Barangkali saat ini kita memiliki team yang punya potensi dan kompetensi yang bagus, namum sering kali terkesan menjadi perusak suasana team. Saat anggota team lain sudah siap-siap bergerak maju bersama eh si orang ini gondeli narik dari belakang.
Berbagai usaha pun sudah pernah kita lakukan untuk mengubah perilaku teman kita. Dengan kepedulian yang tinggi, sebagai leader usaha kita tak henti-hentinya dilakukan. Mulai dari coaching for improvement, memberikan punishment lewat performance appraisal, ataupun lewat feedback yang tak capek-capek nya diberikan. Namun kenapa si Semprul ini tidak berubah-berubah perilaku nya?
Memang sih perkara hidayah urusan Tuhan, bukan kah Nabi Muhammad saja tidak bisa merubah perilaku paman tercinta nya, Abu Tholib. Hingga Allah menurunkan sebuah ayat atas peristiwa itu, dengan terjemahan bebas, “Bukan lah seorang Nabi yang memberikan hidayah pada seseorang. Allah lah yang akan memberikan hidayah dengan melihat kesiapan hati orang yang akan menerima hidayah”.
Segala treatment yang kita lakukan barang kali tidak akan memberikan hidayah perubahan perilaku, namun paling tidak membantu si Semprul menyiapkan hati untuk menerima hidayah. Dan barang kali, sebenarnya kita hanya butuh treatment sederhana untuk menyiapkan hati si Semprul.
Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat memposting status di FB. Sebuah cerita kecil yang dilakukannya di rumah, mencium dan memeluk sang Anak. Begini lah statusnya
Membaca status ini tiba-tiba mengingatkan saya kembali tentang sebuah penelitian tentang agresivitas. Ada dua ekor kera yang masih kecil di tempatkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama, si Kera kecil ditempatkan dengan seekor induk kera yang setia memberikan pelukan. Sebaliknya, di kondisi kedua, si Kera Kecil ditempatkan dengan sebuah boneka induk kera. Dan si Kera Kecil bisa mendapatkan dan memeluk boneka yang disediakan setiap waktu.
Setiap hari kera kecil mendapat treatment-treatment kecil yang membuatnya ingin berlindung pada induknya. Kera yang memiliki induk dewasa akan memeluk atau dipeluk induknya saat treatment-treatment kecil itu berjalan, dan kera kecil yang memiliki induk palsu berupa bodeka juga merespond treatment dengan memeluk bonekanya.
Menariknya setelah beberapa saat, peneliti mengukur tingkat agresivitas ke dua kera kecil. Hasilnya cukup mengejutkan, kera kecil yang sering memeluk atau dipeluk induknya memiliki tingkat agresivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kera yang memiliki induk boneka. Walaupun sama-sama memeluk namun kehangatan tidak terasa sama dibandingkan antara induk boneka dengan induk kera sungguhan.
Hasil penelitian ini menjadi rujukan bahwa pelukan mampu meredakan dan mengurangi agresivitas seseorang.
Apa hubungannya dengan perilaku si Semprul?
Penelitian tadi secara tersirat juga menunjukan, bisa jadi agresivitas anggota team kita dipengaruhi dari frekuensi kita memeluk. Dalam artian memeluk sebenarnya dan dalam artian memeluk secara filosofis. Memeluk bisa jadi diartikan seberapa banyak frekuensi kita sebagai seorang “induk” yang berhubungan dengan penuh kehangatan, bukan hanya menjadi seorang “induk” boneka yang bersifat dingin.
Sama-sama berhubungan, berkomunikasi namun berapa banyak hati yang ada dalam hubungan dan komunikasi tadi. Seberapa sering kita bertemu dan berbicara hati dengan hati?
Sayangnya, kecenderungan manusia itu menghindari bahaya. Seandainya ada yang keluar dari norma layaknya si Semprul, otak primitif manusia (otak kecil) sudah membisikan dalam kesadaran manusia bahwa "si Semprul berbahaya dan harus dihindari, hindari jauh-jauh". Bukan malah sering dikunjungi dan diajak berkomunikasi dan berhubungan dengan hati.
Selain frekuensi, kualitas kehangatan pelukan juga perlu dilihat. Dan tentunya teman-teman masih ingat, kualitas kehangatan atau yang sering dikenal kebutuhan psikologis ini dapat dipenuhi dengan EEISS (Esteem, Empathy, Involve, Share, dan Support).
Menutup catatan ini, seribu empat ratus tahun yang lalu, Ali bin Abi Tholib pernah berkata “Jika Cinta Ibarat Pohon, maka Akarnya adalah kunjungan”. Jika ingin mendapatkan cinta si Semprul, jangan lupa untuk selalu berkunjung ke dalam hatinya.
Berkah selalu
N Kuswandi
No comments:
Post a Comment