Monday, April 21, 2014

Developing Happiness With NLP Communication

September 2013, Kelly Service perusahaan konsultan multinasional mengeluarkan hasil survey Employee Engagement and Retention dengan sample populasi sebanyak 120.000 orang di 31 negara cross America, Eropa dan Asia Pasific. Secara global, Kelly Service merilis tingkat happiness dari 31 negara tersebut sebesar 63%, dengan happiness tertinggi dialami oleh employee di Asia Pasific sebesar 68%, dilanjutkan dengan Eropa sebesar 60%, dan Amerika sebesar 63%. Kelly Service merilis, happiness yang dialami oleh para employee 67% dipengaruhi oleh direct manager berhubungan dengan employee engagement. Selaras dengan hasil survey Kelly Service, hasil engagement survey yang dilakukan Dale Carnegie (2013) di Amerika merilis employee engagement dipengaruhi oleh empat emosi positif yang salah satu emosi nya adalah inspired (employee are motivated by their leader). Agar tingkat happiness employee bisa terjaga, Kelly Service dengan menggunakan teknik multiple respond survey, employee mengharapkan tiga hal besar kepada leader, yaitu memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan diri (57%), memberikan kejelasan tugas tanggungjawab dan goal pekerjaan (46%), dan melakukan komunikasi terbuka (37%).
 
Di artikel sebelumnya kita sudah berdiskusi cara meningkatkan pengembangkan anggota team dengan tool coaching. Diartikel kali ini, kita akan mendiskusikan harapan ketiga employee kepada leader nya untuk membawa happiness, yaitu melakukan open communication. Banyak pendekatan yang digunakan oleh para ahli untuk mendesign metode ataupun teknik berkomunikasi yang baik. Neuro Lingustik Program adalah salah satu pendekatan psikologi yang membahas communication. Pendekatan Neuro Linguistik Program atau lebih dikenal dengan NLP mengenal  tiga hal penting dalam berkomunikasi, yaitu rapport, sensory acuity, dan framing.
 
Rapport didefinisikan sebagai jembatan untuk membangun konektivitas dengan lawan bicara. Untuk membangun rapport dapat dilakukan dengan proses Pacing – Calibrating – Leading. Proses pacing atau menyelaraskan dapat dilakukan dengan melakukan mirroring dan matching. Seperti namanya mirroring berarti menjadi cermin orang lain, sedangkan matching berarti menirukan orang lain secara sama. Mirroing dan matching bisa dilakukan secara verbal maupun non verbal. Melakukan matching secara verbal dilakukan dengan mencari sinonim kata dari point kalimat yang dilontarkan kawan bicara. Contoh nya, jika kawan kita berbicara “saya tidak suka berisik”, lihat point kalimat tersebut adalah berisik, maka jika kita membangun rapport dengan matching, Anda bisa membalas dengan “saya juga tidak suka suara keras”. Atau jika Anda menggunakan mirroring, Anda bisa membalas dengan “Anda tidak suka suara keras ya”. Sedangkan mirroring dan matching dengan non verbal bisa dilakukan dengan mencocokan gesture, intonasi, kedipan mata, respon-respon yang muncul.
 
Proses selanjutnya dalam membangun rapport adalah melakukan calibrating. Proses ini dilakukan dengan mencari moment untuk me leading communication. Moment ini dapat dapat Anda temukan saat Anda melakukan gerakan tiba-tiba dan kawan bicara Anda mengikuti gerakan yang sama dengan Anda. Agar Anda semakin yakin bahwa moment tersebut adalah moment yang tepat untuk me leading communication, Anda bisa mengulangi gerakan Anda sebanyak tiga kali. Jika dalam ketiga gerakan tiba-tiba tersebut, ketiga nya diikuti oleh kawan bicara Anda maka Anda siap untuk me leading communication.
Saat Anda me leading communication jangan lupa untuk memmemperhatikan reaksi-reaksi tubuh kawan bicara. Karena rapport sebenarnya tidak hanya dibangun saat awal komunikasi namun sampai akhir komunikasi. Dengan memperhatikan visual, auditory, kinesthetic, olfactory, dan gustatory yang dilakukan kawan bicara, kita bisa merespon dengan bagus. Inilah yang disebut sebagai sensory acuity atau kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya.
 
Tentunya sudut pandang kawan bicara kita tidak selulu sesuai dengan sudut pandang yang kita yakini. Maka setelah membangun rapport, melakukan sensory acuity proses leading communication dapat dilakukan dengan reframing atau mengubah sudut pandang kawan bicara. Dalam NLP dikenal dua macam reframing, yang pertama context reframing atau mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah context yang ingin kita sampaikan. Dan reframing kedua disebut content reframing atau mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah content yang disampaikan. Merubah sudut pandang dengan context reframing dilakukan dengan membandingkan keputusan satu dengan keputusan yang lain. Sedangkan content reframing adalah menyampaikan dan menekankan sisi-sisi positif atas keputusan yang diambil

No comments:

Post a Comment