Monday, April 14, 2014

Meningkatkan Produktivitas Dengan Psikologi Positif


Salah satu shocking moments bagi dunia industri di tahun 2009 adalah saat Mustafa Abubakar yang kala itu menjabat sebagai Menteri BUMN menunjuk Karen Agustiawan sebagai orang nomer satu di Pertamina. Bagaimana tidak? Di komunitas yang didominasi oleh kaum Adam dengan permasalahan yang komplek ditunjuklah seorang wanita untuk membereskannya. “Bagaimana mungkin seorang wanita mampu mengatasi kapal Pertamina yang terombang-ambing?” mungkin begitu pesimisme yang muncul terhadap kemampuan seorang Karen Agustiawan.

 
Walaupun sempat diragukan oleh banyak orang, Karen tidak menyerah. Di bawah kepemimpinannya, Pertamina mulai menunjukkan prestasi di kancah nasional maupun internasional. Sebut saja, ditahun 2011 Pertamina mendapat anugerah Best Deal dari komunitas keuangan internasional, Coorporate Image Award di 2012, Suistenable Business Award 2012, Emerging Markets Award dari International Finance Review 2013. Dan pertama kalinya Pertamina berada di posisi ke-122 dari 500 perusahaan terbaik dunia versi majalah Forbes.

 
Berkat keberhasilannya memimpin Pertamina, pada tahun 2011 Karen Agustiawan dianugrahi diurutan pertama penghargaan “Asia’s 50 Power Businesswomen” oleh majalah Forbes. Di tahun 2013, prestasi Karen semakin cemerlang, hingga majalah Fortune menempatkannya sebagai wanita paling berpengaruh ke-6 sedunia.

 
Apa mantra yang digunakan Karen untuk memimpin Pertamina hingga menghasilkan prestasi yang luar biasa? Pada acara Srikandi Migas Membangun Negeri, 14 Desember 2011, Karen membagi rahasianya. “Memimpin dengan hati” begitu Karen Agustiawan menamakan leadership style-nya. Karen manambahkan “Sebagai seorang pemimpin harus tahu kalau seseorang tidak perform, beri kesempatan sekali lagi” (Viva.co.id, 15 Desember 2011, “Kunci Sukses Dirut Pertamina”).

 
Gaya kepemimpinan Karen sebenarnya adalah aplikasi dari pendekatan psikologi positif. Sebagai salah satu tokoh yang mempopolerkan psikologi positif, Seligman (2005) dalam jurnal berjudul Positive Psychology Progress: Empirical Validation of Interventions mendefinisikan psikologi positif sebagai istilah yang memayungi studi-studi terhadap emosi-emosi positif, sifat-sifat dasar positif, dan pemberdayaan institusi atau komunitas. Ciri psikologi positif ini muncul dalam pernyataan Karen Agustiawan mengenai memberi kesempatan kedua kepada karyawan yang tidak perform. Bukannya melihat tidak tercapainya perform melalui kacamata negatif, namun Karen melihat performance karyawan yang belum tercapai dari sisi positif, dibuktikan dengan memberi kesempatan kedua. Efek dari pengharapan positif Karen kepada karyawannya untuk memperbaiki performance ternyata berdampak positif kepada performance berikutnya dari karyawan tersebut. Terbukti dengan performance Pertamina yang semakin membaik dari waktu ke waktu.

 
Penelitian yang dilakukan Norman, Luthans dan Luthans (2005) dalam bidang positive organization behavior juga menunjukan bahwa pemimpin yang memiliki harapan dan mengekspresikan harapannya tersebut (hopeful leaders) dapat memberikan efek menular terhadap resiliency (ketabahan) karyawan sehingga keseluruhan level organisasi mengalami perubahan.

 
Dalam psikologi hal ini dinamakan sebagai Pygmalion effect. Fenomena psikologi ini pertama kali disajikan oleh Robert Merton pada tahun 1957. Terinsprirasi dari kisahYunani tentang pemahat bernama Pygmalion, Robert Marton melakukan penelitian tentang dampak “harapan”. Sebagai seorang ahli patung, keahlian Pygmalion diakui semua orang, hingga pada akhirnya Pygmalion menciptakan masterpiece berupa patung seorang wanita cantik. Saking cantiknya, Pygmalion pun jatuh cinta kepada patung tesebut.

 
Saat perayaan pemujaan Dewi Athena, Pygmalion berdoa agar diberi jodoh seorang wanita cantik. Di dalam hatinya, sebenarnya Pygmalion berdoa agar wanita cantik itu adalah wanita seperti patung yang dia buat. Keesokan harinya, Pygmalion terbangun dari tidurnya dan mendapati patung yang dibuatnya hidup. Pygmalion pun menikahi patung yang telah menjadi wanita cantik tersebut, dan akhirnya mereka hidup happily ever after.

 
Cerita tadi diterjemahkan Robert Merton dengan sebuah penelitian yang melibatkan seorang guru dan siswa nya. Dibuatlah dua buah kelompok, kelompok experiment dan kelompok kontrol. Siswa di kelompokexperiment, dipilih dari siswa yang memiliki IQ biasa-biasa saja, namun saat mereka dijadikan kelompok experiment, mereka diberi tahu bahwa mereka adalah kelompok elit yang dikelompokan dan akan diajar oleh guru-guru ellit (yang sebenarnya juga guru yang biasa-biasa saja). Mereka juga diberi kepercayaan dan harapan, bahwa mereka sangat bisa mengalahkan kelompok lain yang sebenarnya memiliki IQ yang lebih tinggi dari mereka. Hasil penelitian Robert Merton menunjukkan hasil seperti cerita Pygmalion, yaitu saat ekspektasi kita positif maka akan berdampak positif. Siswa-siswa experiment yang awalnya hanya siswa dengan IQ yang biasa-biasa saja atau average ternyata mampu mengalahkan siswa dengan IQ diatas mereka.

 
Tentunya harapan positif yang besar saja tidaklah cukup. Seperti yang dilakukan Karen Agustiawan, memberikan kesempatan kedua saja tidaklah cukup. Karyawannya tentunya harus mampu mengambil pembelajaran dari tidak tercapainya performance dan mengejawantahkan harapan menjadi action. Norman, Luthans & Luthans (2005) mendefinisikannya sebagai motivasi positif untuk mencapai keberhasilan. Agar motivasi positif tersebut bisa tercapai, maka organisasi yang diwakili seorang leader bisa menggunakan dua hal: pertama adalah menciptakan kondisi di mana karyawan sebagai energi yang terarah pada tujuan atau kemauan, dan yang kedua adalah menciptakan pathways atau perencanaan untuk mencapai tujuan.

 
Sumber yang dipakai:

Gable, S.L & Haidt, J. 2005. What (& Why) Is Positive Psychology? Review of General Psychology, 9 (2), 103-110

Norman. S, Luthans. B, & Luthans. K. 2005. The Proposed Contagion Effect of Hopeful Leaders on The Resiliency of Employee and Organizations. Journal of Leadership and Organizational Studies, 12 (2), 55-64

Seligman, M.E.P, Steen, T.A, & Peterson, C. 2005. Positive Psychology Progress : Empirical Validation of Interventions. The American Psychologist, 60, 410-421

Viva.co.id, 15 Desember 2011, “Kunci Sukses Dirut Pertamina”

No comments:

Post a Comment