Kadang kala sebagai
manusia, walaupun diawal sudah dibuat role
untuk menyamakan paradigma dan menggunakan system
Tongkat Bicara Chereokee masih saja ada yang stakeholder yang terlupa untuk membangun sinergi. Ditengah jalan
komitmen yang dibentuk diawal proses pengambilan keputusan berlahan-lahan mulai
luntur.
Para stakeholder mulai lupa tujuan keberadaan
mereka di proses pengambilan keputusan adalah membuat effective decision. Bukannya mencari sinergi untuk menciptakan effective decision, namun malah
memperjuangkan sudut pandangnya sampai darah penghabisan.
Introspektif
bersinonim dengan reflektif. Sehingga pertanyaan instrospektif mengajak orang
berefleksi kenapa mereka dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan?
Mengajak orang sadar akan keberadaan mereka dalam proses.
Ilmu pengetahuan,
kebenaran, kesadaran selalu dimulai dari pertanyaan introspektif. Dalam
metodologi penelitian pertanyaan itu muncul dalam rumusan masalah. Cabang
pertama ilmu pengetahuan, filsafat, juga membangun cabang-cabang ilmu lain
dengan metodologi bertanya.
Steve Job pun sering
kali menggunakan pertanyaan introspektif untuk membujuk dan mempengaruhi orang.
Begitu juga saat Steve Job membujuk John Sculley untuk meninggalkan PepsiCo.
"Apa kamu ingin menghabiskan seluruh waktumu untuk berjualan Pepsi Cola? Atau
kamu ingin mendapat kesempatan untuk merubah dunia?”
Dr. William Miller
dalam penelitiannya menunjukan bahwa pertanyaan yang tepat mampu mempengaruhi
orang untuk berubah. Penemu teknik wawancara
motivasi ini memulai penelitiannya dengan sebuah pertanyaan, “Mana yang
lebih baik bagi pecandu, lebih banyak terapi atau lebih sedikit terapi?”
Setelah mencocokan data, Dr. William Miller menemukan tidak ada relevansi
antara lamanya terapi dengan perubahan perilaku.
Dr. William Miller
juga menemukan mengadili para pecandu dengan ceramah dan hukuman social justru meningkatkan kecanduan.
Dr. William Miller kemudian mulai meneliti dari sudut sebaliknya. Bagaimana
jika terapis tidak menceramahi dan melakukan hukuman social, namun memahami apa yang sebenarnya pecandu inginkan.
Penelitiannya membuahkan
hasil yang menggembirakan. Lewat pertanyaan introspektif, terapis membantu
orang untuk menarik kesimpulan tentang nilai-nilai yang paling penting untuk
para pecandu. Lusinan penelitian lain juga menuntukan pendekatan Dr. William
Miller dalam membantu orang merubah perilaku nya.
Menyadari pentingnya
pertanyaan introspektif tak heran jika sering kali orang-orang hebat
menggunakan nya untuk merubah perilaku. Tak terkecuali Mario Teguh, perhatikan
bagaimana Mario Teguh seringkali menutup motivational session nya denga
pertanyaan introspektif.
Dalam otak manusia
peran introspektif ini diteliti oleh Prof Geraint
Rees dari University College London. Volume materi abu-abu di korteks
prefrontal anterior dari otak, yang terletak tepat di belakang mata kita, merupakan
indikator kuat seseorang memiliki kemampuan introspektif. Selain itu, Prof
Geraint Rees mengatakan bahwa struktur materi putih yang tersambung ke daerah
ini juga terkait dengan proses introspeksi.
Semakin
orang memiliki kemampuan introspektif akan membuat orang semakin sadar untuk
membuat keputusan yang effective.
Pertanyaan
introspektif yang bisa Anda gunakan untuk mengganjal kesadaran peran tiap stakeholder dalam pengambilan keputusan bisa
berupa :
“Apakah Anda bersedia mencari solusi yang lebih baik
daripada yang terpikir saat ini oleh saya dan Anda?”
Satu pertanyaan
introspektif ini dapat meredakan sikap defensive,
karena setiap stakeholder tidak
diminta untuk mengenyahkan gagasan dan sudut pandang yang dimiliki. Namun
meminta setiap stakeholder untuk
mencari alternative sudut pandang
lain yang lebih baik dari pada gagasan saya ataupun gagasan Anda.
Pertanyaan ini juga
pas menujuk di harga diri seseorang. Tentunya setiap orang tidak ingin
dikatakan keras kepala. Dengan menanyakan pertanyaan introspektif di atas, jika
menjawab “tidak” tentunya akan dipandang sebagai orang yang keras kepala.
Sehingga orang akan cenderung menjawab “iya, tentu saja”.
Sebelum Anda
menanyakan pertanyaan introspektif ini pastikan dalam hati Anda terlebih dahulu
bahwa Anda sudah menjawab “tentu saja saya mau”. Anda tidak boleh lagi melihat
diri Anda sebagai segala sumber kearifan, dan bahwa sudut pandang Anda adalah alternative terbaik yang dimiliki oleh
para stakeholder. Anda bukan lah
segala-galanya di dalam kelompok diskusi tersebut.
Jika Anda belum bisa
menjawab “tentu saja saya mau” sudah bisa dipastikan pertanyaan introspektif
ini tidak akan mempan bagi orang lain. Hal ini menandakan, paradigma kedua Anda
untuk menghormati orang lain belum dilakukan. Dengan arti lain posisi Anda
adalah Self Respect tinggi, dan Other Respect rendah, Anda berada di
kuadran II, kuadran agresif.
Berkah Selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment