Mendekati
masa pemilu, jika Anda mengamati, secara besar para calon legislatif maupun
partai politik menjadikan tema “PERUBAHAN” sebagai janji kampanye mereka. Sebenarnya
yang menjadi pertanyaan, perubahan yang akan dilakukan itu berdasar pada filosofi
apa? Jika berbicara perubahan secara filosofi sebenarnya ada empat filosofi
yang bisa digunakan untuk membangun perubahan, yaitu life cycle, evolusi, dialektik, dan teologi.
Filosofi
perubahan yang pertama, life cycle dikenalkan oleh filsuf
Comte dan Spancer (1820 – 1903). Filosofi life
cycle menganggap perubahan terjadi atas kehendak alam dan prosesnya tidak
bisa dilawan. Perubahan ibarat sebuah proses makhluk hidup yang dimulai dari kelahiran,
masa kecil, tumbuh remaja, dewasa, tua dan mati. Para penganut filosofi life cycle meyakini siklus hidup ini
tidak hanya terjadi pada makhluk hidup namun juga pada organisasi baik dalam
skala besar (seperti negara) ataupun kecil. Dengan kepercayaan yang dimiliki,
para penganut life cycle akhirnya
mencoba mencari pola hidup sebuah organisasi, dan menemukan kematian organisasi
mulai terjadi pada generasi ketiga (kurang lebih 30 tahun). Apa jadinya jika
para caleg dan parpol yang maju pemilu besok adalah para penganut life cycle? Mereka akan mempercayai
bahwa kebaikan ataupun keburukan yang terjadi di negara ini adalah proses alam
yang tidak bisa dilawan. Saat terjadi banyak kebaikan, mereka akan beranggapan
memang siklus hidupnya sedang berada dipuncak. Dan saat terjadi banyak keburukan
mereka akan beranggapan memang sudah saatnya negara meninggal, dan memang sudah
saatnya melahirkan negara baru. Walaupun namanya tetap sama namun ideologinya
yang berganti. Kira-kira siapa caleg atau parpol yang cenderung terpengaruh
filosofi perubahan ini?
Filosofi
perubahan lain yang bisa menjadi pegangan para caleg dan parpol adalah filosofi
perubahan evolusi. Filosofi ini
dikenalkan oleh Darwin (1809 – 1882) dan Mendel (1822 – 1884). Dasar dari
filosofi ini, perubahan terjadi karena ada proses seleksi, dan kompetisi. Para
penganut filosofi ini meyakini, perubahan terjadi karena ada kompetisi. Apa
jadinya Para caleg yang meyakini filosofi ini? Mereka cenderung akan
menggulirkan perubahan dengan konsep kompetisi. Jika menelorkan undang-undang
pun undang-undang yang memotivasi semua orang berkompetisi. Jika negara
didominasi pemangku jabatan yang menganut filosofi ini, yang menang kompetesi
semakin kaya dan yang kalah kompetisi akan semakin sengsara. Filosofi ini yang
menginspirasi lahirnya sistem ekonomi Kapitalis. Adakah caleg atau parpol yang
akan maju pemilu besok terdominasi filosofi ini?
Filosofi
perubahan ketiga lahir berbarengan dengan filosofi evolusi, Hegel (1770-1831),
Marx (1818-1883) dan Freud (1852-1939) mengembangkan filosofi yang cukup
berbeda dengan filosofi perubahan evolusi. Filosofi yang mereka kembangkan
kemudian dinamakan filosofi dialektik.
Para pencetus filosofi ini meyakini setiap orang memang sudah berbeda sejak
lahir, kemunculan sintesa terjadi karena ada nya konflik atau konfrontasi. Plularisme
antar individu menciptakan potensi untuk bekerjasama yang sekaligus berpotensi
menjadi konflik. Para caleg dan parpol yang terpengaruh filosofi ini cenderung
senang berada dalam kondisi chaos.
Mereka meyakini dengan ada nya chaos
akan memunculkan tatanan baru, kelompok baru yang lebih baik. Biarkan para
pihak bertarung, sehingga saya bisa mengambil keuntungan dari konflik yang
terjadi, begitu lah yang ada dipikirian para penganut filosofi dialektik.
Kira-kira siapa caleg atau parpol yang terpengaruh filosofi ini.
Filosofi
evolusi dan dialektik memiliki penganut fanatiknya masing-masing, sehingga
menurut Mead (1863-1931) dan Weber (1864-1920) perlu dibuat filosofi
penyeimbang. Mereka pun kemudian melahirkan filosofi perubahan yang kemudian
dikenal dengan filosofi teleologi. Dasar filosofinya adalah, perubahan memang
harus dilakukan jika ada tujuan baik, sehingga prosesnya harus direncanakan
dengan baik. Tidak seperti penganut filosofi dialektik yang mempercayai agar
perubahan terjadi orang haru berkonflik, atau para penganut filosofi evolusi
yang mempercayai agar terjadi perubahan orang harus berkompetisi, maka para
penganut teleologi mempercayai agar terjadi perubahan harus ada tujuan
perubahan yang jelas. Penganut filosofi ini mempercayai continues improvement, ataupun kaizen.
Jika filosofi evolusi dan dialektik cenderung berpandangan win-lose, maka filosofi teleologi cenderung berpandangan win-win. Adakah caleg atau parpol yang
terpengaruh filosofi ini? Yuk Bijak memilih
Berkah
selalu
N. Kuswandi
No comments:
Post a Comment