Thursday, October 9, 2014

Split : Saat Kekalahan Tidak Membuat Sedih dan Kemenangan Tidak Membuat Senang

 
 
Pep Guardiola, begitu dia sering dipanggil. Semenjak melatih Barcelona B di tahun 2007 hingga menjadi pelatih Barcelona  di tahun 2012, Pep Guardiola menghadiahkan Barcelona (Barca) dengan 14 kemenangan. Di tahun 2009, Pep Guardiola menganugrahkan piala La Liga, Copa Del Ray, Piala Super Spanyol, Piala Super UEFA, dan Piala Dunia Antar Klub FIFA.
 
Prestadi Pep Guardiola tidak hanya berhenti di tahun 2009, satu tahun berikutnya Pep Guardiola juga mempersembahkan 3 piala (La Liga, Piala Super Spanyol, dan Liga Champion UEFA) untuk Barcelona. Kejayaan Pep Guardiola di tahun 2011 juga belum meredup, 4 piala (La Liga, Piala Super Spanyol, Liga Champion UEFA, dan Piala Dunia Antarkluf FIFA). Dan sebelum mundur dari kursi pelatih, satu piala ditinggalkan Pep Guadiola di tahun 2012, Copa del Ray.
 
Setelah begitu banyak kemenangan yang diraih, dan saat dipuncak karir nya sebagai pelatih di Barca, Pep Guardiola memutuskan mengundurkan diri. Sebelum secara resmi mengundurkan diri, Pep Guardiola berkata  “Kemenangan tidak lagi membuat saya senang. Dan Kekalahan tidak lagi membuat saya sedih”. Bisa jadi perasaan yang dirasakan Pep Guardiola juga pernah atau sedang kita rasakan.
 
Coba kita perbesar sudut pandang kita, dari pandangan ke dalam diri menuju keluar, ke sebuah organisasi. Dulu sebelum organisasi besar bernama Indonesia ini dibangun oleh para funding father, Indonesia sedang berada dalam posisi dijajah. Dengan value yang sama, parafunding father memutuskan mendirikan Indonesia. Selama 69 tahun berikutnya, perjuangan itu diteruskan oleh anak-anak bangsa.
 
Walaupun masih banyak PR yang perlu dikerjakan oleh anak-anak bangsa, namun tidak bisa dipungkiri secara global kondisi kesejahteraan warga Indonesia semakin baik dari waktu kewaktu. Saya teringat saat kecil dahulu, hanya satu keluarga saja yang memiliki motor di RW saya. Sekarang jumlah motor yang dimiliki tiap keluarga sebanding dengan jumlah orang yang ada di rumah. Dahulu menyebrang jalan di dekat rumah itu menjadi kemewahan saat bisa melihat mobil. Sekarang jalan itu dipenuhi motor dan mobil yang berlalu lalang.
 
Bagi anak-anak bangsa itu, mereka merasa ada yang hilang. “Benar kita semakin sejahtera, namun terasa ada yang hilang”. Rasa yang sama bisa jadi juga sedang kita rasakan, “saya semakin kaya namun ada yang hilang”
 
Sepertinya organisasi bernama Indonesia terlalu besar, mari kita perkecil pandangan kita kedalam organisasi perusahaan kita. Dari tahun 80 an perusahaan ini berdiri, pundi-pundi sudah kita dapatkan. Perusahaan ini semakin besar dan besar, yang awalnya hanya satu plant di Narogong bertambah satu di Cilacap dan bertambah lagi di Tuban. Market share nya pun menjadi besar, 34% market  pasar semen diambil.
 
Namun, kalau mau ditanya in deep of our heart, “Sepertinya ada nilai yang hilang, nilai yang dahulu pernah ada.
 
Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kejayaan kita tidak diikuti dengan kepuasan hati? Rasanya seakan semakin kehilangan “trust” pada perusahaan. Begitu juga dengan anak-anak bangsa, kecintaan mereka kepada negara dihadang ketidakpercayaan pada pemerintah. Bagi anggota team kita, keberhasilan-keberhasilan performance yang mereka capai sepertinya tidak ada rasanya, hambar.

Simon Sinek menggambarkan kondisi tersebut dengan diagram seperti dibawah. Setiap organisasi yang dibangun memiliki dua tujuan utama, mendapatkan untung financial sebanyak-banyaknya dan bertahan dalam waktu yang lama. Pertanyaan “What” yang identic dengan mekanis digunakan untuk mewakili kuadran Financial. Sedangkan, kuadran time diwakili oleh pertanyaan “why” yang identic denganorganization value.
 
 
Kondisi seperti di atas, oleh Simon Sinek disebut fenomena “Split”. Bagi anak-anak bangsa, split itu berupa hilang nya nasionalisme-nilai Pancasila. Di organisasi kita, bisa jadi nilai yang hilang itu berupa “Care” – saling peduli. Dulu kita guyub, namun lama-lama kita menjadi egois. Atau bisa jadi nilai itu berupa “performance”, atau nilai yang hilang berupa “passion”.

Tidak heran, organisasi saat ini sedang berfokus tidak hanya mengejar performance, namun juga memasukan hati dalam proses mencapai hasil terbaiknya.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment