Coaching, sebuah pendekatan people development yang mulai dikenal di
Indonesia. Im_Possible, Acara yang
dipandu Merry Riana di Metro TV menjadi salah satu jalan dikenalnya coaching di
Indonesia. Perhatikan saja, tag name presenter yang membawakan acara tersebut. Team creative Merry Riana tidak
menggunakan tag name trainer, motivator, consulting,
dan sebagainya, namun team creative
Merry Riana menggunakan tag name “coach”, bagi setiap pengisi
acara di Im_Possible.
Penonton acara tersebut yang
belum pernah mendengar istilah coach
pun bertanya-tanya, apa itu coach?
Dan orang-orang mulai mencari tahu tentang coach
dan coaching. Ujung-ujung nya,
pengembangan diri yang mereka lakukan pun mulai beralih dari training ke coaching.
Salah satu alasan perpindahan
mereka bisa jadi karena sebuah riset yang menunjukan seberapa besar impact coaching dibandingkan dengan
metode pengembangan diri lain. Penelitian yang dilakukan oleh Olivero. D, Bane
K.D dan Kopelmen, R.E pada tahun 1997 menunjukan hal tersebut. Mereka
membandingkan antara training dan coaching. Hasil penelitian mereka
menunjukan bahwa development yang
dilakukan dengan hanya menggunakan training
saja akan berdampak 22,4% terhadap productivity.
Sedangkan development yang dibarengi
dengan coaching akan meningkatkan productivity sebesar 88%.
Pertanyaannya adalah kenapa training yang dibarengi dengan coaching mampu meningkatkan productivity lebih besar dibanding training saja?
Jawaban nya berhubungan dengan waktu
dan memory. People development baik itu training
ataupun coaching tentunya bertujuan
untuk meningkatkan competency yang
ujung-ujungnya adalah meningkatkan productivity.
Seseorang dikatakan memiliki competency
jika memiliki keahliah (skill),
pengetahuan (knowledge) dan dalam
keseharian menunjukan keahlian dan pengetahuan tersebut -behavior. Keahlian seseorang dalam melakukan sesuatu dipengaruhi
oleh muscle memory (otot-otot nya me-memory keahlian yang dimiliki).
Sedangkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh brain memory (otak me-memory
pengetahuan yang dimiliki).
Dengan melakukan training maka seseorang dilatih untuk
memiliki keahlian dan pengetahuan tertentu. Sayangnya training hanya dilakukan dengan durasi yang tidak lama, berkisar
antara satu sampai lima hari. Sehingga muscle
memory dan brain memory tidak
memiliki waktu yang lama untuk dilatih. Akibatnya tentu saja competency yang diharapkan tidak bisa full terpenuhi. Bandingkan dengan training yang kemudian dibarengi coaching pasca training. Secara durasi tentu saja lebih panjang, sehingga
kemungkinan untuk menginsert keahlian dan pengetahuan baru lebih memungkinkan
orang menjadi lebih kompeten. Atau dalam bahasa lain, proses coaching mewajibkan seorang coach & coachee melakukan managing
process & accountability dari action
log coaching yang dibuat coachee.
Dengan accountability action log tersebut, semakin memungkinkan
orang mendapatkan competency yang
dibutuhkan. Sehingga tak heran jika training
yang dibarengi dengan coaching akan
memberikan impact yang lebih besar.
Pada tahun 1989, seorang psychologist bernama Hermann Ebbinghaus melakukan
penelitian tentang berapa lama orang bisa me-memory pengetahuan dan keahlian baru. Hasil penelitian Ebbinghaus
tersebut dikenal sebagai Ebbinghaus Forgetting
Curve. Ebbinghaus menunjukan di dalam curva tersebut bahwa 60% pengetahuan
dan keahlian yang dipelajari akan hilang setelah satu jam. Menariknya lagi,
setelah 31 hari setelah orang mempelajari pengetahuan dan keahlian baru, memory yang masih disimpan hanya
sebanyak 21%.
Jika forgetting curve tadi diterapkan dalam proses training, maka seperti kita ketahui
pada umumnya setelah orang mengembangkan
diri dengan training tidak ada follow up. Sehingga keahlian dan
pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas training
pelan-pelan akan hilang. Hingga pada hari ketiga puluh satu, memory yang disimpan tinggal 21% saja.
Bagaimana dengan coaching? Seperti sudah dibahas diatas
bahwa coaching akan memperpanjang
waktu menginsert pengetahuan dan ketrampilan baru, dengan managing progress dan accountability
action log yang dibuat coachee.
Dengan melakukan ini maka coach akan
membantu coachee semakin memory pengetahuan dan keahlian yang
dipelajari. Coach akan mengingatkan coachee
memory pengetahuan dan keahlian yang
dipelajari. Dan seperti kita tahu dengan melakukan repetisi pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki akan semakin membuat memory
tertanam dan tahan lama.
Sumber
Olivero. D, Bane K.D dan Kopelmen, R.E (1997),
Combining Coaching & Training Improves Productivity, Public Personal Management,
Vol 26, Issue 4, Winter, p. 461
Berkah
selalu
N
Kuswandi
No comments:
Post a Comment