Di catatan sebelumnya, saya
pernah bercerita tentang kisah Paul Ottoleni yang menyelamatkan Intel dari
kejatuhan. Kunci kesuksesan Paul Ottoleni adalah mempercayai (trusted) dan dipercayai (being trusting) legenda Intel.
Harvard Business Review pada tahun 2002 juga mengeluarkan hasil riset
yang menunjukan pentingnya trust.
Penelitian tersebut dilakukan pada 6.500 employee
di hotel-hotel Amerika, pertanyaan utama mereka adalah seberapa mereka memiliki
trust kepada leader-nya. Employee yang strongly
trust pada leader nya berefek
pada profit increase sebesar
$250.000/year/hotel.
Trust memang begitu penting dalam semua aspek. Tidah hanya di business, namun juga di keluarga,
ataupun hubungan antar orang dengan orang. Dan saya yakin, semua orang
mempercayai pentingnya trust.
Pertanyaan berikutnya bagaimana
caranya membangun trust?
Ada rumus sederhana untuk
membangun trust, yaitu :
T = I x C x R
|
Trust
adalah hasil kali dari intimacy,
reliability dan capability. Mari
kita bahas satu persatu, Intimacy
adalah kehadiran. Tidak hanya hadir secara fisik, namun juga hadir secara hati
dan pikirannya. Tidak hanya hadir secara quantity
namun juga quality. Kehadiran menjadi
faktor pertama dalam membangun trust.
Sudah banyak kasusnya para pelaku LDR (Long
Distance Relationship) yang akhirnya hubungannya memburuk. Penyebabnya, dengan
ketidakhadiran salah satu pihak menyebabkan berkurangnya perhatian (quality) dan trust pun berlahan-lahan hilang dan ujung-ujungnya hubungan pun
rusak.
Ada
juga fenomena “Father
Hunger” yang dipopulerkan
oleh Margo Maine, Ph.D. Fenomena Lapar Ayah adalah fenomena
dekadensi moral para remaja karena absennya ayah dalam proses tumbuh kembang. Walaupun
mereka tinggal satu atap, namun setiap pagi-pagi sekali ketika anak belum
bangun dari tidurnya, Sang Ayah harus berangkat ke sekolah. Malam hari nya, ketika
anak sudah tidur, Sang Ayah baru pulang. Lagi-lagi karena hilangya intimacy membuat anak kehilangan role model dan mencari sosok yang dipercayai untuk menjadi role model.
Rumus kedua adalah capability atau competency. Orang juga akan dipercaya jika memiliki keahlian di
bidang tertentu. Jika Anda sakit, siapa yang akan Anda percayai? Tentu saja,
orang yang memiliki keahlian untuk
mengobati, yaitu dokter. Saat Anda ingin membangun rumah, siapa yang akan Anda
percayai? Tentu saja, orang yang memiliki keahlian untuk membangun rumah, yaitu orang teknik
sipil.
Jika ketiga rumus tersebut digabungkan
menjadi satu maka contohnya adalah sebagai berikut. Jika Anda memiliki seorang
leader, mana leader yang akan Anda percayai, leader yang selalu ada untuk Anda saat dihadapkan dengan masalah
atau leader yang kadang ada kadang
tiada? Tentunya leader yang selalu ada untuk Anda saat berhadapan dengan
masalah.
Rumus ketiga adalah Reliability atau konsistensi. Bentuk reliability tersebut adalah konsistensi
dalam bertindak, dalam berucap, dalam kehadiran. Sebuah quote menarik
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ada tiga ciri orang munafik, berkata
bohong, diberi kepercayaan berkianat, berjanji diingkari. Ketiga ciri tadi
adalah bentuk ketidak-reliability nya
seseorang. Dan bisa dipastikan, orang akan kehilangan kepercayaan saat ada yang
tidak konsisten dengan omongannya, tidak konsisten dengan amanah yang
diembannya, dan tidak konsisten dengan janji yang dibuat.
Mana yang lebih Anda percayai, leader yang selalu ada dan memiliki keahlian
membantu Anda atau leader yang selalu
ada namun tidak memiliki keahlian membantu Anda? Tentu saja, Anda akan lebih
percaya kepada leader yang selalu ada
dan memiliki keahlian membantu Anda.
Dan mana yang lebih Anda leader yang selalu ada, memiliki keahlian
membantu Anda dan memiliki komitmen untuk melakukan yang diucapkan-berkomitmen
melakukan yang dijanjikan atau Anda lebih percaya dengan leader yang leader
yang selalu ada, memiliki keahlian membantu Anda dan tidak memiliki komitmen?
Tentunya Anda akan lebih percaya pada leader
yang pertama.
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment