Brain Game adl salah satu acara di National Geografic Chanel yang dipandu Jason Silva. Di salah satu episode, Jason Silva membuat social experiment yang menarik di sebuah restoran, berapa lama orang terkoneksi secara langsung dan menghindari smart phone. Ditiap meja diberikan role of the game dan dibuat display stopwatch yang memungkinkan tiap orang mengetahui berapa lama mereka tidak memegang smartphone. Bagi meja yang berhasil bertahan paling lama, mereka mendapatkan hadiah sebuah sampane dan makan malam mewah.
Pengunjung yang datang pun berlomba-lomba berpartisipasi lomba tersebut. Walaupun mereka terlibat dan berpartisipasi, alam bawah sadar mereka seperti tidak mau bekerja sama. Bagaimana tidak, saat ada bunyi yang menandakan ada pesan ataupun telpone yang masuk, secara reflek mereka mengambil smartphone yang menyebabkan meja mereka kalah dalam pertandingan.
Perlombaan terus berlanjut, hingga akhirnya tersisa dua meja. Sayangnya ada satu peserta di meja pertama yang tanpa sadar memegang smartphone. Dan pemenangnya tentu saja adalah meja kedua.
Menariknya, durasi waktu yang dihabiskan peserta di meja kedua untuk berkoneksi langsung dengan orang dihadapannya hanya dalam waktu satu jaman saja. Ini menunjukan "kehadiran" secara fisik dan mental, orang-orang semakin rendah. Karena dari sekian peserta, kehadiran atau presence mereka hampir semuanya dibawah satu jam.
Hal menarik kedua adalah, setelah meja kedua mendapatkan hadiahnya. Dan mulai menghabiskan hadiahnya, mulai juga mereka memegang smartphone. Hal ini menunjukan, begitulah sebenarnya habit nya tentang terkoneksi.
Apakah social experiment tadi hanya terjadi di Amerika saja?
Yuk perhatikan kiri-kanan kita, hampir dipastikan sekitar kita pun melakukan hal yang sama. Kita lebih memilih terkoneksi dengan orang didunia maya, daripada di dunia nyata. Sehingga tak jarang, anak-anak kehilangan "kehadiran" orang tuanya, teman kehilangan "kehadiran" orang yang ada disampingnya, murid "kehilangan" kehadiran gurunya.
"Kehadiran" atau presence menjadi hal penting dalam hubungan antara orang-ke orang, tak heran International Coach Federation memasukan presence sebagai salah satu coaching competency. Dengan presence, orang yang diajak berdiskusi diakui keberadaannya. Itu saja sudah luar biasa, kalau kita mau kilas balik sejarah, berapa banyak perang yang dimulai dari tiadanya pengakuan keberadaan. Jepang terlibat di Perang Dunia kedua karena keberadaannya ingin diakui. Seorang istri yang bertengkar dengan suami karena ingin keberadaannya dilihat. Seorang kekasih yang putus karena keberadaan kekasihnya antara ada dan tiada.
Jadi mulai letakan smartphone Anda, dan tanya pada orang disebelah Anda:
"Saya ingin menjadi orang hebat seperti Anda, tolong nasehati saya agar bisa seperti Anda"
"Saya ingin menjadi orang hebat seperti Anda, tolong nasehati saya agar bisa seperti Anda"
Berkah selalu
N Kuswandi
N Kuswandi
Free Coaching base International Coach Federation untuk Fase Ketiga (Juni-Agt) hanya untuk empat orang
No comments:
Post a Comment