Dua kekuatan
yang dimiliki customer, yaitu pulling value dan potential value, sangat memungkinkan customer yang Anda miliki semakin bertambah dari waktu ke waktu
atau malah membuat Anda semakin kehilangan customer
dari waktu kewaktu. Dan secara umum untuk memperoleh keuntungan salah satu cara
yang bisa digunakan adalah dengan memperbanyak customer yang membeli produk yang Anda jual. Artinya dengan
memanfaat kan kekuatan pulling value
dan potential value, Anda memiliki
peluang untuk menambah jumlah customer dari waktu ke waktu. Dan satu-satu nya
cara agar pulling value dan potential value tadi berdampak positif
penambahan customer dari waktu-ke
waktu, hanya ada satu cara yaitu dengan memberikan service excellence.
Selain menambah
jumlah customer yang membeli produk
yang Anda jual, untuk memperoleh keuntungan juga bisa dilakukan dengan menjual
produk Anda dengan harga yang mahal. Namun, menjual produk dengan harga yang
mahal tentunya bukan hal yang mudah. “Kenapa harus membeli produk yang mahal,
jika ada produk yang sama dengan kualitas yang sama?” begitu mungkin pikiran
sebagian orang. Menariknya, ternyata dengan service
excellence, Anda bisa menjual produk yang sama dengan competitor dengan harga yang dua kali, tiga kali atau bahkan tujuh
kali lebih mahal.
Coba perhatikan
harga Coca-Cola di warung seberang rumah Anda. Berapa harga Coca-Cola di warung
sebelah Anda? Rata-rata Coca-Cola di warung sebelah rumah Anda dijual dengan
harga Rp 4.500,-. Sekarang coba bandingkan dengan harga Coca-Cola di terminal
bus. Berapa harga Coca-Cola di terminal bus? Rata-rata Coca-Cola di terminal
dijual lebih mahal daripada Coca-Cola yang dijual di warung sebelah rumah Anda,
Betul? Jika di warung sebelah rumah Anda, Coca-Cola dijual dengan harga Rp
4.500,- maka di terminal bus Coca-Cola dijual dengan harga Rp 6.500,-.
Bandingkan lagi
dengan harga Coca-Cola yang dijual di tempat-tempat wisata. Rata-rata harga
Coca-Cola yang dijual di tempat-tempat wisata lebih mahal dari pada yang dijual
di terminal bus. Jika di warung sebelah rumah Anda, Coca-Cola dijual dengan
harga Rp 4.500,-, di terminal bus dijual dengan harga Rp 6.000,-, maka di
Coca-Cola dijual Rp 9.500,- di tempat-tempat wisata. Dan coba bandingkan lagi
harga Coca-Cola di café-cafe. Ternyata dengan ukuran yang sama, dibuat di
pabrik yang sama, dibuat pada tanggal yang sama, namun harga Coca-Cola di cafe
lebih mahal dari pada di warung sebelah rumah Anda, di terminal, maupun di tempat-tempat
wisata. Rata-rata Coca-Cola di jual di café dengan harga Rp 12.000,-.
Belum seberapa,
coba bandingkan lagi harga Coca-Cola dengan ukuran yang sama, namun dijual di
hotel bintang lima. Anda punya kesempatan menginap di hotel bintang lima di
Jakarta. Anda mendekati resepsionis untuk melakukan check in. Resepsionis pun
menjawab, “boleh pinjam KTP nya pak. Sambil menunggu kamar disiapkan, silahkan
menunggu di sana pak”. Anda pun menuju tempat yang ditunjukan resepsionis. Anda
kemudian duduk di sofa yang saking empuknya menenggelamkan Anda. Dingin nya AC
semakin membuat nyaman duduk Anda. Apa lagi lantunan live music yang memanjakan
telinga Anda. Di tambah lagi ada seorang pelayan hotel berparas cantik yang
menggunakan rok panjang dengan belahan yang juga panjang mendekati Anda.
Pelayan tadi pun menyapa Anda, “mau minum apa pak?” Anda pun menjadi gengsi dan
mengambil daftar menu yang dibawa pelayan. Anda melihat dari semua daftar menu
yang disodorkan, minuman yang paling murah adalah Coca-Cola dengan harga Rp
35.000,-. Anda pun akhirnya memesan minuman paling murah tadi, Coca-Cola dengan
harga Rp 35.000,-. Sambil tersenyum, pelayan tadi menuliskan pesanan Anda.
Kemudian si
Pelayan kembali ke dapur untuk mengambil kan pesanan Anda. Selang beberapa
menit, pelayan tadi datang lagi sambil membawakan pesanan Anda. Spesialnya si
Pelayan membawakan pesanan Anda, Coca-Cola dengan menggunakan nampan, disertai
dengan gelas yang berisi es, yang diberi sedotan dan dihiasi potongan kecil
jeruk. Diserahkan pesanan Anda dengan senyuman, dan dipersilahkan Anda untuk
meminum pesanan Anda. Dan sambil bergaya, Anda menungkan Coca-Cola ke dalam
gelas, dan meminum Coca-Cola tadi sedikit-sedikit.
Coba perhatikan
lagi harga Coca-Cola yang di jual di beberapa tempat yang berbeda:
Warung Rp 4.500,-
Terminal Bus Rp 6.500,- (1,45 X dibanding
harga Warung)
Tempat Wisata Rp 9.500,- (2.11 X dibanding
harga Warung)
Cafe Rp 12.000,- (2,67
X dibanding harga Warung)
Hotel Bintang
Lima Rp 35.000,- (7,78 X dibanding
harga Warung)
Dengan rasa yang
sama, merk yang sama, ukuran yang sama, namun beda harga. Apa yang membuat
harga Coca-Coca di hotel bintang lima 7,78 x lebih mahal dibanding harga di
warung? Karena, Anda membeli produk seharga Rp 4.500,- dan membeli service yang berupa sofa, AC, live
music, pelayan cantik dengan belahan rok panjang, dan nampan, sedotan, gelas,
dan potongan jeruk kecil dengan harga Rp 30.500,-. Menariknya jika
dibandingkan, harga service excellence
ternyata lebih mahal dari pada harga produk. Artinya dengan memberikan service excellence, Anda dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Harga service yang lebih mahal daripada harga
produk, inilah yang dikenal dengan hukum “Irrational Price”. Harga produk yang
sama, dihargai lebih mahal, karena customer
sudah diambil hati nya. Sehingga customer
tidak lagi membeli barang secara logis, namun customer membeli produk yang Anda jual dengan menggunakan hati nya.
Customer tidak lagi membeli produk,
namun juga membeli service yang
diberikan.
Yuk coba kita lihat lagi produk yang dijual mahal karena service excellence. Coba perhatikan
harga per KM taxi Blue Bird dan bandingkan dengan taxsi Express. Blue Bird dan
Express menggunakan jenis mobil yang sama, Toyota Vios. Namun, bukan rahasia
lagi, kalau Blue Bird memiliki kelebihan service
excellence dibandingkan dengan taxsi-taxsi lain. Blue Bird memberikan
jaminan, barang yang tertinggal di taxsi tidak akan hilang. Sopir Blue Bird
juga terkenal tidak akan mempermainkan penumpang, langsung ke tempat tujuan,
tidak diputer-puterin ke lokasi lain.
Dan karena service yang diberikan ini, Blue Bird menjual jasa nya lebih mahal
dari pada Express. Coba bandingkan, tariff buka pintu Taxsi Blue Bird Group sebesar
Rp 7.000, sedangkan Express hanya Rp 6.000,-. Taxsi Blue Bird menetapkan harga Rp
3.600,- per kilo meter. Sementara tarif Taxsi Express hanya Rp 3.000,- per
kilometer.
Blue Bird juga
memberikan service tambahan dengan Taxsi
Silver Bird. Customer dimanjakan
dengan jenis kendaraan yang berbeda dengan Blue Bird. Jika Taxsi Blue Bird
menggunakan mobil Toyota Vios, Silver Bird memanjakan customer nya dengan Mercy. Dan seperti hukum irrational price, semakin customer
terambil hati nya dengan service yang
diberikan, akan memberikan irrational
price, customer membayar lebih
mahal dari harga produk nya. Dengan menggunakan Taxsi Silver Bird, Anda harus
membayar Rp 5.000,- per kilometer. Bandingkan dengan angkot, dengan jarak 15 KM, Anda membayar Rp 3.000,-. Sedangkan dengan Silver Bird, minimum pay yang harus Anda bayar adalah Rp 50.000,-. Angkot vs Silver Bird, 1 : 16,67
Berkah Selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment