Di Palestina kuno terletaklah
pegunungan-pegunungan yang menjadi kota-kota indah, yakni Yerusalem, Betlehem,
Hebron. Pegunungan tersebut dihubungkan rangkaian lembah dan gunung yang
terbentang dari timur ke barat, dengan sebuah Sefela, sebuah tempat yang paling
indah, dengan hutan ek,ladang gandum, dan kebun anggur.
Selain sebagai tempat yang sangat indah,
Safela juga memiliki fungsi strategis nyata sebagai jalur bagi tentara musuh untuk
naik ke pegunungan dan mengancam orang-orang yang tinggal di sana. Cerita ini
juga terjadi di Safela pada 3.000 tahun silam. Raja Saul pemimpin kerajaan di
Yerusalem mendengar kabar akan datangnya musuh yang akan mengambil alih
kerajaannya. Raja Saul kemudian membawa bala tentara turun dari pegunungan dan
ia menghadang musuhnya di Lembah Tarbantin, salah satu lembah terindah di
Sefela. Pasukan Raja Saul bertahan di sepanjang pegunungan Utara, dan musuhnya bertahan
di sepanjang pegunungan Selatan. Masing-masing berada di posisi yang strategis
(diatas pegunungan), kedua pasukan hanya duduk di sana berminggu-minggu dan
saling menatap. Karena kalau menyerang, mereka harus turun dari gunung ke dalam
lembah dan naik ke lokasi musuh, sehingga mudah diserang oleh musuh dari atas
gunung.
Akhirnya, untuk memecah kebuntuan, musuh raja
Saul mengirim prajurit terkuat mereka turun ke dasar lembah. Sang prajurit ini
bernama Goliat. Setelah sampai di dasar lembah, Goliat berteriak dan berkata
pada Raja Saul, "Turunkan prajurit terkuat kalian, dan kami akan
bertarung, berdua saja.
Ini adalah tradisi perang kuno yang disebut
duel tunggal. Cara menyelesaikan perselisihan tanpa menimbulkan pertumpahan darah
dalam pertempuran besar. Goliat adalah prajurit terkuat dengan tinggi lebih
dari dua meter, mengenakan zirah perunggu mengkilat dari kepala sampai kaki, dan
bersenjatakan lembing, tombak dan pedang . Goliat terlihat sangat mengerikan,
hingga tak satu pun pasukan Raja Saul yang berani menantangnya.
Setelah kengerian yang
mencekam tanpa satupun orang yang berani menghadapi Goliat, tiba-tiba ada satu
orang yang bersedia maju. Dia adalah seorang gembala muda, bernama Daud. Saul
tentu saja meragukan si Gembala muda dalam menghadapi Goliat, "tidak
mungkin engkau menang, engkau masih kecil, sedangkan dia prajurit terkuat".
Daud pun berkata “Aku sudah mempertahankan hewan ternak dari serangan singa dan
serigala selama bertahun-tahun. Aku bisa."
Karena Raja Saul tidak
memiliki pilihan lain, maka Daud pun diizinkan untuk mewakili kerajaannya. Raja
Saul menyuruh pasukannya untuk menyediakan perlengkapan perang, muali dari
Zirah sampai dengan persenjataan untuk Daud. Namun, Daud hanya memilih memungut
lima batu yang kemudian disimpan dalam kantung nya.
Daud kemudian mulai menuruni
gunung untuk mendatangi Goliat. Saat Daud semakin mendekat, Goliat merasa terhina,
karena Daud hanya membawa tongkat, bukannya senjata. Goliat pun berteriak marah,
"Apa aku ini anjing sehingga kau datang padaku dengan
tongkat-tongkat?"
Pertarungan dimuali, Daud mengeluarkan batu dari saku dan memasangkannya di Ketapel, memutar dan kemudian melontarkannya. Batu itu mendarat tepat di antara kedua mata raksasa dan Goliat terjatuh. Dauh kemudian mengambil pedang Goliat dan memenggal kepalanya.
Saya yakin kisah ini
sudah sering Anda dengar, pertanyannya adalah “Apa yang membuat Daud bisa mengalahkan Goliat?” Tentu saja karena
pertolongan Allah. Dan dalam bentuk apa pertolongan Allah tersebut? Yuk kita
bahas satu-persatu
Daud menggunakan kelebihannya. Pengalamannya sebagai gembala telah
mengasahnya untuk menjaga gembalanya dari terkaman Singa, dan ketapel adalah
senjatanya. Allah telah menunjukan kelebihan Daud dengan membisikan ilham,
bukan pedang, bukan tombak, atau senjata lain yang perlu dibawa Daud, namun
ketapel. Dengan pengalamannya menggunakan ketapel, sebenarnya Daud adalah
tentara artileri atau pemanah yang terlatih, dan Allah membisikan hal tersebut
pada Daud. Saat Daud memutar pengumban mungkin sekitar 6 atau 7 putaran per
detik, maka saat dilepaskan, batu tersebut akan melaju 35 meter per detik. Ditambah
lagi, bebatuan di Lembah tersebut setelah diidentifikasi para ahli adalah
batuan jenis barium sulfat, dengan kepadatan dua kali batu biasa. Jika kita
melakukan perhitungan balistik, pada daya penetrasi batu yang terlontar dari
pengumban Daud, kurang lebih sama dengan daya penetrasi dari pistol kaliber 45.
Daud mengetahui kelemahan musuhnya. Goliat adalah tentara infanteri (pasukan
berkuda dan pejalan kaki) dan ekspektasinya ketika menantang Raja Saul adalah
berduel sesama tentara infanteri. Allah membisikan kelemahan Goliat, bahwa musuh
terbesar infanteri adalah arteri. Disinilah kemenangan awal Daud saat melawan
Goliat.
Kelebihan Goliat adalah kelemahannya. Saat Goliat menuruni gunung, dalam catatan
sejarah Goliat dituntun seorang pengawal ke dasar lembah. Menariknya, kenapa
seorang prajurit terkuat dituntun saat menuruni lembahh. Goliat juga
digambarkan sebagai prajurit yang sangat lambat bergerak. Dan catatan lain menggambarkan
respon Goliat saat melihat Daud menuruni gunung, "Apa aku ini anjing
sehingga kau datang padaku dengan tongkat-tongkat?" Padahal Dau hanya
membawa satu tongkat bukat tongkat-tongkat.
Ada banyak spekulasi medis
selama bertahun-tahun tentang catatan sejarah mengenai Goliat. Indiana Medical
Journal pada tahun 1960 an mengawali spekulasi yang bermula dengan penjelasan
untuk tinggi Goliat. Tinggi Goliat yang tiga kali lebih tinggi di atas semua
rekannya pada masa itu pasti memiliki penjelasannya. Dengan bentuk seorang
raksasa, maka penjelasan medis yang paling umum adalah akromegali, sebuah
kelainan yang disebabkan tumor jinak pada kelenjar pituitari sehingga berakibat
kelebihan produksi hormon pertumbuhan. Akromegali memiliki sekumpulan efek
samping yang sangat khas, utamanya terkait dengan penglihatan. Itulah sebabnya,
Goliat tidak bisa melihat dengan jelas, satu tongkat yang dibawa Daud terbayang
dan terlihat menjadi dua. Tak heran Goliat berkomentar dengan tongkat-tongkat.
Penderita Akromegali
juga mengakibatkan penderitanya berjalan sangat lambat, karena harus menopang
tubuhnya. Inilah penjelasan kenapa Goliat bergerak begitu lamban dan harus
diantar turun ke dasar lembah oleh seorang pengawal.
Kesimpulannya, kelebihan
yang terlihat dari Golliat yang sebenarnya adalah kekurangannya. Di sini,
menurut saya, ada pelajaran yang sangat penting bagi kita semua. Raksasa tidak
sekuat dan setangguh penampilan mereka. Bahkan, kadang-kadang anak gembala
menyimpan ketapel dan batu di sakunya mampu mengalahkan raksasa