Kadang kala
kita merasa keputusan yang kita ambil sudah yang terbaik, namun kenapa hasilnya
tidak baik? Jabawannya ada di seberapa kuat stakeholder
mengeksekusi keputusan. Sederhananya keputusan sebaik apapun yang dibuat, jika
tidak dieksekusi dengan baik tentunya tidak akan menghasilkan hasil terbaik.
Franklin Covey,
bekerja sama dengan Harris Interactive, sebuah lembaga jajak pendapat di
Amerika Serikat, melakukan xQ (Execution
Quotient) Survey terhadap 12.000 pekerja AS sepanjang Desember 2003. Hasil
dari survei tersebut, ditemukan ada empat faktor penyebab kegagalan eksekusi,
yakni: orang tidak tahu apa yang menjadi sasaran yang disepakati, orang tidak
tahu bagaimana cara mencapai sasaran yang disepakati, orang tidak mengukur
pencapaian yang disepakati, dan orang tidak bertanggung jawab terhadap
kemajuan dalam sasaran yang disepakati.
Rham Execution
dalam bukunya The Discipline of Getting Things Done juga mengungkapkan 70%
strategi gagal dieksekusi atau lack of
execution. Strategi sering gagal sebab tidak di eksekusi dengan baik,
apakah karena organisasi yang tidak mampu menjadikannya strategi terjadi atau
para pemimpin yang keliru melihat atau menganalisa tantangan-tantangan yang dihadapi
perusahaan atau bisa jadi keduanya.
Pertanyaannya
bagaimana membuat stakeholder mau ikut
bertanggungjawab mengeksekui keputusan yang sudah dibuat?
Garry Yukl
seorang ahli influence, lewat
penelitiannya yang dikenal dengan Influence
Behavior Question menemukan salah
satu teknik menginfluence orang adalah dengan inspiration appeal tactics. Tactics
influence jenis ini dilakukan dengan metode seeking atau menggali. Orang yang ingin diinfluence dilibatkan
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Logikanya jika
seorang stakeholder dilibatkan untuk
memecahkan masalah maka mereka akan mengemukakan ide atau sudut pandang mereka.
Tiap orang punya kebutuhan untuk dihargai. Dan orang akan merasa dihargai saat
ide atau sudut pandang nya diterima oleh orang lain.
Setelah proses
diskusi yang saling tersinergi akhirnya keluar keputusan yang saling memuaskan
para stakeholder. Saat ide atau sudut
pandang nya terakomodasi maka orang akan cenderung lebih berkomitmen untuk
melaksanakan keputusan yang dibuat.
Ada perasaan
tanggungjawab untuk melaksanakan keputusan yang dibuat. “La ini kan ide dan
sudut pandang saya, mosok saya yang
ngomong, saya sendiri yang mengingkari” mungkin begitu kata hatinya.
Prinsip
keterlibatan ini adalah filosofi yang Jimmy Wales, pendiri Wikipedia, dalam
membangun Wikipedia. Jimmy memaparkan
bahwa falsafah pendirian Wikipedia adalah ensiklopedia bebas lisensi yang
ditulis oleh semua stakeholder (pengguna internet) dalam banyak bahasa.
Dengan keterlibatan
para stakeholder nya, Wikipedia mampu menjadi Ensiklopedia dengan 1 miliar
kata, membuatnya lebih besar dari gabungan Britannica dan Encarta (Ensiklopedia
yang dikembangkan oleh Microsoft).
Menurut Jimmy,
Wikipedia bukanlah inovasi teknologi, melainkan inovasi social. Salah satu yang
membuat Wikipedia sukses adalah keterlibatan semua orang untuk membangun situs
tersebut.
Hal sederhana
yang membedakan Wikipedia, Britanica dan Encarta adalah pelibatan pengguna (stakeholder). Jika di Ensiklopedia
Britanica dan Encarta, stakeholder
hanya dilibatkan diakhir dengan menjadi pengguna. Sebaliknya Wikipedia
melibatkan stakeholder dari awal,
mereka dilibatkan dalam pembuatannya dan terlibat untuk menggunakannya.
Kesuksesan
Wikipedia mengantarkannya menyabet penghargaan bergengsi Webby and Prix Ars
Electronica Awards. Jimmy Wales sendiri disebut sebagai 100 tokoh paling
berpengaruh di dunia tahun 2006 oleh majalah Time.
No comments:
Post a Comment