17 Agustus 2014 jam 10.00, proklamasi kemerdekaan itu dibacakan Soekarno - Hatta. Tak terasa sudah 69 tahun text proklamasi itu ditulis, sudah terlihat gurat usia yang mulai menua. Walaupun begitu, text itu masih saja terasa mengandung getaran emosional yang sangat dalam saat dibaca. Text independent day yang akan selalu dipelihara dan dipupuk hingga menjadi gelombang di samudra, menjadi hutan di kebun belakang.
Ada yang memupuk nya sebagai ritual upaca bendera. Ada yang mempupuk dengan mendaki gunung. Ada yang memupuk dengan lomba-lomba yang menyatukan warga. Apapun bentuk nya, asal kan positive, sah-sah saja.
Dan dengan kata, independent lah tulisan ini akan dimulai. Seandainya negara Indonesia ini adalah manusia bernama Bang Indonesia, maka independent adalah sebuah proses menuju dewasa. Steven Covey menulis dalam buku nya Seven Habit Higly Effective People menulis perjalanan kematangan atau kedewasaan seseorang dimulai dari fase dependence - independent - interdependent.
Selama 350 tahun, kehidupan Bang Indonesia terjajah atau tergantung "dependence" kepada izin Belanda. Ketergantungan "dependence" itu masih harus berlanjut selama 3 tahun oleh Jepang.
Fase awal ini laksana seorang bayi yang menggantungkan semua kebutuhannya kepada orang tuanya.
Di tanggal 17 Agustus 1945, akhirnya Bang Indonesia menemukan kemenangan pribadi nya, dengan mengubah keadaan. Ketergantungan "dependence" itu dibalik dengan telak, hingga akhirnya Bang Indonesia menjadi pribadi yang independent, menjadi pribadi yang merdeka.
Fase kedua ini seperti remaja yang mampu memenuhi kebutuhannya tanpa menunggu orang tua nya. Yuforia, remaja memang sangat manis untuk dirasakan dan pahit untuk ditinggalkan. Bisa jadi itu juga yang dirasakan Bang Indonesia, dalam usianya yang ke 69 tahun, bisa jadi Bang Indonesia masih merasa menjadi seorang remaja. Menikmati mabuk masa muda.
Tentunya remaja bukanlah fase terakhir bertumbuh, ada satu fase lagi yang harus dilewati, fase kedewasaan. Tahap itu adalah tahap interdependent - saling tergantung. Sebuah fase untuk saling bersimbiosis mutualisme, bekerjasama saling menguntungkan.
Dan sebenarnya Bung Karno, sudah merumuskan dengan bagaimana caranya Bang Indonesia mampu bertumbuh semakin dewasa di tahap interdependent. Rumusan bertumbuh nya kedewasaan Bang Indonesia, ditegaskan Bung Karno dallam tulisannya berjudul “Nasionalisme, Islamisme, Marxisme “.
Dalam tulisannya yang dimuat secara berseri di jurnal Indonesia muda tahun 1926, Bung Karno secara tegas menjelaskan membuka interdependent Indonesia, dengan keinginan bekerjasama kepada semua negara. Interdependent nya Indonesia hanya dibatasi oleh negara yang menganut kolonialisme dan imperialisme.
Bung Karno menasehati Bang Indonesia, andikan Bang Indonesia saling bergantung atau interdependent dengan kaum penganut kolonialisme maka Bang Indonesia akan kembali pada tahap awal kedewasaan, tahap dependence. Kembali di jajah secara tidak sadar
Kaum kolonialisme erat kaitannya dengan kapitalisme yakni suatu sistem ekonomi yang dikelola oleh sekelompok kecil pemilik modal yang tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan. Tak segan-segannya para kaum kapitalis mengeksploitasi orang lain. Bukannya simbiosis mutualisme saling menguntungkan yang terjadi, tapi simbiosis parasitisme.
Bung Karno menilai kemiskinan yang diderita Bang Indonesia dilatarbelakangi oleh sistem kapitalisme. Kolonialisme adalah anak dari kapitalisme, dan kolonialisme melahirkan imperialisme. Karena nya, Bung Karno lagi-lagi menasehati Bang Indonesia untuk semakin tumbuh dewasa dengan menghadapi kapitalisme.
Berkah selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment