tariff nya sebesar Rp 1.000,-. Saat dimenit keempat, tariff nya akan turun ke Rp 300,-. Dan kembali lagi ke tariff Rp 1.000,- di menit ke enam.
Alih-alih mengikuti pola tariff yang sudah diterapkan Simpati. Blue Thunder membuat keputusan yang mengejutkan. Mereka merovolusi tariff telephone dengan hanya Rp 1/detik. Mungkin Anda masih ingat salah satu iklan “kawin dengan monyet”, iklan kontroversial yang dilakukan XL untuk memperkenalkan tariff Rp 1/detik
Hasil sinergi para stakeholder membuat Team Blue Thunder membuat keputusan dengan benar. Dari keputusan yang dibuat team Blue Thunder, sekarang kita bisa merasakan tariff telephone dengan murah. Dan bagi XL, mereka mampu mewujudkan mimpi untuk menjadi nomer dua se Indonesia dalam waktu satu tahun.
Keputusan ini tidak akan terjadi jika tidak ada sinergi antar stakeholder dari masing-masing perwakilan department. Sudut pandang dari masing-masing stakeholder di tampung, alih-alih dimentahkan. Semua sudut pandang diakomodir dan dijadikan kekuatan untuk saling support menghasilkan keputusan yang meresolusi bisnis telekomunikasi di Indonesia.

No comments:

Post a Comment