Saturday, November 30, 2013

Membalik Piramida Maslow : Expert Beristrikan Spiritualitas Memuliakan Orang Lain

Melanjutkan catatan saya sebelumnya tentang "Membalik Piramida Maslow". Di catatan sebelumnya, saya telah membahas tentang tingkat pertama saat kita membalik Piramida. Jika Piramida Maslow tadi kita balik maka tingkatan pertama Piramida Maslow adalah aktualisasi diri. Dengan membalik Piramida Maslow, seharus nya saat aktualisasi diri kita terpenuhi maka seharusnya tingkatan kedua, yaitu harga diri bisa terpenuhi.

Orang-orang yang beraktualisasi diri selain memiliki ciri menjadi expert, mereka juga delapan ciri lain, salah satu dari kedelapan ciri tadi adalah memiliki ciri peak experience atau nilai spiritualitas. Kedua nilai aktualisasi diri tadi tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, sebenarnya aktualisasi diri yang terdiri dari spiritualitas dan expert adalah pengejawantahan surat Al Ashr. Ada tiga syarat yang dijelaskan untuk menjadi orang yang tidak merugi (happy), yaitu berilmu, beramal sholeh, dan menyebarkan kemuliaan. Syarat pertama dan kedua surat Al Ashr, adalah syarat expert. Sedangkan syarat ketiga (menyebarkan kemuliaan kepada orang lain) surat Al Ashr adalah nilai-nilai spiritualitas kepada orang lain.

Sebenarnya nilai-nilai spiritualitas juga terkandung pada rumus expert, terutama faktor valence. Mari kita ingat lagi rumus Expert = (TB x 1/TH) x V, TB adalah to be (keinginan menjadi sesuatu), TH adalah to have (keinginan memiliki sesuatu), dan V adalah valence (usaha). Jika salah satu bentuk nilai spiritualitas adalah bersyukur maka sebenarnya valence adalah bentuk kesyukuran. Bagaimana tidak, manusia diberikan tiga potensi oleh Tuhan, potensi fisik, potensi fikir dan potensi hati. Dan cara mensyukuri ketiga potensi tadi adalah dengan berusaha memaksimalkan ketiga potensi tersebut. Semakin besar valensi kita maka semakin besar pula rasa syukur kita pada tuhan.



Menariknya, faktor valensi atau faktor usaha akan semakin besar jika kita menggabungkan syarat orang beruntung ketiga (memuliakan manusia). Logikanya saat kita berusaha mendorong mobil sendiri di tanjakan, yang terjadi mobil cuma akan bergerak secara perlahan atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Apa jadinya jika kita memulyakan potensi manusia yang lain dengan meminta mereka mensyukuri ketiga potensi melalui membantu Anda mendorong. Tentunya mobil akan bergerak lebih cepat dibandingkan saat Anda hanya mendorong sendiri. Kerjasama ternyata mampu menjadikan valensi lebih besar. Logika tadi semakin membuktikan bahwa nilai-nilai expert tidak bisa lepas dari nilai-nilai spiritualitas.

Jika expert berhubungan dengan spiritualitas, berarti hubungan tadi harusnya juga bergerak timbal-balik. Orang-orang expert akan semakin expert jika menumbuhkan nilai-nilai spiritualitas memuliakan orang, maka jika memang berhubungan berarti saat kita memuliakan orang harusnya secara otomatis kita juga menjadi expert. Tentu saja, karena expert dan spiritualitas berhubungan maka logika kedua, saat kita memuliakan orang harusnya secara otomatis kita juga menjadi expert, memang akan terjadi. Semakin Anda bisa memuliakan orang lain maka semakin Anda bisa menjadi expert. Memuliakan orang lain adalah menjadikan orang lain sukses atau expert. Menariknya saat Anda memuliakan orang lain untuk expert, sebenarnya Anda juga sedang berjalan berdampingan dengan orang yang Anda muliakan untuk menyusuri jalan menjadi expert. Masuk akan bukan?


Bagaimana dengan orang-orang expert yang tidak memiliki spiritualitas? Diperusahaan saya sebelumnya, saya memiliki atasan seperti ini. Seorang manager GA yang secara knowledge dan skill nya sangat mumpuni sebagai manager GA. Namun, Beliau tidak pernah memuliakan orang lain. Beliau menganggap hanya ide nya saja yang benar, dan ide orang lain salah. Dengan sikap seperti ini berarti Beliau tidak memuliakan orang-orang disekitarnya, yang terjadi berikutnya, usia bekerja Beliau di perusahaan saya tidak lebih dari 6 bulan. Dan sebenarnya jika diperhatikan, atasan saya ini tidak expert-expert amat sebenarnya. Karena, se-expert apapun manusia yang dihasilkan dari valence satu orang masih tetap kalah jika valence yang dilakukan adalah valence dari diri dan memuliakan orang lain. Pengalaman ini menurut saya semakin membuktikan begitu besarnya hubungan antara expert dan spiritualitas. Saat kedua hal tersebut bisa dikawinkan maka valence yang muncul menjadi semakin besar.





Berkah selalu
N. Kuswandi

No comments:

Post a Comment