Anak ke dua saya-Gibran Baghawanta (1 th), punya "obsesi" dengan sepatu kakak nya. Gibran senang sekali nyoba sepatu kakak nya, walaupun tentu saja tiap kali sepatu kakaknya dipakai, baru melangkah lima langkah sudah copot.
La wong sepatunya kegedean. Saya perhatikan lagi cara melangkahnya juga unik, maklum baru belajar jalan. Gibran memulai melangkah dengan tumit nya baru telapak kaki nya. Hasilnya setiap kali mau melangkah tumitnya dulu yang diangkat keat...as baru telapak kaki nya, tentu saja membuat Gibran terjatuh.
Kalau memakai sepatu, tumit itu berada diatas "hak" sepatu. Lucu nya kebiasaannya jalan dengan berdiri diatas tumit duluan juga dilakukan saat memakai sepatu. Gibran mendahulukan melangkah dengan mengangkat tumit diatas "hak" sepatu baru telapak kaki nya, hasilnya Gibran jatuh dengan lucu.
Iseng-iseng, saya mencoba berjalan dengan menggunakan "hak" sepatu saja, tanpa menggunakan telapak sepatu yang lain. Lima menit berjalan kok ya rasa nya tidak enak. Keisengan kedua, memulai berjalan dengan bagian hak sepatu dahulu, baru telapak sepatu bagian depan. Begitu seterusnya, hak sepatu dilanjut telapak sepatu bagian depan. Eh rasanya ternyata juga aneh dan tidak enak.
Apa hikmah nya? Hak sepatu adalah simbol "Hak" dan telapak sepatu bagian depan adalah simbol "Kewajiban". Saat "Melangkah", langkah yang aman dan enak dimulai dari telapak sepatu bagian depan "kewajiban", dan kemudian diikuti dengan bagian "hak". Dan saat "Berdiri" yang paling enak dan bertahan lama dengan menggunakan telapak sepatu bagian depan "kewajiban" dan hak sepatu secara bersamaan.
Orang bodoh yang menuntut orang lain melangkah dengan "kewajiban" baru "hak", tapi diri nya sendiri berdiri dengan "hak" dan melupakan sepatunya punya telapak sepatu bagian depan.
Berkah selalu
N Kuswandi
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment