Tuesday, October 28, 2014

Jokowi : Sleeping With The Enemy

 
Di tahun 1991 ada film berjudul Sleeping With The Enemy. Film yang dibuat dengan genre drama romantis. Ceritanya cukup asik disimak, namun saya lebih tertarik pada judulnya, "Sleeping With The Enemy". Judul cerita ini akan menarik dan bisa jadi akan menjadi kisah nyata di Indonesia.
 
Mengutip management change nya Lewin, frees- unfrees - change - refrees. Tahan perubahan dinamika Indonesia pasca pemilu laksanya es yang membeku (frees) antara KMP dan KIH. Kemudian mulai berubah mencair (un frees) saat Jokowi melakukan safari politik ke Abu Rizal Bakri dan Prabowo. Dilanjutkan langkah berikutnya dengan perubahan (change) dinamika Indonesia setelah Prabowo bertemu JK dan menyatakan bahwa mereka satu kapal. Tinggal satu tahap lagi (refrees) hingga membuat dinamina Indonesia semakin menyenangkan.
 
Prabowo dan koalisi nya (Koalisi Merah Putih) sudah menasbihkan diri bahwa mereka akan menempati posisi oposisi. Dan tentunya Jokowi akan sangat bersyukur dengan adanya Prabowo di sudut tersebut. Bukankah sebagai seorang muslim, Jokowi akan mengikuti sunah Nabi untuk mencari cermin? Dan dengan feedback yang baik akan membuat Jokowi semakin matang dan berkualitas memimpin Indonesia.
 
Kejelasan posisi Prabowo dan koalisinya sebagai oposisi tentunya akan baik bagi Jokowi. Dengan kejelasan posisi mereka, Jokowi sudah bisa melakukan pemetaan resiko yang matang. Logikanya jika seorang petualang melihat dengan jelas di depannya ada Macan yang mengaum, maka petualang tersebut akan punya banyak rencana untuk bisa terhindar dari terkaman si Macan.
 
Sebaliknya, yang lebih berbahaya sebenarnya adalah Macan yang tidak terlihat dan kemudian tiba-tiba menyerang si Petualang. Itulah gambaran Sleeping With The Enemy.
Tentu nya orang akan sangat berhati-hati saat memilih teman tidur. Karena saat tertidur, orang akan berada di alam tak sadar. Pada fase ini orang yang tertidur sangat rentan untuk diserang secara psikisnya dengan stimulus yang menghipnotis. Bahkan dibeberapa film dikisahkan salah satu cara cuci otak dilakukan saat korbannya tidur.
 
Saat tertidur juga orang sangat rawan diserang serangan fisik. Tentu saja karena orang yang tertidur tidak bisa membalas apa-apa.
 
Bisa dipastikan saking berhati-hati nya memilih teman tidur maka orang yang akan dipilih pun pastinya orang yang dipercaya. Dan Koalisi Indonesia Hebat adalah teman tidur yang dipilih oleh Jokowi.
 
Jika diibaratkan Jokowi tidur di sebuah ruangan dengan KIH, dan KMP sebagai oposisi tidur diruang lain. Bisa jadi Jokowi sudah menyiapkan dengan well prepare cara agar KMP tidak melakukan serangan saat mereka tidur. Di saat yang bersamaan bisa jadi musuh Jokowi sebenarnya ada di ruangannya sendiri. Musuh itu bernama KIH
 
Bukankah saat Jokowi tidur bisa terganggu dengan intervensi bernama "ngorok". Atau bisa jadi gangguan tidur Jokowi oleh musuhnya berasal dari "ngolet" nya KIH yang tidur disampingnya, hingga tangannya tak sengaja memukul Jokowi. Atau saat berganti posisi, kaki mereka menendang Jokowi.
 
Anda bisa mengartikan apapun atas "ngorok", "ngolet", atau "berpindah posisi". Bisa jadi berupa mengintervensi autonomy presiden untuk menentukan menterinya. Atau bisa berupa tidak kritis dan tajam lagi atas kebijakan yang diambil Jokowi.
 
Sepertinya budayakan Sujiwo Tedjo mulai melihat hal ini. Tak heran dalam Tweet nya terakhir Sujiwo Tedjo menulis "Pemimpin bertangan besi mematikan nyali. Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar".
 
Dan bisa jadi kematikan seseorang bukan ditangan musuh yang jelas posisi nya sebagai musuh. Namun ditangan teman yang sebenarnya musuh. Bukankah ada pepatah lama mengatakan "Monyet tidak jatuh karena angin kencang. Monyet jatuh karena angin semilir"
 
Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment