Wednesday, September 4, 2013

Live With New Behavior 3 - Invictus Kappa Haka

Dari malam yang menyelimutiku,
sehitam lubang yang dalam,
Aku berterimakasih kepada Tuhan di manapun ia berada
Atas jiwaku yang tak terkalahkan.

Di dalam keadaan yang menimpaku.
Aku tak mengeluh ataupun menangis.
Di Bawah tempaan Takdir.
Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan.

Di balik tempat amarah dan air mata ini.
Hanya mengintip horor kematian.
Namun ancaman bertahun-tahun
akan menemukanku tanpa rasa takut.

Seberapapun kuatnya gerbang.
Seberapapun beratnya hukuman.
Aku adalah Penguasa takdirku
Aku adalah kapten Jiwaku.

(Invictus, William Ernest)

Dari puluhan film yang pernah saya tonton mulai dari Holywood sampai Bolywood, mulai dari kartun sampai telenovela, ada satu film yang saya tonton di sekitar tahun 2010 an dan sampai sekarang masih membekas. "Invictus" begitu judul film yang menceritakan perjuangan Nelson Mandela saat menjabat sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Dari sekian sekmen-sekmen menarik di film tadi, ada dua hal yang bisa dijadikan hikmah untuk belajar psikologi kognitif, pertama adalah puisi berjudul Invictus karangan William Ernest Henley yang juga menjadi judul film ini, dan yang kedua adalah tarian perang Maori (Kappa Haka).


Kalau kita perhatikan, kedua kegiatan tadi (puisi invictus maupun tarian Kappa Haka) berfungsi untuk membangkitkan keberanian. Biasanya orang menjadi berani kalau memiliki bekal (bekal ilmu, bekal olah fisik, dan lain-lain). Kalau saya punya bekal data yang valid maka saya berani. Kalau saya punya badan besar, pandai silat maka saya akan berani, dan seterusnya. Berbeda dengan kebiasaan umum, Mandela membangkitkan keberanian nya dengan puisi "Invictus" dan team Hoki membangkitkan keberanian nya menggunakan tarian perang Kappa Haka.

Kedua cara membangkitkan keberanian yang digunakan dalam film tadi sebenarnya menggunakan pendekatan psikologi kognitif. Dua prinsip dasar, yang digunakan adalah "afirmasi" dan" anchor". Puisi yang diucapkan Mandela layaknya sebuah afirmasi yang diucapkan secara berulang-ulang. Para penganut psikologi kognitif memang percaya, semua informasi yang disimpan di otak bisa diakses dan mudah dimodifikasi dengan memasukkan informasi baru secara berulang-ulang (afirmasi). Dalam keseharian kita, afirmasi sebenarnya lebih dikenal sebagai mantra. Tak heran kalau para paranormal memberikan mantra-mantra kepada pengikutnya untuk menumbuhkan keberanian.

Pendekatan psikologi kognitif kedua yang digunakan dalam film Invictus adalah Anchor. Penganut pendekatan kognitif percaya tiap bagian tubuh menyimpan informasi, atau bahkan bisa diwakilkan dalam benda tertentu. Berbekal prinsip dasar ini lah penganut psikologi kognitif memanfaatkan bagian tubuh untuk menyimpan informasi dan memunculkan kembali. Bahkan, penganut psikologi kognitif juga memanfaatkan barang-barang yang bisa mewakili informasi. Atau bahasa sederhana nya adalah jimat. Cara kerja nya sangat sederhana, setiap informasi yang ingin disimpan, kita diminta untuk menyentuh bagian tubuh tertentu, misalnya jempol. Dan saat kita ingin mengakses informasi, kita bisa mengakses dengan menyentuh bagian tubuh yang menyimpan informasi tadi. Pemain Rugby yang menarikan Kappa Haka menggunakan pendekatan ini untuk memunculkan keberaniannya. Dominasi gerakan dengan menepuk-nepuk paha dan dada, adalah cara mereka untuk mengakses informasi keberanian yang tersimpan di paha dan dada.

Berkah selalu
N. Kuswandi

No comments:

Post a Comment