Thursday, February 5, 2015

Involve Stakeholder To Making Effective Decision


 
Layaknya definisi keputusan effective sendiri yang berarti mendapatkan informasi yang benar, melibatkan stakeholder secara benar dan menghasilkan output keputusan sesuai yang diharapkan. Maka di chapter ini, focus pembahasan nya adalah mengenai pelibatan stakeholder dalam pengambilan keputusan.

Jika Anda ingat lagi definisi keputusan kuat atau effective decision dari Carl Roger yang menjelaskan bahwa keputusan kuat adalah pilihan yang terbaik yang mungkin, dan ditetapkan dengan cara menghilangkan semua keraguan dan ketidakpastian. Carl Roger menjelaskan hanya ada satu cara untuk meminimalkan semua keraguan dan ketidakpastian, dengan mendengarkan stakeholder.

Melibatkan stakeholder dalam mengambil keputusan bisa hanya bersifat fisik saja, namun juga psikologis. Secara fisik melibatkan stakeholder berarti mengundang para stakeholder untuk saling berbagi sudut pandang nya, sehingga memang secara fisik semua stakeholder datang untuk saling berbagi. Sedangkan secara psikologis, melibatkan stakeholder berarti mendengarkan dan berempati untuk memahami semua sudut pandang dari stakeholder, dimana tujuan akhirnya adalah menciptakan sinergi pengambilan keputusan.

Tanpa melibatkan stakeholder secara fisik maupun psikologis tentunya akan berdampak buruk bagi pengambilan keputusan yang effective. Ada sebuah cerita dari perusahaan makanan multinasional yang mengalami kerugian karena tidak melibatkan semua stakeholder.

Ceritanya dimulai dari beberapa tahun yang lalu saat para pemimpin sebuah perusahaan makanan multinasional memutuskan untuk memangkas biaya produksi dengan membeli konsentrat jus apel dari pemasok baru yang menawarkan harga lebih rendah.

Para eksekutif hanya melibatkan orang-orang keuangan dalam mengambil keputusan. Sayangnya ada seorang stakeholder yang bertanggungjawab atas pengembangan produk, yaitu direktur R&D yang tidak disertakan.

Sang Direktur R&D terperanjat setelah mendengar direksi memutuskan menggunakan konsentrat jus apel yang ditawarkan pemasok baru. Sang Direktur R&D kemudian menyampaikan ke direksi bahwa konsentrat yang mereka beli sama sekali tidak mengandung jus apel, konsentrat yang dibeli hanya mengandung air gula saja.

Sayangnya Dewan Direksi sudah terlanjur senang bisa menghemat $250.000 setahun, dan menertawakan direktur R&D sebagai orang naif.  Setelah beberapa waktu berselang, para costumer yang mengetahui perubahan rasa merasa dirugikan atas “penipuan” yang dilakukan dewan direksi. Para customer pun menuntut perusahaan tersebut. Akhirnya tiba hari ketika para eksekutif masuk penjara dan membayar $25 juta. Jumlah yang sama dengan jumlah dolar yang konon akan mereka hebat.

Ceritanya tentu akan berbeda jika Dewan Direksi mau melibatkan seluruh stakeholder termasuk direktur R&D.

Tentu saja ada challenge yang akan dihadapi saat banyak stakeholder terlibat dalam proses pengambilan keputusan akan. Semakin banyak stakeholder semakin susah untuk merumuskan effective decision. Penyebabnya karena tiap stakeholder punya sudut pandangnya masing-masing.

Walau pun cukup challenging untuk melibatkan stakeholder, sebenarnya waktu yang Anda luangkan untuk memahami semua sudut pandang stakeholder tidak lah seberapa banyak jika dibandingkan waktu dan sumberdaya yang akan Anda buang jika stakeholder saling berselisih atas ketidakpuasan keputusan yang mereka terima.

Di Amerika Serikat saja, 1,2 juta pengacara menagih $71 miliar setahun untuk jasa menangani perselisihan akibat dari keputusan yang tidak memuaskan semua stakeholder. Dan nilai $71 miliar tadi belum mencakup fee keputusan financial yang mereka menangkan dipengadilan.

Coba saja perhatikan kejadian lain di negeri ini, rapat pleno persiapan Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar yang terjadi di Slipi, tanggal 24 November 2014. Rapat ini salah satu agendanya adalah mendiskusikan pelaksanaan Munas. Alternative pertama dilaksanakan pada akhir November 2014 dan alternative kedua dilaksanakan di bulan Januari 2015.

Seperti yang kita tahu, rapat ini berakhir rusuh. Penyebabnya tidak ada sinergi antar para stakeholder. Dihari kedua rapat, pemimpin rapat yang seharusnya Abu Rizal Bakrie melimpahkan mandatnya ke Theo S. Dan setelah rapat dibuka, Theo tiba-tiba tanpa melibatkan stakeholder yang memiliki sudut pandang Munas dilaksanakan di bulan Januari langsung mengetuk palu, dan memutuskan menyetujui Munas akan dilaksanakan tanggal 30 November 2014.

Seketika itu suasana rapat yang awalnya tenang menjadi tidak kondusif. Terdengar interupsi dimana-mana, terdengar juga pecahan gelas yang sengaja dibanting oleh peserta. Bahkan beberapa peserta rapat berujar ketua rapat bersikap semena-mena.

Kejadian berikutnya seperti yang kita tahu, Partai Golkar pecah menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah stakeholder yang tidak puas dengan keputusan rapat dan dikomandoi Agung Laksono. Sebaliknya, kubu kedua adalah stakeholder yang puas dengan keputusan rapat dan dikomandoi Abu Rizal Bakrie.

Tentu saja, kedua kubu harus menerima konsekuensi yang tidak mengenakan. Image Partai Golkar menurun, Golkar perlu mengeluarkan ongkos yang lebih besar karena ada nya dua Munas yang dilakukan. Dan yang lebih merugikan lagi adalah kehilangan waktu untuk berislah.

Selain terhindar dari kerugian, dengan melibatkan stakeholder juga memiliki dua manfaat besar. Manfaat pertama berupa munculnya better decision, sinergi yang tercipta diantara stakeholder akan menghasilkan alternatif-alternatif  terbaik untuk dipilih. Manfaat kedua dari pelibatan stakeholder dalam pengambilan keputusan adalah munculnya komitmen menjalankan keputusan.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment