Wednesday, May 20, 2015

Memenangkan Negosiasi : Psychology Need




Catatan ke dua belas tentang negosiasi, awalnya hanya merencanakan enam catatan tentang negosiasi, eh saking asiknya membahas negosiasi hingga tidak terasa sudah sampai kecatatan ke dua belas. Catatan ke dua belas ini masih melanjutkan catatan sebelumnya yang berjudul Memenangkan Negosiasi : Butuh itu Logika –Ingin itu Hati, dicatatan tersebut saya share untuk memenangkan negosiasi kadang kala yang dibutuhkan adalah untuk menumbuhkan ingin, bukan butuh. Agar memperkuat catatan tentang pentingnya menggunakan pendekatan hati, saya membuat dua catatan lagi, yaitu MemenangkanNegosiasi : Menghipnotis Mitra Negosiasi dan Memenangkan Negosiasi : Negosiasidengan Teknik NLP. Dan catatan in juga akan memperkuat pentingnya menumbuhkan ingin

Bisa jadi Anda akan berkata, “Ah bang, yang namanya Hipnotis dan NLP mah saya tidak familiar. Ada gak cara lain untuk menumbuhkan ingin? Cara yang gak perlu mengingat-ingat istilah-istilah jlimet seperti di NLP”

Saya memahami, memang kalau belajar NLP dan Hipnotis selalu ada istilah-istilah yang tidak familiar untuk digunakan. Kita review dulu catatan Memenangkan Negosiasi : Butuh Itu Logika – Ingin itu Hati, di catatan tersebut saya menulis bahwa untuk memenangkan kebutuhan dan keinginan dalam waktu yang sama maka tahapan negosiasi yang bisa Anda lakukan adalah dengan formula :


 
Nah kebutuhan personal berbicara tentang psychology need untuk menggali dan memenangkan negosiasi dari menumbuhkan keinginan. Sedangkan kebutuhan praktis bertujuan untuk memenangkan negosiasi dengan menumbuhkan kebutuhan.

Tentunya teman-teman masih ingat, saya menulis di catatan Memenangkan Negosiasi : Butuh itu Logika – Ingin itu Hati bahwa orang yang sudah jatuh cinta bahkan tai kucing pun rasa coklat. Sebenarnya tujuan dari memberikan kebutuhan psikologis adalah agar orang merasa nyaman, merasa senang saat bernegosiasi dengan kita. Dan saat orang sudah nyaman dan senang bernegosiasi dengan kita maka orang akan memutuskan untuk mengubah sudut pandangnya, bahkan tak jarang keputusannya mengubah sudut pandang itu bukan karena urusan benar atau salah lagi, namun sudah urusan suka atau tidak suka.

“Oke mulai masuk akal bang, pertanyaannya nih apa saja kebutuhan psikologis yang perlu diberikan kepada mitra negosiasi kita?”

Tenang saja, kebutuhan psikologis itu sudah diteliti oleh konsultan people development bernama Development Dimension International atau lebih familiar disingkat DDI. Dalam penelitiannya DDI menemukan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar berupa Esteem – Empathy – Involvement – Share – Support.

Mulai awal bernegosiasi, mitra negosiasi kita perlu dimenangkan hatinya dengan memberikan Esteem – Empathy – Involvement – Share – Support. Contohnya saat mitra negosiasi kita berbicara dari sudut pandangnya, kita bisa memberikan empathy dengan tidak menyela apa yang dibicarakan. Saat mitra negosiasi kita berbicara tentang sudut pandangnya, dan kita tidak setuju dengan sudut pandangnya, kita bisa memberikan esteem atau menjaga harga diri mitra negosiasi. Caranya bukan dengan menyalahkan, namun menyetujui sudut pandangnya. Saat kita bernegosiasi bukannya mendominasi pembicaraan, namun memberikan kesempatan mitra negosiasi untuk involve atau terlibat dalam diskusi, dan share sudut pandangnya. Dan bisa jadi kita perlu memberinya support saat bernegosiasi.

Bayangkan saja seandainya Anda adalah mitra negosiasi yang diperlakukan seperti tadi, dihargai sudut pandangnya, tidak disela saat berbicara, dilibatkan dan diberi kesempatan untuk share sudut pandang, dan diberi support untuk bernegosiasi. Menurut Anda, apakah Anda akan nyaman dan senang untuk bernegosiasi? Tentu saja Anda akan nyaman, dan kenyamanan adalah kunci untuk memenangkan negosiasi.

Lebih dalam tentang Esteem – Empathy – Involvement – Share – Support akan saya bahas dicatatan berikutnya ya. Selamat berpraktek dan menangkan hati mitra negosiasi Anda

Berkah selalu

N Kuswandi

No comments:

Post a Comment