Friday, October 17, 2014

Mencari Jiwa Struktur Organisasi

 
Setiap manusia dibekali tiga asset potensi yang sama oleh Tuhan, asset fisik, asset fikir, dan asset hati. Dalam perkembanganya setiap orang memiliki kelebihan sendiri dalam memaksimalkan potensi tersebut. Ada orang yang dominan menggunakan fisik nya, ada orang yang dominan menggunakan potensi fikir nya dan ada orang yang dominan menggunakan potensi hati nya.
 
 
Orang yang memaksimalkan potensi fikir nya dianugrahi tuhan dengan kekuatan logika. Dan orang yang memaksimalkan potensi hatinya dianugrahi tuhan dengan kecerdasan emosional.
Apapun yang berlebihan tentunya menimbulkan hal yang tidak baik. Karena nya di tradisi apapun selalu mengenal konsep keseimbangan. Di Cina konsep keseimbangan itu dikenal dengan Ying dan Yang. Di tradisi Jawa, keseimbangan itu dikenal dengan “Gulo Klopo”. Begitu juga dengan dominasi penggunaan potensi yang diberikan tuhan. Dalam organisasi, Emirsyah Satar selaku CEO Garuda pernah berkata
“Kalau seseorang terlalu kuat logic nya kasihan pegawainya. Kalau hati nya yang memimpin kasihan organisasi nya”

 
Setiap karyawan tentunya memiliki dua kebutuhan, kebutuhan praktis dan kebutuhan psikologis. Tuhan memberikan bekal untuk memenuhi kebutuhan praktis dengan potensi fikir. Dan Tuhan juga begitu adil dengan menitipkan potensi hati untuk memenuhi kebutuhan psikologis.
Kebutuhan praktis bisa dilihat dengan kebutuhan orang untuk menjalankan job description nya, mencapai best performance, ataupun achieve target. Sedangkan kebutuhan psikologis ditandai dengan kebutuhan orang untuk dihargai, diempati, dilibatkan, dishare informasi atau pengetahuan, dan mendapatkan support.
 
 
Jika atasan hanya menuntuk karyawan memenuhi kebutuhan praktisnya tanpa dibarengi kebutuhan psikologis (dihargai, diempati, dilibatkan, dishre, dan disupport) tentunya akan kasihan karyawannya. Ibaratnya, para karyawan ini dipekerjakan seperti robot, seakan bentuk baru perbudakan. Sebaliknya jika yang diutamakan, hanya sedikit-sedikit berempati, dihargai, disupport yang akan kasihan adalah organisasi nya, kebutuhan praktis nya tidak tercapai.
 
 
Agar menyeimbangkan kedua kebutuhan tersebut, dari sisi managerial sebenarnya sudah didesign dalam struktur organisasi. Sebagaimana kita tahu, secara umum struktur organisasi terdiri dari dua hal, yaitu structural dan fungsional. Kalau dilihat dalam struktur organisasi, garis tugas structural digambarkan dengan garis tegas. Sedangkan struktur fungsional digambar dengan garis putus-putus.
 
 
Struktur organisasi structural adalah garis komando kaku dari tahap ke tahap, sebagai gambaran kebutuhan logika. Sebaliknya, struktur organisasi fungsional adalah garis komando yang membuat seorang manager diperbolehkan berkomunikasi langsung dengan karyawan level bawah sekalipun. Struktur organisasi fungsional ini sebenarnya adalah lambing dari kebutuhan psikologis.
 
 
Sejalan dengan pemikiran Emirsyah Satar tadi bahwa atasan yang hanya focus pada logika maka akan terfokus pada struktur organisasi secara structural. Atasan seperti ini akan sangat kuat secara birokrasi. Dan itulah yang terjadi di Indonesia, para pemimpin bangsa ini lebih senang menjalankan strucktur organisasi structural.
 
 
Pada akhirnya touching para pemimpin bangsa ini tidak sampai ke bawah. Tak heran jika kemudian bangsa ini merindukan pemimpin seperti Ridwan Kamil, Jusuf Kalla, Jokowi, Ahmad Hermawan, dan pemimpin-pemimpin lain yang mau turun kebawah. Merekalah para pemimpin yang menggunakan konsep Management by Wandering Around yang diperkenalkan oleh Hawllet dan Parket, pendiri perusahan computer HP. Merekalah para pemimpin yang tidak ingin terjebak dengan struktur organisasi structural saja, namun mau menggunakan struktur organisasi fungsional.
 
 
Berjalan sebaliknya, orang-orang yang hanya menggunakan struktur organisasi fungsional saja tanpa menyeimbangkan dengan struktur organisasi structural juga hanya akan memperlemah organisasi nya. Pemimpin yang langsung bergerak ke bawah tanpa mengikuti structural akan memperlemah organisasi.
 
 
Pemimpin yang hanya berfokus pada struktur organisasi fungsional seakan mengawasi semua pekerjaan sendirian. Hingga akhirnya sub ordinat langsungnya menjadi menggantungkan pada satu sosok. Mereka tidak bertumbuh dan berkembang. Saat sosok itu pergi maka kegaduhan dalam organisasi akan terjadi.
 
 
Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment