Memang benar,
tahap melibatkan stakeholder untuk
mengambil keputusan yang effective
menjadi tahapan yang challenging. Tentunya
semakin banyak stakeholder yang
terlibat akan semakin banyak sudut pandang. Bisa jadi tiap stakeholder yang terlibat akan memiliki sudut pandang nya
masing-masing. Dan menyatukan sudut pandang yang berbeda memang menjadi challenge tersendiri.
Kadang untuk
mempermudah para mengambil keputusan yang dianggap efektif, akhirnya para stakeholder yang dilibatkan memilih
untuk ber"kompromi". Walaupun sebenarnya ada pilihan lain yang bisa
dipilih oleh para stakeholder, yaitu
"sinergi".
Sinergi tidak
sama dengan kompromi. Dalam kompromi satu tambah satu sebaik-baiknya hanya
menghasilkan satu setengah. Setiap orang kehilangan sesuatu. Sinergi tidak
hanya mengatasi konflik, namun melampaui konflik.
Mungkin sebuah
kompromi bisa membuat para pihak puas, tapi belum tentu membuat mereka gembira.
Hubungan para pihak menjadi lemah. Dan seringkali, konflik yang diselesaikan dengan
kompromi akan muncul kembali.
Sebaliknya
dengan sinergi, semua stakeholder
akan merasakan kepuasan dan kegembiraan. Karena keputusan yang dibuat dengan
sinergi mengakomodir semua sudut pandang hingga biasanya akan melebihi need dan want nya para stakeholder.
Sehingga
keputusan yang dihasilkan dari sinergi para stakeholder
yang dilibatkan akan menghasilkan keputusan yang lebih tinggi dan lebih baik
dari espectasi para stakeholder.
Tentu saja
membangun sinergi dalam pengambilan keputusan cukup challenging. Namun, Anda hanya perlu selalu percaya, bahwa Tuhan
menyertakan solusi dalam setiap masalah. Tak terkecuali solusi untuk membangun stakeholder yang penuh dengan sinergi.
Kita akan membahas beberapa cara nya nanti.
Semua orang
pastinya setuju bahwa sinergi akan menghasilkan manfaat berkali-kali lipat. Sebatang
besi bisa dipatahkan dengan tekanan sebesar 60.000 pon kuadran inci (PSI).
Sebatang kromiun akan patah pada tekanan sebesar 70.000 PSI. Sebatang nikel
akan patah pada tekanan 80.000 PSI.
Jika ketiganya
dicampurkan, besi, kromium, dan nikel bukan 210.000 PSI (60.000 + 70.000 +
80.000). Dengan sinergi campuran tertentu, besi, kromium dan nikel akan mampu
bertahan sampai dengan 300.000 PSI. Selisih dari 300.000 PSI dengan 210.000 PSI
tersebut dari unsur apa? Tentunya dari unsur sinergi. 43% lebih kuat daripada
saat berpisah. Inilah sinergi.
Jika besi,
kromium dan nikel tadi adalah ibarat stakeholder
yang bersinergi untuk mengambil keputusan terbaik maka begitu juga yang akan
terjadi dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan tersinergi yang
dilahirkan akan mampu menghasilkan bukan saja pertambahan keahlian tiap stakeholder, namun perkalian bahkan kuadrat
keahlian tiap stakeholder.
James Surowieci dalam bukunya The Wisdom of
Crowds menulis tentang Francis Galton, orang yang menerapkan metode statistic
untuk menunjukan bahwa kelompok yang terdiri dari orang-orang dengan kecerdasan
berbeda-beda sering kali menunjukan kinerja yang lebih baik dari pada individu
yang bekerja sendiri-sendiri.
Ketika 787
penduduk local yang mengunjungi sebuah peternakan dan diminta memperkirakan
berat sapi jantan yang akan disembelih dan dikuliti ternyata hasilnya hampir 90%
benar. Francis Galton menghitung rata-rata prediksi penduduk setempat, yaitu
sekitar 542 kilogram dan ternyata berat sapi jantan itu 543 kilogram.
Francis Gulton
menyimpulkan dalam kondisi yang tepat,
sekelompok orang yang bersinergi menghasilkan keputusan yang luar biasa cerdas,
dan sering kali lebih cerdas daripada orang-orang paling cerdas di dalam
kelompok tersebut.
Keputusan yang
dimunculkan dengan melibatkan stakeholder
yang bersinergi bisa dilihat dari keberhasilan XL saat merevolusi dirinya
menjadi perusahaan telekomunikasi pertama yang merubah bisnis telekomunikasi di
Indonesia. Di tahun 2007, CEO XL Hasnul Suhaimi mengeluarkan strategi
perusahaan dengan formula 123. Strategi perusahaan tadi berarti bersatu (1) untuk menjadi no dua (2) dalam tiga (3) tahun.
Hasnul Suhaimi
kemudian melibatkan semua stakeholder
internal untuk mengoperasionalkan
strategi perubahan tersebut. Diambilah orang-orang terbaik dari masing-masing department. Merekalah para stakeholder yang kemudian dilebur menjadi sebuah team bernama Blue Thunder. Nama Blue dipilih sebagai
wakil warna perusahaan XL yang dominan Biru. Dan thunder sebagai wakil dari resolusi yang cepat, layaknya suara dan
cahaya thunder (kilat) yang sangat
cepat.
Hasnul
Suhaimi melibatkan stakeholdernya dengan membuat team gabungan stakeholder
dengan nama Blue Thunder
|
Mereka diikat dengan perjanjian untuk
merahasiakan strategi perusahaan, serta dibebaskan dari pekerjaan rutin selama
waktu tertentu. Tugas mereka hanya satu membuat kebijakan yang merevolusi XL
menjadi nomer dua se Indonesia. Di tahun 2007 memang XL masih menjadi provider
telekomunikasi nomer tiga se Indonesia setelah Telkom (Simpati dan As) dan
Indosat (Mentari).
Layaknya
sebuah team yang baru terbentuk, masing-masing
anggota team memiliki sudut
pandangnya sendiri-sendiri. Mereka memasuki fase storming, chaos terjadi
di dalam team, sinergi belum
terbentuk, saling menyalahkan, merasa paling benar dan semua anggota team merasa stress dengan tekanan yang terjadi kepada team. Fase awal ini pun membuat nama Blue Thunder sering kali diplesetkan oleh para anggoa team dengan singkatan BeTe.
Selain
melibatkan stakeholder internal,
Hasnul dan team Blue Thunder juga
melibatkan stakeholder external (customer). Bahkan, team Blue Thunder sampai rela berada di tengah masyarakat hanya
untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.
Waktu
berjalan, tekanan semakin terasa kepada anggota team. Mereka semakin diburu oleh waktu untuk mengeluarkan kebijakan.
Berjalannya waktu membuat para anggota team
juga ikut bertumbuh, berpindah dari fase storming
menjadi fase norming. Sinergi mulai
terbentuk dan diskusi untuk memutuskan keputusan terbaik pun semakin mudah.
Mari ingat zaman
dahulu saat tarif pulsa telepon dan SMS masih mahal. Provider telekomunikasi saat itu mematok tariff sebesar Rp 1.000/menit.
Beberapa provider
telekomunikasi sudah mulai memikirkan cara agar tariff telephone tersebut bisa ditekan. Simpati contohnya mengeluarkan
tariff telephone yang dikenal dengan
tarif Gigi Belalang. Layaknya gigi belalang yang tidak rata, tariff gigi belalang juga tidak flat.
Pada menit pertama sampai menit ketiga, harga tariff nya sebesar Rp 1.000,-. Saat dimenit keempat, tariff nya akan
turun ke Rp 300,-. Dan kembali lagi ke tariff Rp 1.000,- di menit ke enam.
Alih-alih mengikuti pola tariff yang sudah diterapkan Simpati. Blue Thunder membuat keputusan yang mengejutkan. Mereka merovolusi tariff telephone dengan hanya Rp
1/detik. Mungkin Anda masih ingat salah satu iklan “kawin dengan monyet”, iklan
kontroversial yang dilakukan XL untuk memperkenalkan tariff Rp 1/detik
Hasil sinergi
para stakeholder membuat Team Blue
Thunder membuat keputusan dengan benar. Dari keputusan yang dibuat team Blue
Thunder, sekarang kita bisa merasakan tariff
telephone dengan murah. Dan bagi XL,
mereka mampu mewujudkan mimpi untuk menjadi nomer dua se Indonesia dalam waktu
satu tahun.
Keputusan ini
tidak akan terjadi jika tidak ada sinergi antar stakeholder dari masing-masing perwakilan department. Sudut pandang dari masing-masing stakeholder di tampung, alih-alih dimentahkan. Semua sudut pandang
diakomodir dan dijadikan kekuatan untuk saling support menghasilkan keputusan
yang meresolusi bisnis telekomunikasi di Indonesia.