Mengapa
negara-negara mengirim mata-mata ke negara lain? Mengapa Joe Hartono (lihat
catatan sebelumnya 100:10:1) mengumpulkan 100 data hanya untuk bernegosiasi 10
property dan membeli 1 property saja? Kenapa Warren Buffet mengumpulkan
berbagai macam data dan informasi sebelum membeli atau menjual saham? Dan
kenapa CIA memiliki anggaran dana sebesar $26,6 miliar hanya untuk mengumpulkan
informasi? Jawabannya hanya satu, karena data dan informasi adalah kekuatan.
Semakin banyak salah satu pihak negosiator
mengumpulkan informasi mengenai mitra negosiasi, maka semakin besar
peluang untuk memperoleh kemenangan.
Masih
ingat hasil riset dari dr. Herb True, bahwa hanya ada 4% orang saja yang maju
terus bernegosiasi sampai yang ke lima kalinya. Dan merekalah (4%) yang
memiliki peluang memenangkan 60% negosiasi. Challenge
sebenarnya dari hasil riset ini adalah terus maju sampai negosiasi ke lima.
Karena nagosiator hanya bisa dikatakan maju kedua, ketiga, keempat dan kelima
saat mereka maju dengan perspektif baru. Dan dari mana, negosiator mendapatkan
perspektif baru tersebut? Betul sekali, dari data dan informasi yang
dikumpulkan.
Jika
Anda tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang tidak memungkinkan Anda
mengumpulkan informasi maka Anda bisa menggunakan gambit pelayan jujur. Ada
empat pelayan jujur, yang pertama
melakukan pengulangan pernyataan atau pertanyaan. Jika Anda bernegosiasi dengan
penjual, kemudian penjual berkata “Ini harganya Rp 100.000,-“. Langkah pertama
lakukan flinch - menunjukan reaksi
terguncang dan terkejut terhadap penawaran mitra negosiasi. Kemudian lakukan
pengulangan pernyataan, “Anda menjualnya mahal dengan harga Rp 100.000,-?”
Setelah Anda melakukan dua hal ini, biasanya penjual akan menjelaskan kenapa
mereka menjual dengan harga yang ditawarkan. Dan Anda sekarang punya bahan dan
data untuk melakukan negosiasi.
Pelayan kedua, mempertanyakan
perasaan. Mempertanyakan perasaan mitra negosiasi atas apa yang terjadi bukan
apa yang telah terjadi. Pelayan kedua ini memang agak sensitive, karena
beberapa orang tidak suka membicarakan perasaan mereka pada mitra negosiasi. Di
awal catatan negosiasi, pernah saya share tentang tipikal orang yang people oriented dan task oriented. Pelayan kedua ini akan sangat cocok Anda gunakan
pada orang bertipe people oriented.
Jika si People Oriented yang pedagang
berkata, “Ini harganya Rp 100.000,-“, maka Anda sebagai mitra negosiasi bisa
menjawab, “Bagaimana perasaan Anda jika Anda adalah orang yang Anda tawari
dengan harga Rp 100.000,-?” Dan yang terjadi berikutnya, Si People Oriented
akan panjang lebar menceritakan perasaannya. Sekarang Anda memiliki data dan
informasi yang bisa digunakan untuk bernegosiasi.
Pelayan ketiga, mempertanyakan
reaksi. Jika suatu saat Anda ingin pinjam uang ke Bank, dan marketingnya berkata,
“Bank meminta jaminan untuk pinjaman Anda”. Ini adalah informasi dan data yang
disampaikan oleh marketing, ingat untuk selalu mengumpulkan informasi. Jangan
menganggap informasi yang disampaikan marketing adalah satu-satu nya Anda. Anda
bisa memanfaatkan pelayan ketiga dengan mempertanyakan reaksi. Sehingga Anda
bisa bertanya pada marketingnya, “Apa respond Anda jika Anda adalah customer
dan mendapat aturan tersebut”. Marketing pasti memiliki kepentingan untuk
menjual produknya, maka bisa jadi marketing tersebut akan berkata, “Saya merasa
tidak perlu, jika saya meminjam untuk kredit usaha yang sudah jalan”. Dan
sekarang Anda mendapatkan informasi baru, untuk melakukan negosiasi.
Pelayan keempat, meminta
pernyataan kembali. Kita balik kondisinya, jika contoh sebelumnya Anda adalah
pembeli, sekarang kita balik, Anda adalah penjual. Bisa jadi suatu ketika Anda
menjual barang, “Ini harganya Rp 100.000,-“. Dan ternyata pembeli Anda memiliki
pelayan pertama dan berkata “Anda menjualnya Rp 100.000,-?”, kesempatan ini lah
pelayan keempat dikeluarkan, “Saya tidak mengerti kenapa Anda bertanya begitu?”
Dan yang terjadi kemudian adalah Anda memimpin negosiasi lagi. Si Pembeli pun
akan menjelaskan pertanyaannya, sekarang Anda memiliki data dan informasi untuk
memenangkan negosiasi.
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment