Apakah benar,
sebutan talent adalah pemberian dari
Tuhan? Apakah memang hanya orang-orang pintar saja yang bisa menguasai hard maupun soft competency? Jika benar berarti Tuhan Maha Tidak Adil. syukur
lah, Tuhan memberikan keunikan kepada setiaop ciptaannya. Sehingga semua orang
punya kesempatan untuk mengembangkan competency
nya dan menjadi seorang talent.
Suatu ketika,
Prof. Yohanes Suryo ditantang untuk tidak hanya mengurusi anak-anak pintar saja,
namun anak-anak yang tidak dianggap pintar atau di cap bodoh juga perlu diurusi.
Menjawab tantangan tersebut, Prof. Yohanes Surya berkata bahwa “sebenarnya
tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang belum menemukan guru dan
metode yang tepat”.
Ingin
membuktikan jawabannya, Prof. Yohanes pergi ke Papua menghadap Gubernur Papua.
Beliau berkata ke Gubernur Papua, “carikan saya siswa yang paling bodoh di
Papua dan akan saya didik menjadi juara Matematika”. Gubernur Papua tentu saja
sangat menyambut gembira tawaran yang diberikan Prof. Yohanes, dengan mencari
14 siswa terbodoh yang akan dididik Prof. Yohanes Surya.
Banyak di antara
anak-anak Papua yang paling bodoh yang dipilih Sang Gubernur berasal dari
kampung terpencil yang bahkan penduduk kampung tersebut masih menggunakan
koteka. Bahkan, saking semangatnya Gubernur Papua menyambut niat baik kepada
Prof. Yohanes, sang Gubernur mencarikan murid terbodoh yang salah satunya
adalah siswa kelas dua Sekolah Dasar yang selama empat tahun tidak naik kelas.
Prof. Yohanes juga bercerita pertama kali mengajar siswa-siswa yang dianggap
bodoh, penjumlahan tiga ditambah lima saja harus dijumlahkan dengan sempoa.
Melalui Yohanes
Surya Institute, siswa-siswa yang dicap bodoh tadi kemudian dididik. Setelah
enam bulan mengikuti pendidikan, anak-anak tadi sudah menguasai mata pelajaran
dari kelas 1 sd 6 SD. Setelah empat tahun menjalani pendidikan di Yohanes Surya
Intitute, di tahun 2011 mereka diberikan kesempatan untuk mengikuti perlombaan
Sains Matematika se Asia. Hasilnya sungguh membanggakan, mereka berhasil
merebut emas, perak dan perunggu.
Saking
berhasilnya program pendidikan Yohanes Surya Institute untuk anak-anak Papua
ini, mereka hampir selalu menyapu penghargaan di lomba-lomba sains.
Sampai-sampai Prof. Yahanes Surya bercerita saat ada lomba Sains di Malang,
beliau mendengar ada anak Jakarta yang menceletuk, “yah ada anak Papua lagi,
pasti kalah deh”. Akhirnya, beliau memang berhasil membuktikan perkataannya, “Tidak
Ada Siswa yang Bodoh, yang Ada Hanyalah Siswa yang Belum Menemukan Guru dan
Metode Belajar yang tepat”.
Memperkuat quote
yang disampaikan Prof. Yohanes Suryo, bukankah banyak tokoh-tokoh dunia yang
sebenarnya punya perjalanan hidup sebagai orang yang dicap sebagai siswa bodoh.
Salah satunya adalah Adam Khoo yang berasal dari Singapura.
Saat masih kelas
empat SD, Adam Khoo pernah tidak naik kelas dan dikeluarkan dari sekolah. Dia
pun masuk ke SD terburuk di Singapura. Ketika akan masuk SMP, Adam Khoo ditolah
oleh enam SMP terbaik di Singapura, sehingga membuat diri nya bersekolah lagi
di SMP terburuk di Singapura.
Apa yang terjadi
berikutnya? Apakah Adam Khoo menjadi people dengan kelompok dead wood (low potency & low performance).
Kehidupannya berubah 180 derajat, saat berusia 26 tahun, Adam Khoo sudah
memiliki bisnis dengan total omset sebesar $ 20 Juta per tahun. Adam Khoo juga
mematok bayaran $10.000/jam untuk tiap training
yang mengundang dirinya. Dan siswa terbodoh tadi juga menjadi consultant dengan dengan klien para
manager dan top manager perusahan di Singapura.
Berkah SelaluN Kuswandi
No comments:
Post a Comment