Jangan
sampai terlewat dengan catatan-catatan negosiasi saya sebelumnya ya! Karena catatan-catatan
tersebut akan saling berkesinambungan. Nah catatan ini akan melanjutkan catatan
saya sebelumnya yang berjudul Memenangkan Negosiasi : Butuh itu Logika – Ingin itu
Hati, dicatatan tadi saya share bahwa kadang kala untuk membuat orang melihat
dari sudut pandang kita tidak melulu masalah logika, bahkan kadang kala logika bisa
dikalahkan dengan hati. Dan saya juga share bahwa konsep dasar catatan
Memenangkan Negosiasi : Menghipnotis Mitra Negosiasi pada dasarnya juga
menggunakan pendekatan hati.
Selain
digunakan dalam teknik hipnotis, memenangkan negosiasi melalui hati juga
ternyata dikenal dalam Neuro Linguistik Program atau yang lebih familiar dengan
NLP. Sebuah pendekatan yang dikembangkan oleh Richard Bandler dan John Grinder pada tahun 1970 an. Inti
dasar pendekatan NLP ini adalah penggunaan linguistic atau bahasa dalam segala
kehidupan, termasuk di dalam nya adalah untuk bernegosiasi.
NLP
mengenalkan tiga proses utama dalam berkomunikasi, termasuk berkomunikasi saat
bernegosiasi. Ketiga proses tersebut adalah Pacing
– Calibrating – Leading. Proses pengambilan hati untuk memenangkan
negosiasi sendiri berada pada proses pacing. Definisi sederhananya dari proses
pacing adalah membuat keselarasan dengan mitra negosiasi. Baik keselarasan
secara fisik, hati, maupun sudut pandang.
Agar
mendapatkan keselarasan tersebut, NLP mengajarkan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan mirroring dan matching. Seperti namanya mirroring berarti menjadi cermin orang
lain, sedangkan matching berarti
menirukan orang lain secara sama. Mirroing
dan matching bisa dilakukan
secara verbal maupun non verbal. Melakukan matching
secara verbal dilakukan dengan mencari sinonim kata dari point kalimat yang dilontarkan kawan
bicara. Contoh nya, jika kawan kita berbicara “saya tidak suka berisik”, lihat point kalimat tersebut
adalah berisik, maka jika kita membangun rapport
dengan matching, Anda bisa membalas
dengan “saya juga tidak suka suara
keras”. Atau jika Anda menggunakan mirroring, Anda bisa membalas dengan “Anda
tidak suka suara keras ya”. Sedangkan mirroring
dan matching dengan non verbal bisa
dilakukan dengan mencocokan gesture,
intonasi, kedipan mata, respon-respon yang muncul.
Kenapa
bisa hanya dengan menirukan yang diluar, verbal dan non verbal, mampu sampai ke
hati mitra negosiasi kita? Karena orang cenderung menyukai orang yang mirip
dengan nya. Perhatikan saja teman-teman kita, saya bisa jamin teman-teman kita memiliki kecenderungan yang sama dengan kita, sehingga tidak heran jika orang-orang yang saling familiar ini
membentuk sebuah kelompok. Contohnya adalah kelompok fans Juventus, dll.
Proses
selanjutnya dalam membangun rapport
adalah melakukan calibrating. Proses
ini dilakukan dengan mencari moment
untuk me leading communication. Moment ini dapat dapat Anda temukan saat
Anda melakukan gerakan tiba-tiba dan kawan bicara Anda mengikuti gerakan yang
sama dengan Anda. Agar Anda semakin yakin bahwa moment tersebut adalah momentyang
tepat untuk me leading communication,
Anda bisa mengulangi gerakan Anda sebanyak tiga kali. Jika dalam ketiga gerakan
tiba-tiba tersebut, ketiga nya diikuti oleh kawan bicara Anda maka Anda siap
untuk me leading communication.
Walaupun Anda sudah me leading communication, pastikan Anda tetap memperhatikan reaksi-reaksi tubuh mitra negosiasi dan bahasa yang digunakan. Fungsinya adalah menjaga agar rapport tetap dibangun
saat awal komunikasi sampai dengan akhir komunikasi. Dengan memperhatikan apa yang terlihat, mendengarkan dengan seksama, dan memperhatikan gerakan yang dilakukan mitra negosiasi, maka kita bisa merespon dengan bagus.
Inilah yang disebut sebagai sensory
acuity atau kemampuan
menggunakan panca indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa
asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya.
Tentunya sudut pandang
yang dimiliki mitra negosiasi tidak selalu sesuai dengan sudut pandang yang kita miliki.
Untuk mengubah sudut pandang mitra negosiasi kita, Anda bisa melakukan tahap berikutnya dalam bernegosiasi, setelah rapport terbangun,
dan Anda mulai melakukan sensory acuity pada tahap leading communication, maka tahap ketiga untuk merubah sudut pandang disebut reframing atau mengubah sudut pandang kawan bicara.
Dalam NLP dikenal dua macam reframing, yang pertama adalah mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah context yang ingin kita sampaikan atau context reframing. Dan reframing kedua disebut content reframing atau mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah content yang disampaikan. Merubah sudut pandang dengan context reframing dilakukan dengan membandingkan keputusan satu dengan keputusan yang lain. Sedangkan content reframingadalah menyampaikan dan menekankan sisi-sisi positif atas keputusan yang diambil
Dalam NLP dikenal dua macam reframing, yang pertama adalah mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah context yang ingin kita sampaikan atau context reframing. Dan reframing kedua disebut content reframing atau mengubah frame atau sudut pandang seseorang dengan merubah content yang disampaikan. Merubah sudut pandang dengan context reframing dilakukan dengan membandingkan keputusan satu dengan keputusan yang lain. Sedangkan content reframingadalah menyampaikan dan menekankan sisi-sisi positif atas keputusan yang diambil
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment