Wednesday, November 5, 2014

Influencer : Menemukan Perilaku Vital





Masih ingat catatan saya tentang “"Alcoa : From Safety Performance to Production Performance". Cerita Paul O’Neil seorang CEO Alcoa yang merubah Alcoa dari perusahaan yang nyaris bangkrut menjadi perusahaan dengan pendapatan tahunan bersih sebesar lima kali lebih besar daripada saat O'Neil pertama kali memimpin. Kapitalis pasar naik sebesar $27 Miliar. Orang yang berinvestasi $1 juta mendapatkan $1 juta dolar lagi dalam bentuk deviden. Dan nilai saham para pemegang saham lima kali lebih besar sewaktu O'Neil pensiun

Ada perkataan CEO Alcoa yang saya rasa menarik untuk digaris bawahi, "Setiap kebiasaan memiliki kekuatan untuk memulai reaksi berantai".

Entah kenapa tiba-tiba Allah merecall ingatan saya saat masih menjadi James Bond (Jaga Masjid Jaga Kebon) dan setia menjadi pendengar pengajian. Salah satu pembelajaran sakti yang saya terima adalah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim. Pada suatu hari, seorang pemuda yang ingin memeluk agama Islam mendatangi Rasulullah. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata : “Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu berbuat dosa dan berat untuk meninggalkannya.” Rasulullah s.a.w. menjawab : “Mahukah engkau berjanji, engkau meninggalkan berkata bohong?”. Pemuda tadi pun berjandi “Ya, saya berjanji” jawab lelaki itu singkat.

Nabi memang seorang influencer sejati, dengan meminta janji tidak berbohong maka Nabi telah mengunci perilaku kunci pemuda tadi. Perilaku tersebuut akhirnya membuat reaksi berantai, janji pemuda tadi mengubah hidup Sang Pemuda. Setiap kali hatinya terdorong berbuat jahat, hati kecilnya terus berkat, “Apakah jawabanmu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah s.a.w. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya”. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu Sang Pemuda telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup.

Maha besar Allah yang menganugrahkan ilham pada Nabi Nya.

Setelah mempelajari temuan Garry Yukl tentang 9 teknik menginfluence orang, dan Tipping Point nya Gadwell nampaknya “menemukan perilaku kunci” menjadi tambahan seni untuk mempengaruhi orang.

Dengan “menemukan perilaku kunci” tugas kita sebagai leader untuk mendevelop team akan semakin mudah. Tidak perlu lagi mengirim anggota team untuk training berulang kali, tinggal menemukan satu perilaku kunci dan menembak tepat sasaran. Satu training yang berefek domino merubah perilaku-perilaku lain.

Dany Meyer, pemilik restoran yang semua restorannya masuk daftar peringkat 40-teratas pilihan pelanggan versi Zagat membantu karyawannya menemukan perilaku kunci dengan akronim ABCD atau “Always Be Collecting Dots (selalu mengumpulkan titik)”. Tujuan besar dari Dany adalah memberikan service excellence kepada customer nya. Alih-alih memberikan training yang berulang-ulang, Dany hanya meminta karyawannya mengingat dan mempraktekan ABCD secara berulang-ulang.

Dots yang dimaksud Dany dalam ABCD adalah dots (informasi) kebutuhan dan keinginan customer nya. Semua dots yang dikumpulkan kemudian dicari polanya untuk saling dihubungkan. Dany menemukan karyawan yang bagus mengumpulkan dot ternyata juga yang paling bisa menggabungkan dots.

Sepertinya teknik yang digunakan Dany agak mirip dengan cara terapi yang dipopulerkan Sigmund Freud (penggagas aliran psikoanalisa). Dengan teknik nya yang disebut Asosiasi Bebas, Freud meminta semua klien nya untuk menceritakan semua pengalaman nya tanpa dipotong oleh Freud.

Freud kemudian membuat pola dan menghubungkan tiap pengalaman klien nya menjadi hanya beberapa kalimat saja. Kesimpulan pun akan dibuat Freud, bahwa perilaku kunci yang perlu dirubah oleh klien nya adalah dari beberapa kalimat yang dihubungkan dari pegalaman-pengalaman Sang Klien.

Berkah Selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment