Kita selalu berharap memiliki rezeki yang besar. Namun kenapa ada orang yang rezeqi nya besar dan ada yang rezeki nya kecil? Bahkan dalam empat bulan ini, ada saja orang yang mencaci saya gara-gara mereka kehilangan rezeki nya. Padahal bukan saya yang menghilangkan rezeki mereka. Namun berhubung saya yang mendelivery training "Adapting to Change", kena deh, saya yang menjadi tumbal kemarahan mereka. Sayang mereka tidak membaca catatan saya berjudul "Wadah Rezeki" dan "Laut Kumpulan Sungai".
Dicatatan "Wadah Rezeqi", saya sempat membahas bahwa banyaknya rezeqi itu ditentukan oleh wadah. Kabar baik dan buruk nya, wadah tersebut bisa membesar dan mengecil tergantung seberapa besar habit Anda. Tiga habit yang mendasari besar dan kecilnya wadah tadi adalah berilmu, beramal sholeh, dan memuliakan orang lain. Mengejar ilmu akan membentuk brain memory, sedangkan beramal sholeh dan memuliakan orang lain membentuk muscle memory.
Lihatlah perbedaan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Contoh ekstrimnya saja, sama-sama mencuri uang. Kisah ini tentang Si Badu dan Si Dudu. Si Badu lebih pintar dari pada Si Dudu. Kepintaran Si Badu menjadikan nya sebagai pejabat desa. Sedangkan Si Dudu yang tidak begitu pintar hanya menjadi warga biasa. Dengan kepandaian Si Badu, wadah rezeqi nya besar sehingga dia mencuri uang jutaan rupiah dari kas desa. Sedangkan Si Dudu yang tidak begitu pintar hanya berkesempatan mencuri dompet orang lain, isi nya pun tidak sebesar yang didapat Si Badu.
Bandingkan juga orang-orang yang tidak berilmu "menjadikan penghasilan sebagai komsumsi" sedangkan orang berilmu "menjadikan penghasilan sebagai investasi penghasilan". Orang-orang yang ilmu nya kurang, tidak tahu cara memperbesar wadah mereka. Sedangkan, orang-orang berilmu mengetahui cara memperbesar wadah rezeki mereka dengan berinvestasi.
Pertanyaannya adalah ilmu apa yang perlu dipelajari untuk memperbesar wadah rezeki? Ingat bahwa Kitab Babon Sukses kita Al Ashr, sebenarnya semua orang bisa menjadi apapun asalkan bisa mengalahkan atau bergerak mendekati cahaya. Begitu juga dengan urusah rezeki, Nabi pun juga berkata yang sama
“Sesungguhnya rezeki itu akan mecari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.”
HR. Thabrani
Kuncinya untuk bisa bergerak lebih cepat dari cahaya yang pertama adalah berilmu. Menurut Marshall Sylver dalam bukunya, Passion, Profit & Power ternyata 90% uang yang beredar di dunia hanya dikuasai 5% populasi. Dan lebih mengujutkan lagi, 1% dari 5% populasi tersebut mengguasai 50% uang yang beredar itu. Bila uang yang ada di dunia ini dibagi rata-rata kepada semua orang, setiap orang akan menerima $2.400.000 (Wealth Mastery, Singapura 2001). Lebih menyedihkan lagi dalam waktu lima tahun setelah seluruh uang di dunia dibagi rata, komposisi kepemilikan akan kembali seperti semua - 90% uang dikuasai oleh 5%, dan 1% dari 5% itu menguasai 50% uang yang beredar.
Pertanyaannya adalah kenapa hal ini bisa terjadi? Jawaban sederhananya, karena 5% orang tadi sudah mengetahui ilmu nya. Mungkin rekan-rekan ingat cerita Abdurrahman bi Auf. Sebelum berhijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai saudagar kaya. Saat Sang Nabi berhijrah, Abdurrahman meninggalkan semua kekayaannya di Mekkah. Beliau hanya membawa seekor unta dan baju ke Medinah. Sampai di Mednah, Abdurrahman dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi. Menariknya, Abdurahman setelah dipersaudarakan menolah tawaran Saad bin Rabi yang akan membagi 50% harta kekayaannya kepada Abdurrahman. "Terimakasih atas kebaikanmu ya Saad, cukuplah kebaikanmu kepadaku dengan menunjukkan dimana pasar berada" begitu kira-kira Abduraahman menjawab tawaran Saad bin Rabi.
Dan memang wadah rezeki orang yang besar dengan brain memory nya yang terus menerus dilatih menjadikan Abdurrahman bin Auf kembali menjadi saudagar kaya. Bahkan, di suatu hari Beliau menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian uang itu dibahagi-bahagikannya semua untuk keluarganya dari Bani Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum fakir miskin. Di lain hari diserahkannya pula 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentera Islam, dan di hari yang lain 1500 kendaraan. Bahkan salah satu harta perdagangannya yang menjadi fenomena adalah saat Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 700 kendaraan yang syarat dengan harta perdagangan kepada. Menariknya lagi, walaupun Beliau menyumbangkan banyak harta kekayaannya, Beliau sampai meninggal tidak pernah miskin. Menjelang wafatnya, Abdurrahman bin Auf masih mewariskan 50.000 dinar untuk jalan Allah, dan mewasiatkan pula bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing mendapat 400 dinar, hingga Utsman bin Affan r.a yang terbilang kaya juga mengambil bahagiannya dari wasiat itu, serta katanya, “Harta Abdurrahman bin ‘Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkah".
Kenapa Abdurrahman bin Auf bisa mengembalikan kekayaannya yang ditinggalkannya di Mekah? Lagi-lagi karena latihan brain memory nya untuk memperbesar wadah rezeki.
Pertanyaannya adalah kenapa hal ini bisa terjadi? Jawaban sederhananya, karena 5% orang tadi sudah mengetahui ilmu nya. Mungkin rekan-rekan ingat cerita Abdurrahman bi Auf. Sebelum berhijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai saudagar kaya. Saat Sang Nabi berhijrah, Abdurrahman meninggalkan semua kekayaannya di Mekkah. Beliau hanya membawa seekor unta dan baju ke Medinah. Sampai di Mednah, Abdurrahman dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi. Menariknya, Abdurahman setelah dipersaudarakan menolah tawaran Saad bin Rabi yang akan membagi 50% harta kekayaannya kepada Abdurrahman. "Terimakasih atas kebaikanmu ya Saad, cukuplah kebaikanmu kepadaku dengan menunjukkan dimana pasar berada" begitu kira-kira Abduraahman menjawab tawaran Saad bin Rabi.
Dan memang wadah rezeki orang yang besar dengan brain memory nya yang terus menerus dilatih menjadikan Abdurrahman bin Auf kembali menjadi saudagar kaya. Bahkan, di suatu hari Beliau menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian uang itu dibahagi-bahagikannya semua untuk keluarganya dari Bani Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum fakir miskin. Di lain hari diserahkannya pula 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentera Islam, dan di hari yang lain 1500 kendaraan. Bahkan salah satu harta perdagangannya yang menjadi fenomena adalah saat Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 700 kendaraan yang syarat dengan harta perdagangan kepada. Menariknya lagi, walaupun Beliau menyumbangkan banyak harta kekayaannya, Beliau sampai meninggal tidak pernah miskin. Menjelang wafatnya, Abdurrahman bin Auf masih mewariskan 50.000 dinar untuk jalan Allah, dan mewasiatkan pula bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing mendapat 400 dinar, hingga Utsman bin Affan r.a yang terbilang kaya juga mengambil bahagiannya dari wasiat itu, serta katanya, “Harta Abdurrahman bin ‘Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa selamat dan berkah".
Kenapa Abdurrahman bin Auf bisa mengembalikan kekayaannya yang ditinggalkannya di Mekah? Lagi-lagi karena latihan brain memory nya untuk memperbesar wadah rezeki.
anu diomwhi ora kroak ikih bos wakakakkakakakakak
ReplyDelete