Layaknya definisi keputusan effective sendiri yang berarti mendapatkan informasi yang benar,
melibatkan stakeholder secara benar
dan menghasilkan output keputusan
sesuai yang diharapkan. Maka di chapter
ini, focus pembahasan nya adalah
mengenai pelibatan stakeholder dalam
pengambilan keputusan.
Jika Anda
ingat lagi definisi keputusan kuat atau
effective decision dari Carl Roger yang menjelaskan bahwa
keputusan kuat adalah pilihan yang terbaik yang mungkin, dan ditetapkan dengan
cara menghilangkan semua keraguan dan ketidakpastian. Carl Roger menjelaskan
hanya ada satu cara untuk meminimalkan semua keraguan dan ketidakpastian,
dengan mendengarkan stakeholder.
Melibatkan stakeholder dalam mengambil keputusan
bisa hanya bersifat fisik saja, namun juga psikologis. Secara fisik melibatkan stakeholder berarti mengundang para stakeholder untuk saling berbagi sudut
pandang nya, sehingga memang secara fisik semua stakeholder datang untuk saling berbagi. Sedangkan secara
psikologis, melibatkan stakeholder
berarti mendengarkan dan berempati untuk memahami semua sudut pandang dari stakeholder, dimana tujuan akhirnya
adalah menciptakan sinergi pengambilan keputusan.
Tanpa
melibatkan stakeholder secara fisik
maupun psikologis tentunya akan berdampak buruk bagi pengambilan keputusan yang
effective. Ada sebuah cerita dari
perusahaan makanan multinasional yang mengalami kerugian karena tidak
melibatkan semua stakeholder.
Ceritanya dimulai dari beberapa tahun yang lalu saat para
pemimpin sebuah perusahaan makanan multinasional memutuskan untuk memangkas biaya
produksi dengan membeli konsentrat jus apel dari pemasok baru yang menawarkan
harga lebih rendah.
Para eksekutif hanya melibatkan orang-orang keuangan dalam
mengambil keputusan. Sayangnya ada seorang stakeholder
yang bertanggungjawab atas pengembangan produk, yaitu direktur R&D yang tidak
disertakan.
Sang Direktur R&D terperanjat setelah mendengar direksi
memutuskan menggunakan konsentrat jus apel yang ditawarkan pemasok baru. Sang
Direktur R&D kemudian menyampaikan ke direksi bahwa konsentrat yang mereka
beli sama sekali tidak mengandung jus apel, konsentrat yang dibeli hanya
mengandung air gula saja.
Sayangnya Dewan Direksi sudah terlanjur senang bisa menghemat
$250.000 setahun, dan menertawakan direktur R&D sebagai orang naif.
Setelah beberapa waktu berselang, para costumer
yang mengetahui perubahan rasa merasa dirugikan atas “penipuan” yang dilakukan
dewan direksi. Para customer pun
menuntut perusahaan tersebut. Akhirnya tiba hari ketika para eksekutif masuk
penjara dan membayar $25 juta. Jumlah yang sama dengan jumlah dolar yang konon
akan mereka hebat.
Ceritanya tentu akan berbeda jika Dewan Direksi mau melibatkan
seluruh stakeholder termasuk direktur R&D.
Tentu saja ada challenge
yang akan dihadapi saat banyak stakeholder
terlibat dalam proses pengambilan keputusan akan. Semakin banyak stakeholder semakin susah untuk
merumuskan effective decision.
Penyebabnya karena tiap stakeholder
punya sudut pandangnya masing-masing.
Walau pun cukup challenging
untuk melibatkan stakeholder,
sebenarnya waktu yang Anda luangkan untuk memahami semua sudut pandang stakeholder tidak lah seberapa banyak jika
dibandingkan waktu dan sumberdaya yang akan Anda buang jika stakeholder saling berselisih atas
ketidakpuasan keputusan yang mereka terima.
Di Amerika Serikat saja, 1,2 juta pengacara menagih $71 miliar
setahun untuk jasa menangani perselisihan akibat dari keputusan yang tidak
memuaskan semua stakeholder. Dan
nilai $71 miliar tadi belum mencakup fee
keputusan financial yang mereka
menangkan dipengadilan.
Coba saja
perhatikan kejadian lain di negeri ini, rapat pleno persiapan Musyawarah
Nasional (Munas) IX Partai Golkar yang terjadi di Slipi, tanggal 24 November
2014. Rapat ini salah satu agendanya adalah mendiskusikan pelaksanaan Munas. Alternative
pertama dilaksanakan pada akhir November 2014 dan alternative kedua
dilaksanakan di bulan Januari 2015.
Seperti yang
kita tahu, rapat ini berakhir rusuh. Penyebabnya tidak ada sinergi antar para stakeholder. Dihari kedua rapat,
pemimpin rapat yang seharusnya Abu Rizal Bakrie melimpahkan mandatnya ke Theo
S. Dan setelah rapat dibuka, Theo tiba-tiba tanpa melibatkan stakeholder yang
memiliki sudut pandang Munas dilaksanakan di bulan Januari langsung mengetuk
palu, dan memutuskan menyetujui Munas akan dilaksanakan tanggal 30 November
2014.
Seketika itu
suasana rapat yang awalnya tenang menjadi tidak kondusif. Terdengar interupsi
dimana-mana, terdengar juga pecahan gelas yang sengaja dibanting oleh peserta.
Bahkan beberapa peserta rapat berujar ketua rapat bersikap semena-mena.
Kejadian
berikutnya seperti yang kita tahu, Partai Golkar pecah menjadi dua kubu. Kubu
pertama adalah stakeholder yang tidak
puas dengan keputusan rapat dan dikomandoi Agung Laksono. Sebaliknya, kubu
kedua adalah stakeholder yang puas
dengan keputusan rapat dan dikomandoi Abu Rizal Bakrie.
Tentu saja,
kedua kubu harus menerima konsekuensi yang tidak mengenakan. Image Partai
Golkar menurun, Golkar perlu mengeluarkan ongkos yang lebih besar karena ada
nya dua Munas yang dilakukan. Dan yang lebih merugikan lagi adalah kehilangan
waktu untuk berislah.
Selain
terhindar dari kerugian, dengan melibatkan stakeholder
juga memiliki dua manfaat besar. Manfaat pertama berupa munculnya better decision, sinergi yang tercipta
diantara stakeholder akan menghasilkan
alternatif-alternatif terbaik untuk
dipilih. Manfaat kedua dari pelibatan stakeholder
dalam pengambilan keputusan adalah munculnya komitmen menjalankan keputusan.
Berkah selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment