“Service excellence itu merepotkan,
sudah harus mengerjakan pekerjaan yang menumpuk masih harus ditambahi beban
memberikan service excellence kepada customer? Mereka kan yang butuh dengan
produk kita, mereka yang butuh barang dan jasa saya. Harus nya yang butuh dong
yang baik-baikin yang punya barang”.
Kadang kala pola
pikir seperti ini tiba-tiba muncul saat kita akan memberikan service kepada customer kita. Apalagi saat emosi kita sedang labil karena ada
masalah, dan perasaan capek. Padahal kalau dilihat lagi, sebenarnya service yang diberikan kepada customer akan berdampak pada diri Anda sendiri.
Yuk coba kita renungkan, pertanyaan intropektif berikut :
- Saat Anda melakukan service excellence, apa harapan Anda? Tentunya kita menginginkan customer puas dengan pelayanan yang kita berikan
- Setelah customer puas, apa yang akan mereka lakukan? Bisa jadi customer akan kembali memberi produk dari kita lagi atau merekomendasikan orang lain untuk membeli produk dari kita
- Saat customer membeli produk lagi atau merekomendasikan produk kita ke orang lain, apa yang akan di dapat oleh perusahaan? Tentunya perusahaan akan untung dong
- Apa efeknya saat perusahaan untung? Gaji tahunan kita akan naik, benefit atau kesejahteraan kita akan naik, bonus bisa jadi dibagikan berkali-kali lipat
Dari keempat pertanyaan
diatas, customer puas - customer kembali membeli produk –
perusahaan untung – pendapatan kita naik, jika kita perhatikan saat memberikan
service excellence kepada customer,
sebenarnya yang diuntungkan tidak hanya customer,
tidak hanya perusahaan, namun sebenarnya Anda sedang membuat keuntungan bagi
diri Anda sendiri. Karena sesunggunya, customer
lah yang menggaji Anda, perusahaan hanya menyampaikan titipan uang customer kepada Anda.
Namun,
seringkali memberikan service excellence
itu terasa berat dilakukan. Hal ini dikarenakan salah penempatan focus dalam memberikan service. Dan tentunya salah menempatkan focus bisa jadi salah merespon.
Orang-orang yang memberikan service
dan hanya berfokus pada kolom pertama, customer
puas bisa pikiran dan bahasa tubuhnya merespon, “ngapain saya memuaskan
pelanggan, toh tidak ada untung nya bagi saya”. Atau orang-orang yang hanya
terfokus pada kolom kedua, bisa jadi pikiran dan bahasa tubuhnya merespon, “ah
mending gak usah muasin pelanggan deh, nanti kalau pelanggan nya puas, datang
lagi, beli lagi. Ngerepoti saja”. Dan saat focus
kita hanya pada pertanyaan ke tiga bisa jadi respon kita, “perusahaan untung, tapi
saya yang capek. Enakan perusahaan nya dong”.
Namun, saat kita
berfokus pada kolom yang menarik bagi Anda, kolom no empat maka yang terjadi
Anda akan terasa lebih ringan melakukan service
excellence. Karena Anda sadar, untuk mendapatkan kenikmatan hidup (gaji
naik, benefit naik, bonus naik) maka
mau tidak mau Anda harus melakukan service
excellence.
Agar semakin
tertanam dalam hati dan pikiran kita keuntungan pribadi yang Anda dapat dari
melakukan service ingatlah sebuah
kata berikut “I do it for me”. Saya
memberika service excellence
sebenarnya untuk keuntungan diri saya sendiri. Sehingga, kalau Anda melayani customer ingatlah seberapapun
menyebalkan customer Anda, lihatlah
wajahnya dan Anda akan melihat wajah nya adalah wajah uang gaji bulanan Anda, wajah
nya adalah benefit yang akan Anda
terima dan wajah nya adalah bonus yang akan Anda gunakan untuk jalan-jalan ke
luar negeri.
Berkah selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment