Monday, June 20, 2016

International Coach Federation : Coaching Meningkatkan Productivity


Coaching, sebuah pendekatan people development yang mulai dikenal di Indonesia.  Im_Possible, Acara yang dipandu Merry Riana di Metro TV menjadi salah satu jalan dikenalnya coaching di Indonesia. Perhatikan saja, tag name presenter yang membawakan acara tersebut. Team creative Merry Riana tidak menggunakan tag name trainer, motivator, consulting, dan sebagainya, namun team creative Merry Riana menggunakan  tag name “coach”, bagi setiap pengisi acara di  Im_Possible.

Penonton acara tersebut yang belum pernah mendengar istilah coach pun bertanya-tanya, apa itu coach? Dan orang-orang mulai mencari tahu tentang coach dan coaching. Ujung-ujung nya, pengembangan diri yang mereka lakukan pun mulai beralih dari training ke coaching.

Salah satu alasan perpindahan mereka bisa jadi karena sebuah riset yang menunjukan seberapa besar impact coaching dibandingkan dengan metode pengembangan diri lain. Penelitian yang dilakukan oleh Olivero. D, Bane K.D dan Kopelmen, R.E pada tahun 1997 menunjukan hal tersebut. Mereka membandingkan antara training dan coaching. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa development yang dilakukan dengan hanya menggunakan training saja akan berdampak 22,4% terhadap productivity. Sedangkan development yang dibarengi dengan coaching akan meningkatkan productivity sebesar 88%.

Pertanyaannya adalah kenapa training yang dibarengi dengan coaching mampu meningkatkan productivity lebih besar dibanding training saja?

Jawaban nya berhubungan dengan waktu dan memory. People development baik itu training ataupun coaching tentunya bertujuan untuk meningkatkan competency yang ujung-ujungnya adalah meningkatkan productivity. Seseorang dikatakan memiliki competency jika memiliki keahliah (skill), pengetahuan (knowledge) dan dalam keseharian menunjukan keahlian dan pengetahuan tersebut -behavior. Keahlian seseorang dalam melakukan sesuatu dipengaruhi oleh muscle memory (otot-otot nya me-memory keahlian yang dimiliki). Sedangkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh brain memory (otak me-memory pengetahuan yang dimiliki).

Dengan melakukan training maka seseorang dilatih untuk memiliki keahlian dan pengetahuan tertentu. Sayangnya training hanya dilakukan dengan durasi yang tidak lama, berkisar antara satu sampai lima hari. Sehingga muscle memory dan brain memory tidak memiliki waktu yang lama untuk dilatih. Akibatnya tentu saja competency yang diharapkan tidak bisa full terpenuhi. Bandingkan dengan training yang kemudian dibarengi coaching pasca training. Secara durasi tentu saja lebih panjang, sehingga kemungkinan untuk menginsert keahlian dan pengetahuan baru lebih memungkinkan orang menjadi lebih kompeten. Atau dalam bahasa lain, proses coaching mewajibkan seorang coach & coachee melakukan managing process & accountability dari action log coaching yang dibuat coachee. Dengan accountability action log tersebut, semakin memungkinkan orang mendapatkan competency yang dibutuhkan. Sehingga tak heran jika training yang dibarengi dengan coaching akan memberikan impact yang lebih besar.

Pada tahun 1989, seorang psychologist  bernama Hermann Ebbinghaus melakukan penelitian tentang berapa lama orang bisa me-memory pengetahuan dan keahlian baru. Hasil penelitian Ebbinghaus tersebut dikenal sebagai Ebbinghaus Forgetting Curve. Ebbinghaus menunjukan di dalam curva tersebut bahwa 60% pengetahuan dan keahlian yang dipelajari akan hilang setelah satu jam. Menariknya lagi, setelah 31 hari setelah orang mempelajari pengetahuan dan keahlian baru, memory yang masih disimpan hanya sebanyak 21%.






Jika forgetting curve tadi diterapkan dalam proses training, maka seperti kita ketahui  pada umumnya setelah orang  mengembangkan diri dengan training tidak ada follow up. Sehingga keahlian dan pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas training pelan-pelan akan hilang. Hingga pada hari ketiga puluh satu, memory yang disimpan tinggal 21% saja.

Bagaimana dengan coaching? Seperti sudah dibahas diatas bahwa coaching akan memperpanjang waktu menginsert pengetahuan dan ketrampilan baru, dengan managing progress dan accountability action log yang dibuat coachee. Dengan melakukan ini maka coach akan membantu coachee semakin memory pengetahuan dan keahlian yang dipelajari. Coach akan mengingatkan coachee memory pengetahuan dan keahlian yang dipelajari. Dan seperti kita tahu dengan melakukan repetisi pengetahuan dan keahlian yang dimiliki akan semakin membuat memory tertanam dan tahan lama.


Sumber

Olivero. D, Bane K.D dan Kopelmen, R.E (1997), Combining Coaching & Training Improves Productivity, Public Personal Management, Vol 26, Issue 4, Winter, p. 461


Berkah selalu

N Kuswandi

No comments:

Post a Comment