Melanjutkan tulisan "Reaktansi Psikologis", sekarang mari kita juga melihat para penganut paham "Indonesia sudah merdeka" dari sudut pandang berbeda. Mereka juga sebenarnya juga memiliki nasionalisme yang besar. Namun mereka nampaknya menggunakan pendekatan yang berbeda dibanding para penganut paham "Indonesia belum merdeka". Bukan nya menggunakan hukum reaktansi psikologis, para penganut paham "Indonesia sudah merdeka" sepertinya menggunakan konsep spiritualitas untuk menginternalisasi dan menumbuhkan nasionalisme bangsa Indonesia.
Sepertinya mereka percaya, nasionalisme bisa ditumbuhkan dengaan mudah jika menggunakan pendekatan lebih halus seperti model penanaman spiritualitas saat kita masih kecil. Diawali dari unsur membenarkan (syahadat, pembaptisan, dll), kemudian diperkuat keyakinan nya dengan ritual (sholat, kebaktian, puasa, dll), dan diingatkan dengan symbol (tasbih, rosario, dll). Kampanye masif pun dilakukan untuk membuktikan pendekatan mereka. Diawali dari kampanye "Indonesia merdeka" untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Indonesia memang benar-benar sudah merdeka.
Tidak lupa mereka juga menggunakan symbol-symbol untuk mengkampanyekan Indonesia merdeka. Salah satu nya adalah symbol HUT kemerdekaan Indonesia versi tidak resmi, milik Wahyu Aditya, Presiden KDRI (Kementerian Design Republik Indonesia - http://kdri.web.id/). Wahyu Aditya menggunakan pendekatan psikologis sederhana, sejatinya orang lebih cepat belajar melalui gambar. Selain Wahyu Aditya, design dari "Dam I Love Indonesia (http://www.dskon.com/damn-i-love-indonesia/)" milik DJ MTV idola ABG, Daniel Mananta juga menyumbang unsur symbol untuk menginternalisasi kampanye "Indonesia sudah merdeka".
Kedua hal tadi (menumbuhkan keyakinan Indonesia sudah merdeka, dan membuat simbol-simbol) belum cukup rasanya untuk menginternalisasi nasionalisme. Perlu satu unsur lagi untuk memperkuat nilai-nilai nasionalisme dengan unsur ritual. Salah satu ritual paling umum yang dilakukan oleh semua bangsa adalah upacara. Sayang nya sudah banyak orang yang kehilangan "fill" nya dari upacara yang biasa dilakukan. Para penganut "Indonesia sudah merdeka" pun membuat inovasi agar ritual upacara bisa menimbulkan gereget lebih bagi yang mengikutinya. Salah satu inovasi nya dengan mengubah upacara bendera dalam bentuk on line indonesiaoptimis.org. Model upacara ini ternyata menurut generasi yang akrab dengan teknologi mampu mengantarkan haru biru tersendiri bagi mereka.
Mungkin begitu lah sudut pandang para penganut paham "Indonesia sudah merdeka". Dua catatan "Nasionalisme dengan Reaktansi Psikologi" dan "Menginternalisasi Nasionalisme dg Konsep Spiritualitas" semoga menghentikan perdebatan kita dan mulai mengisi kemerdekaan. Bukan lagi apa yang sudah diberikan negara (yang diwakili pemerintah), tapi apa yang sudah kita berikan pada negara?
Berkah selalu
Anker-Andi Keren
Sepertinya mereka percaya, nasionalisme bisa ditumbuhkan dengaan mudah jika menggunakan pendekatan lebih halus seperti model penanaman spiritualitas saat kita masih kecil. Diawali dari unsur membenarkan (syahadat, pembaptisan, dll), kemudian diperkuat keyakinan nya dengan ritual (sholat, kebaktian, puasa, dll), dan diingatkan dengan symbol (tasbih, rosario, dll). Kampanye masif pun dilakukan untuk membuktikan pendekatan mereka. Diawali dari kampanye "Indonesia merdeka" untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Indonesia memang benar-benar sudah merdeka.
Tidak lupa mereka juga menggunakan symbol-symbol untuk mengkampanyekan Indonesia merdeka. Salah satu nya adalah symbol HUT kemerdekaan Indonesia versi tidak resmi, milik Wahyu Aditya, Presiden KDRI (Kementerian Design Republik Indonesia - http://kdri.web.id/). Wahyu Aditya menggunakan pendekatan psikologis sederhana, sejatinya orang lebih cepat belajar melalui gambar. Selain Wahyu Aditya, design dari "Dam I Love Indonesia (http://www.dskon.com/damn-i-love-indonesia/)" milik DJ MTV idola ABG, Daniel Mananta juga menyumbang unsur symbol untuk menginternalisasi kampanye "Indonesia sudah merdeka".
Kedua hal tadi (menumbuhkan keyakinan Indonesia sudah merdeka, dan membuat simbol-simbol) belum cukup rasanya untuk menginternalisasi nasionalisme. Perlu satu unsur lagi untuk memperkuat nilai-nilai nasionalisme dengan unsur ritual. Salah satu ritual paling umum yang dilakukan oleh semua bangsa adalah upacara. Sayang nya sudah banyak orang yang kehilangan "fill" nya dari upacara yang biasa dilakukan. Para penganut "Indonesia sudah merdeka" pun membuat inovasi agar ritual upacara bisa menimbulkan gereget lebih bagi yang mengikutinya. Salah satu inovasi nya dengan mengubah upacara bendera dalam bentuk on line indonesiaoptimis.org. Model upacara ini ternyata menurut generasi yang akrab dengan teknologi mampu mengantarkan haru biru tersendiri bagi mereka.
Mungkin begitu lah sudut pandang para penganut paham "Indonesia sudah merdeka". Dua catatan "Nasionalisme dengan Reaktansi Psikologi" dan "Menginternalisasi Nasionalisme dg Konsep Spiritualitas" semoga menghentikan perdebatan kita dan mulai mengisi kemerdekaan. Bukan lagi apa yang sudah diberikan negara (yang diwakili pemerintah), tapi apa yang sudah kita berikan pada negara?
Berkah selalu
Anker-Andi Keren
No comments:
Post a Comment