Monday, October 13, 2014

Penghargaan KIH Kepada KMP

 
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", begitulah bunyi peribahasa. Dan "Persatuan Indonesia" begitulah bunyi sila ketiga Pancasila. Memang dengan bersatu mampu menjadikan orang biasa menjadi hebat dan orang hebat menjadi orang luar biasa.
 
Presiden terpilih kita nampaknya sangat memahami sila ketiga dan peribahasa tadi. Buktinya pasca kemenangannya di pilpres, Jokowi langsung merubah slogan nya dari "Salam Dua Jari" menjadi "Salam Tiga Jari".
 
Tak heran jika Jokowi ingin segera mempraktekan sila ketiga Pancasila. Langkah pertamanya untuk mewujudkan mimpinya dengan berdamai dengan lawan koalisi saat pemilu presiden, Koalisi Merah Putih.
 
Agar mau bersatu membangun Indonesia dipancing anggota Koalisi Merah Putih dengan jabatan menteri. Mungkin bagi Jokowi "yang terpenting Indonesia bersatu, saya menjadi martir melanggar janji kampanye saya tidaklah masalah".
 
Setidaknya, PPP sudah menerima posisi calon wakil MPR, hasil tawaran dari Koalisi Indonesia Hebat. Pergerakan berikutnya bisa jadi anggota Koalisi Merah Putih benar-benar menerima tawaran Jokowi.
 
Tiba-tiba saya teringat kata-kata senior saya sewaktu bekerja di department CDI perusahaan pertambangan. Dia berkata "Memelihara Harimau itu harus memberi makan setiap hari, saat makanannya habis dan tidak ada lagi, kita lah yang diterkam". Bagi dia, Harimau adalah simbol duri dalam daging organisasi, dan makan adalah simbol penghargaan transaksional (barang, jabatan, dst)
 
Sebagai duri tentu ingin segera dicabut, pertanyaannya bagaimana? Jika cara menghilangkan duri dalam organisasi dengan memberikan mereka makan yang terjadi saat makanan habis yang memberi makan yang diterkam. Saat Jokowi sudah tidak memberikan "makan" pada KMP maka Jokowi lah yang diterkam.
 
Bahaya penghargaan transaksional kedua adalah selalu minta lebih. Anggap saja penghargaan transaksional yang diberikan adalah menteri, bisa jadi saat ini mengenyangkan. Namun karena sifat penghargaan transaksional yang selalu minta lebih, maka bisa dipastikan dikemudian hari jabatan menteri itu sudah dianggap hal biasa. Bisa jadi dulu dikasih satu menteri sudah puas. Dikemudian hari, dua orang menteri lah yang akan memuaskan.
 
Kampanye Jokowi sebenarnya sangat menarik. Alih-alih membagi menteri untuk berkoalisi, kesatuan visi yang menjadikan Indonesia hebat berkongsi. Kalau memang Koalisi Merah Putih tidak satu visi, kenapa tidak memberikan penghargaan lain. Bukankah Jokowi terkenal dengan kehebatannya melobi, baik saat di Solo ataupun Jakarta?
 
Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment