Di catatan sebelumnya, saya berbagi tentang rumus mendapatkan trust. Dimana, trust ini menjadi salah satu core competency yang harus dimiliki oleh seorang coach. Mari ingat kembali rumus trust berupa T= C x R x I. Dimana C adalah capable atau competency, R nya adalah reliable atau konsistensi, dan I nya adalah intimacy.
Trust akan memungkinkan coachee mengeluarkan semua unek-unek,
dan berada dalam kondisi gelombang otak alfa, sehingga ide-ide segar dapat
dimunculkan.
Trust juga akan memungkinkan kita sebagai
seorang professional coach, mendapatkan
coachee. Kondisi pertama yang akan
Anda alami adalah Anda mendapatkan coachee
baru yang ingin mencoba mendapatkan coaching
dari Anda. Kondisi kedua berupa Anda mendapatkan coachee yang sebelumnya sudah mendapatkan coaching dari Anda, sehingga ini adalah repet order coaching untuk Anda.
Pada kondisi
pertama, terlihat bahwa coachee yang
sedang menginginkan service Anda
sebagai seorang coach memperlihatkan bahwa
coachee mempercayai Anda. Jika
coachee tadi sebelumnya tidak memiliki faktor kedekatan dengan Anda (faktor intimacy), maka bisa dipastikan coachee tersebut memilih Anda karena
melihat profesionalime Anda. Bisa
jadi coachee melihat sertifikasi yang
Anda miliki, membership di asosiasi professional
coaching. Jika kita kembalikan ke rumus trust,
artinya coachee mempercayai Anda
karena faktor competency yang Anda
miliki.
Bagaimana dengan
coachee yang Anda dapatkan dari repet
order? Ternyata faktor competency
menjadi nomer dua setelah faktor intimacy.
Analogi gampangnya adalah sebagai berikut, Anda mendatangi seorang dokter yang
belum Anda kenal. Alasannya boleh dipastikan karena Anda percaya dengan
keahlian yang dimiliki dokter tersebut. Setelah Anda diperiksa dokter tersebut,
Anda melihat memang dokter tersebut expert dibidang penyakit Anda. Namun, saat
melakukan pemeriksaan, dokter tersebut sama sekali tidak ada chemistry dengan Anda. Sehingga selama
diperiksa Anda merasa tidak nyaman. Walaupun Anda percaya dengan keahlian
dokter yang memerika Anda.
Jika Anda berada
dalam kondisi di atas, apakah trust Anda terhadap dokter tersebut akan naik
dibandingkan dengan kunjungan pertama? Atau jika Anda memiliki option dokter
lain dengan keahlian yang sama, apakah Anda akan kembali pada dokter yang
pertama? Kebanyakan dari kita akan menjawab pertanyaan pertama dengan tentu
saja trust nya akan berkurang dan tentu saja kalau ada dokter lain, saya
memilih dokter lain.
Begitu juga
dengan peran kita sebagai seorang coach, memang competency akan membuat kita
kebanjiran coachee yang mencoba service kita, namun intimacy lah yang akan
membuat coachee melakukan repet order service kita. Tak heran ada sebuah kata
bijak yang berkata “competency akan
membawa Anda memasuki pintu perusahaan, dan intimacy
yang akan membawa Anda menuju posisi berikutnya”
Tetap bertumbuh competency dan jangan lupakan intimacy
N
Kuswandi
People
& Organization Performance Coach