Sunday, November 2, 2014

Fixed Mindset

Fixed Mindset and Growth Mindset
Beberapa waktu yang lalu saya melakukan program reinforcement untuk mengukur evaluasi level 3 Kirk Patrick (Behavior Change) dengan individual coaching. Dari 20 peserta yang mengikuti individual coaching, saya merasa ada tiga orang yang “pantat nya sudah lebih besar dari pada kursi yang diduduki”. Tentunya istilah saya tadi bukanlah sebenarnya, namun hanya analogi saja. Arti sebenarnya, kemampuan yang dimiliki sudah melebihi posisi nya saat ini.

Tentunya ini berbahaya, kita sendiri saja kalau duduk di kursi yang kecil, tidak sesuai dengan pantat kita rasanya tidak enak sekali. Saking tidak enaknya, tentu saja harus cepat-cepat untuk segera mencari kursi lain yang pas dengan ukuran pantat nya, atau dalam bahasa lain adalah pindah perusahaan. Efeknya akan timbul biaya untuk menyeleksi dan mendevelop karyawan baru sebagai pengganti. Kalau soal biaya sebenarnya tidak ada artinya dibandingkan dengan waktu yang hilang untuk mendevelop, productivity yang bisa jadi tiba-tiba turun dratis, dst

Andaipun karyawan tadi tidak resign, ini juga berdampak tidak baik. Dengan kompetensi yang dimiliki dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan, sudah bisa dipastikan tidak akan men challenge  lagi bagi karyawan tersebut. Pekerjaan yang dilakukannya pun menjadi terlalu mudah dikerjakan oleh nya.

Bagi karyawan yang mengerjakan hal-hal yang mudah bisa dipastikan otak dan jiwa nya tidak bertumbuh. Carol Dweck seorang psikolog yang menemukan cara baru dalam proses berfikir memberikan tendensi tersebut dengan sebutan Fixed Mindset. Istilah ini dipopulerkan Dweck lewat hasil penelitiannya pada anak-anak yang mengerjakan sesuatu dengan mudah atau mendapatkan kemudahan di sekolah atau cepat mendapatkan nilai A di kelasnya.

Fixed Mindset sendiri adalah cara berfikir yang terbentuk saat seseorang mendapatkan kemudaan yang membuatnya ingin berlindung dalam kemudahan.

Akibatnya, mereka akan terpatri dalam pikiran bahwa hidup akan selalu mudah. Mereka akan duduk di kursi penumpang dan kurang menghargai proses belajar yang harus dilewati dengan kerja keras dan perjuangan. Parahnya, orang-orang dengan fixed mindset akan cenderung memiliki character high self monitors. Perhatian utama mereka adalah “terlihat hebat dan cerdas”, sehingga mereka sangat anti dengan development feedback.

Temuan dari Dweck tadi juga menjadi anjuran bagi para orang tua agar tidak memberikan apresiasi terlalu cepat pada anak-anak. Kondisi seperti ini akan membuat anak-anak menyamakan cerdas dengan quick dan easy process. Dan mereka kelak akan takut menghadapi tantangan-tantangan baru.

Memaintance karyawan yang pantat nya sudah terlalu besar dibandingkan dengan tempat duduknya sebenarnya bisa dilakukan dengan gampang-gampang susah. Salah satu caranya adalah dengan membuatnya tetap sibuk untuk menggunakan kompetensi nya. Jika pekerjaan bukan lagi wadah yang pas untuk menyalurkan kompetensinya, dengan memberikan assignment menghandle project-project initiative bisa jadi adalah satu cara yang bisa dilakukan.

Tentu saja, ini adalah solusi sementara sampai benar-benar ada kursi yang pas untuk mendudukan pantat yang sudah terlanjur besar.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment