Monday, May 25, 2015

Memenangkan Negosiasi : How Care Self Esteem?


 
 
Masih ingat kan tentang catatan saya berjudul Memenangkan Negosiasi : Psychology Need, di catatan tadi, saya berjanji untuk memperdalam bahasan Psychology Need yang dibutuhkan oleh mitra negosiasi kita. Psychology Need ini dibutuhkan untuk mengambil hati mitra negosiator dan menumbuhkan rasa ingin atau want. Tentunya teman-teman masih ingat perbedaan need (butuh) dan want (ingin), teman-teman bisa membuka lagi catatan Memenangkan Negosiasi : Butuh itu Logika – Ingin ituHati.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Development Dimension International menemukan bahwa setiap manusia membutuhkan lima kebutuhan psikologis berupa Esteem – Empathy – Involvement – Share – Support. Yuk kita pertajam satu - satu, saya akan memulai dari esteem atau harga diri terlebih dahulu.

Coba kita berefleksi terhadap diri kita sendiri, “menurut Anda harga diri itu penting atau tidak?”

Saya bisa pastikan semua orang akan menjawab “tentu saja penting”. Bagi yang tidak menjawab penting, coba kita refleksi lebih dalam. Kenapa Anda menggunakan baju yang nyaman dan bagus? Saat Anda ingin dilihat cantik atau gagah dihadapan orang lain, maka sebenarnya Anda sedang berbicara tentang harga diri. Kenapa Anda berbicara dengan memperhatikan intonasi, gesture? Jika jawabannya supaya terlihat berwibawa maka sebenarnya kita berbicara tentang harga diri. Atau jika Anda bekerja dan menghasilkan hasil yang bagus, namun atasan Anda memberi pujian saja tidak malah memberikan celaan. Bagaimana perasaan Anda? Jika Anda merasa tidak nyaman maka sebenarnya kita sedang berbicara harga diri.

Artinya hampir semua yang kita lakukan, secara sadar atau tidak sadar selalu berhubungan dengan harga diri atau esteem. Dan kecenderungan insaniah manusia memang menginginkan untuk dihargai. Bahkan peperangan, perkelahian yang terjadi di dunia ini terjadi karena masalah harga diri, tidak terima untuk diremehkan.

Logika ini juga berlaku untuk urusan negosiasi, mitra negosiasi kita butuh untuk dihargai. Ketiadaan atau kelupaan memberikan harga diri pada mitra negosiasi yang terjadi adalah peperangan atau perkelahian. Tujuan Anda untuk bernegosiasi pun tidak tercapai. Coba kita berefleksi, menurut Anda apa yang terjadi jika secara terbuka Anda menyalah-nyalahkan sudut pandangnya, atau bahkan membodoh-bodohkan mitra negosiasi? Bukankah yang terjadi perang dunia ketiga

Semakin masuk akal bukan? Nah sekarang pertanyaannya bagaimana cara kita menghargai mitra negosiasi kita?

Coopersmith di tahun 1967 menjelaskan secara sederhana bahwa harga diri dapat dijelaskan secara sederhana dengan tiga hal :


Pertama Berharga

Jika Anda memiliki intan permata apa yang akan Anda lakukan? Tentunya Anda akan menjaga intan permata itu secara istemewa bukan. Nah sekarang bagaimana jika dihadapan Anda ada intan permata seberat 75 kg? Apakah Anda ingin ingin memiliki intan permata itu? Bagi orang-orang yang masih normal, tentunya ingin memiliki intan permata itu. Minimal Anda akan mengagumi dan tidak ingin merusak intan permata tadi.

Kabar baiknya intan permata itu adalah mitra negosiasi Anda. Bayangkan setiap kali Anda bernegosiasi, mitra negosiasi Anda adalah sebuah intan permata seberat 75 kg, dan perlakukan intan permata itu secara istimewa.

Saat Anda bernegosiasi bisa jadi mitra negosiasi Anda bukanlah orang yang Anda harapkan untuk bernegosiasi, tidak selevel dengan Anda. Dialog imajiner terjadi di kepala Anda “nih orang gak bisa memberikan keputusan, kenapa musti bernegosiasi dengan dia”. Akhirnya Anda memutuskan mitra negosiasi di depan Anda bukanlah intan permata, mitra negosiasi Anda hanyalah perunggu yang tidak berharga. Anda pun tidak memperlakukan mitra negosiasi Anda hanya sekedar perunggu.

Ternyata, mitra negosiasi yang Anda anggap perunggu memiliki dua value, pulling (menarik) dan pushing (mendorong). Mitra negosiasi Anda sakit hati dan saat terjadi negosiasi dengan orang yang mengambil keputusan, bukannya membantu pulling (menarik) pengambil keputusan ke sudut pandang Anda. Dan tidak membantu pushing (mendorong) pengambil keputusan kea rah sudut pandang Anda. Siapa yang rugi sekarang?

Kedua Mampu

“Oke saya sudah membayangkan dan memperlakukan mitra negosiasi saya layaknya sebuah intan permata, apa lagi yang bisa saya lakukan agar mitra negosiasi saya merasa dihargai”.

Kembali ke cerita mitra negosiasi yang dianggap sebagai perunggu, karena tidak bisa mengambil keputusan. Kalau dibuat lebih kasar, bahasa bisa menjadi, “dasar bodoh, gak punya kuasa untuk memutuskan saja sok mau berunding”. Bagaimana jika kata-kata tersebut diucapkan kepada Anda? Tentu saja rasanya sakit bukan?

Penghargaan atas kemampuan mitra negosiasi juga bisa dilakukan dengan menganggap sudut pandang yang dimiliki mitra negosiasi adalah benar dari sisinya. Masih ingat catatan saya Memenangkan Negosiasi : Membenarkan, di catatan tersebut saya membahas tentang sudut pandang mitra negosiasi.

Walaupun Anda menganggap mitra negosiasi Anda tidak punya kemampuan dalam mengambil keputusan, atau pun mitra negosiasi Anda tidak punya kemampuan untuk menganalisa dari sudut pandang Anda, Anda perlu ingat mitra negosiasi punya kemampuan untuk memberikan dua value, pulling (menarik) dan pushing (mendorong) value. Sekilas sudah saya bahas mitra negosiasi Anda bisa jadi membantu untuk menarik dan mendorong pengambil keputusan ke sudut pandang Anda.

Mitra negosiasi Anda punya kemampuan untuk pulling (menarik) dan pushing Anda pada mitra negosiasi Anda berikutnya. Suatu ketika Anda bisa jadi bernegosiasi dengan orang lain, dan bisa jadi orang yang pernah Anda ajak negosiasi memberi informasi kepada orang yang Anda ajak negosiasi. “Eh si Badu itu orang nya baik, percaya aja yang dia katakana”. Rekomendasi ini sedikit banyak akan mengulik “ingin” nya mitra negosiasi yang baru, cinta pada pandangan pertamapun bisa terjadi.

Ketiga Diterima

Bagaimana dengan diterima, apa penghargaan seperti apa yang dimunculkan dengan diterima?

Paling gampangnya adalah tidak menolak, sejalan dengan catatan saya di Memenangkan Negosiasi : Membenarkan bukan? Dengan tidak menyalahkan sama saja artinya dengan tidak menolak sudut pandangnya.

Diterima berarti menerima kehadiran mitra negosiasi. Seperti penghargaan kita saat menerima tamu, hati kita memang menerima bahwa dia mitra negosiasi, bukan lawan negosiasi. Begitu juga secara fisik kita welcome ke mitra negosiasi. Contoh sederhananya jika Anda bernegosiasi, kemudian mitra negosiasi Anda sikap fisik nya saja sudah menunjukan tidak welcome terhadap Anda, apakah Anda merasa dihargai? Tentu saja tidak bukan

Penghargaan dengan diterima juga bisa berarti menerima kelebihan dan kekurangan mitra negosiasi kita. Bisa jadi mitra negosiasi kita orang nya keras, maka kita butuh menerima bahwa memang orang nya keras, bukan menyalahkan kenapa ni orang kok keras, tidak bisa diajak kerjasama? Ya memang kelebihan kekuranganya seperti itu, mau gimana lagi.

Sederhana bukan terjemahan dari esteem atau harga diri, yang pertama berharga, kedua bermanfaat dan yang ketiga diterima. Harus diingat bahwa ketiga komponen tadi tidak bisa dilepaskan satu pun, ketiganya harus ditunjukan dalam berperilaku saat bernegosiasi dengan mitra negosiasi. Menerima mitra negosiasi kita tanpa memberikan rasa bahwa mereka berharga pastinya nilai penghargaannya berasa ada yang kurang. Kita menerima secara fisik, kelebihan dan kekurangannya kita terima, namun kita hanya mengganggap orang yang datang adalah perak, bukannya intan seperti yang kita harapkan. Berasa penghargaannya ada yang kurang bukan.

Berkah selalu
N Kuswandi

No comments:

Post a Comment